Penelitian Ilmiah Ini Menunjukkan Dampak Aborsi yang Dilakukan Wanita


Naviri Magazine - Selagi absosi masih jadi lahan perdebatan di ranah politik, para peneliti berusaha mendesain penelitian tentang efek aborsi pada kesehatan jasmani dan mental. Kebanyakan penelitian mengenai aborsi tak memerhatikan grup-grup pembanding atau dibuat secara restrospektif. 

The Turnaway Study, yang dikerjakan olej Advancing New Standards in Reproductive Health (ANSIRH), sebuah kelompok riset di University of California, San Francisco (UCSF), adalah penelitian pertama yang mengamati dampak permintaan aborsi yang ditolak dan dikabulkan pada ibu dan anak.

Beberapa di antaranya tak diizinkan menggugurkan kandungan, karena sudah melewati batas gestational—artinya kandungan sudah terlalu tua—dan akhirnya memilih meneruskan kehamilan. 

Perempuan-perempuan ini kemudian dibandingkan dengan perempuan-perempuan yang berada di bawah batas gestational, dan diperkenakan menjalani proses aborsi. “Ternyata, kondisi perempuan yang berada di bawah atau atas batas gestational ternyata sama di minggu-minggu pertama kehamilannya,” ujar Foster.

Mereka menemukan bahwa perempuan yang diperkenankan menggugurkan kandungan tak lebih berisiko mengalami deperesi, daripada mereka yang tak diperkenankan melakukan aborsi. 

Selang lima tahun kemudian, 95 persen dari perempuan ini mengakui menggugurkan kandungan adalah keputusan yang tepat.

“Perempuan punya banyak asalan untuk mengakhiri sebuah kehamilan yang tak diinginkan—entah tak punya cukup uang untuk membesaran anak, ingin lebih konsentrasi membesarkan anak yang sudah mereka lahirkan, atau ingin menunda punya anak sampai kondisi mereka lebih baik, atau ingin memenuhi tujuan hidup lainnya,” kata Foster. 

“Dan kami menemukan bahwa perempuan-perempuan ini mengambil keputusan yang tepat di semua area. Perempuan yang permintaan aborsinya ditolak dianggap hidup dalam kondisi yang lebih buruk, dibandingkan mereka yang diperkenankan melakukannya—ukurannya adalah kondisi ekonomi mereka, kesejahteraan anak mereka, kemampuan mewujudkan rencana mereka, seperti punya anak saat kondisi mereka lebih baik.”

Mereka yang tak diizinkan menjalani prosedur aborsi, menurut temuan penelitian ini, punya peluang empat kali lebih besar hidup di bawah garis kemiskinan di AS, lebih rentan mengalami komplikasi serius di akhir masa kehamilan, seperti eclampsia dan kematian, lebih berpeluang hidup bersama pasangan yang abusif, lebih rentan dihantui kecemasan, memiliki rasa percaya diri yang rendah tak lama setelah pengajuan aborsi mereka ditolak, dan kemungkinan tak punya rencana tiap tahun dalam kehidupan mereka, seperti dijelaskan para peneliti dalam penyataan resmi.

“Para pembuat kebijakan yang berusaha mempersulit akses terhadap proses aborsi harus menyadari bahwa bahaya mengancam perempuan yang dipaksa meneruskan kehamilan tak terencana,” kata Foster. “Kondisi ini memengaruhi kesehatan fisik mereka, kesehatan dan ketenteraman keluarga mereka, dan kebahagiaan keturunannya.”

Related

Science 6986880034890061081

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item