Pria dan Wanita Punya Cara Berbeda Mengatasi Patah Hati, Ini Penyebabnya


Naviri Magazine - Rasa kehilangan dan kesedihan dirasakan baik laki-laki dan perempuan saat putus cinta. Tapi, ada perbedaan cara antara laki-laki dan perempuan dalam mengolah dan menghadapi pengalaman perpisahan. Seperti yang dilaporkan Huffington Post, perbedaan tersebut dipengaruhi oleh peranan sosial dalam hubungan, persepsi tentang harga diri, dan cara mengatasi emosi. 

Kepada Huffington Post, Psikolog Melanie Schilling menjelaskan bahwa laki-laki dan perempuan memperoleh harga diri dari sebuah hubungan yang sedang dijalani. Gara-gara hal tersebut, keduanya didera rasa kehilangan dan mengalami konflik identitas ketika harus berpisah dengan pasangan. 

Ia mengatakan secara umum laki-laki mendapatkan harga diri dari status sosial berpasangan. Sementara itu, perempuan memperoleh koneksi dari hubungan dengan pasangan. 

“Perbedaan ini berpengaruh pada perilaku laki-laki dan perempuan setelah mereka berpisah,” kata Schilling. 

Schilling menjelaskan bahwa perempuan cenderung curhat sembari mencari dukungan dari keluarga dan teman. Di sisi lain, laki-laki biasanya mengelola patah hati dengan cara menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas. 

“Penelitian menunjukkan bahwa perempuan memerlukan koneksi perasaan sedangkan laki-laki butuh kegiatan yang bisa dilakukan. Tak heran jika seorang wanita terlihat berkumpul dengan teman-teman sesama perempuan sambil bercerita tentang patah hatinya. Di sisi lain, laki-laki biasanya mencoba aktivitas baru, pergi berlibur, atau menjalin hubungan baru setelah berpisah,” kata Schilling. 

Perbedaan aktivitas laki-laki dan perempuan setelah putus hubungan dikonfirmasi oleh psikolog Kasandra Putranto. 

Kasandra mengatakan bahwa perbedaan itu disebabkan oleh karakteristik otak laki-laki dan perempuan yang berbeda. Menurut Kasandra, perbedaan karakteristik otak membuat perempuan lebih bisa dan terbiasa mencurahkan isi hati kepada teman atau keluarga. Sebaliknya, laki-laki cenderung menghindari komunikasi verbal sehingga sulit meluapkan perasaannya pada orang lain. 

“Makanya mereka lebih mudah menyibukkan diri dengan kegiatan, terutama karena dipengaruhi oleh mekanisme adrenalin mereka. Pria dengan tingkat adrenalin rendah potensi depresinya lebih tinggi,” ujar Kasandra. 

Ketidakmampuan pria untuk mencurahkan isi hati layaknya perempuan juga berpengaruh pada perasaan yang dialami saat patah hati. Apalagi, menangis dan mengakui suasana hati yang rapuh masih menjadi hal yang tabu bagi kebanyakan laki-laki, mengingat mereka dibesarkan dalam kultur yang menganggap tangisan sebagai tanda kelemahan.

Related

Relationship 5140272405997958191

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item