Penggunaan Antibiotik Pada Hewan Ternak Bisa Berbahaya Pada Manusia


Naviri Magazine - Antibiotik yang diberikan peternak kepada hewan sebagai pencegah penyakit atau disalahgunakan sebagai pendorong pertumbuhan juga dapat meninggalkan residu. Perilaku menyimpang peternak itu menyumbang permasalahan kesehatan baru bagi manusia. Ketika antibiotik digunakan tidak sesuai aturan, maka bakteri yang ada di tubuh hewan akan resisten.

Penelitian dalam Journal Antimicrobial Chemotherapy pada 2004, menjelaskan bahwa bakteri resisten bisa menyebar melalui limbah, hewan, dan akhirnya ke manusia lewat rantai makanan. Antibiotik pada hewan akan menjadi residu dan membuat produk daging, susu, dan telur terpapar bakteri resisten.

Bahkan tanaman yang menggunakan pupuk dari kotoran hewan juga berpotensi menyebarkan resistansi antibiotik lewat konsumsi sayur dan buah. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan resistensi antibiotik lewat produk pangan, terutama hewani turut menyumbang kegagalan pengobatan pada hewan dan manusia.

“Residu di hewan air juga termasuk yang paling berbahaya karena bakteri resisten ketika masuk air akan berputar di sirkulasi yang itu-itu saja,” jelas I Wayan Wiryawan, seorang dokter hewan dalam acara “Cegah Bencana Kemanusiaan Akibat Resistensi Antibiotik” beberapa waktu lalu.

Penggunaan antibiotik pada produk hewan, menurut Wayan, lebih banyak memberikan efek negatif. Sebab bakteri resisten justru membikin reaksi kimia di dalam tubuh hewan jadi minim asam organik rantai pendek, sehingga hewan sulit menyerap nutrisi. Akibatnya terjadi diare, kotoran yang basah memiliki amoniak tinggi, dan memicu populasi lalat tak terkontrol.

“Pemakaian antibiotik di ternak ini sangat masif, bahkan Eropa butuh waktu 18 tahun untuk menghilangkan perilaku tersebut di peternakan.”

Ditambahkan dokter hewan, Erry Setyawan, dari Food and Agriculture Organization (FAO) Indonesia, sejatinya upaya preventif menghindari penyakit tak perlu dilakukan dengan memberi antibiotik pada ternak, melainkan cukup menjaga kesehatan dan kebersihan hewan dan kandang dengan Biosekuriti 3 Zona.

Jika pun ternak membutuhkan antibiotik untuk pengobatan, selayaknya mereka diberi waktu paruh untuk detoks. Tujuannya agar antibiotik tak menjadi residu dan bakteri resisten diedarkan melalui rantai makanan. Peternak layer (ayam petelur) pun idealnya tidak menjual telur yang diproduksi, selama ayam dalam masa pemberian antibiotik.

Related

Science 6209389968656514343

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item