Saat-saat Terakhir Kehidupan Rasulullah di Dunia (Bagian 1)


Naviri Magazine - Diriwayatkan bahwa surah Al-Maaidah ayat 3 diturunkan pada waktu sesudah ashar, pada hari Jum’at di padang Arafah, pada musim haji penghabisan (Wada'). 

Pada masa itu Rasulullah SAW berada di Arafah di atas unta. Ketika ayat ini turun, Rasulullah SAW tidak begitu jelas penerimaannya untuk mengingat isi dan makna yang terkandung dalam ayat tersebut. Kemudian Rasulullah SAW bersandar pada unta beliau, dan unta beliau pun duduk perlahan-lahan. Setelah itu turun malaikat Jibril dan berkata,

“Wahai Muhammad, sesungguhnya pada hari ini telah disempurnakan urusan agamamu, maka terputuslah apa yang diperintahkan oleh Allah SWT, dan demikian juga apa yang terlarang olehnya. Oleh karena itu, kumpulkanlah para sahabatmu dan beritahu mereka, bahwa hari ini adalah hari terakhir aku bertemu denganmu.”

Setelah Malaikat Jibril pergi, maka Rasulullah SAW pun berangkat ke Mekkah dan terus pergi ke Madinah. Setelah Rasulullah SAW mengumpulkan para sahabat beliau, Rasulullah SAW pun menceritakan apa yang telah diberitahu oleh malaikat Jibril tadi. Di saat para sahabat mendengar hal itu, mereka pun gembira sambil berkata, “Agama kita telah sempurna. Agama kila telah sempurna.”

Tetapi Abu Bakar r.a. bersedih. Mendengar keterangan Rasulullah SAW itu, ia tidak dapat menahan kesedihannya. Maka ia pun kembali ke rumah, lalu mengunci pintu dan menangis sekuat-kuatnya. 

Abu Bakar r.a. menangis dari pagi hingga malam. Kisah tentang Abu Bakar r.a. yang menangis itu kemudian sampai kepada para sahabat yang lain, maka berkumpullah para sahabat di depan rumah Abu Bakar r.a. dan mereka berkata, “Wahai Abu Bakar, apa yang telah membuatmu menangis seperti itu? Seharusnya kau merasa gembira, sebab agama kita telah sempuma.” 

Mendengar pertanyaan dari para sahabatnya, Abu Bakar r.a. pun berkata, “Wahai para sahabatku, kamu semua tidak tahu tentang musibah yang menimpamu. Tidakkah kamu tahu bahwa apabila suatu perkara telah sempurna maka akan kelihatanlah kekurangannya? Dengan turunnya ayat tersebut, ia menunjukkan perpisahan kita dengan Rasulullah SAW. Hassan dan Hussein akan menjadi yatim, dan para isteri nabi akan menjadi janda.”

Selelah mendengar penjelasan dari Abu Bakar r.a., maka sadarlah mereka akan kebenaran kata-kata Abu Bakar r.a., lalu mereka menangis dengan sekuat-kuatnya. 

Tangisan mereka pun didengar oleh para sahabat yang lain, maka mereka pun lalu memberitahu Rasulullah SAW tentang apa yang mereka lihat itu. Berkata salah seorang dari para sahabat, “Ya Rasulullah SAW, kami baru kembali dari rumah Abu Bakar r.a dan kami dapati banyak orang menangis dengan suara yang kuat di depan rumah beliau.” 

Mendengar penuturan itu, Rasulullah SAW kemudian bergegas menuju ke rumah Abu Bakar r.a. Setelah sampai di rumah Abu Bakar r.a, Rasulullah SAW melihat semua orang yang menangis dan bertanya, “Wahai para sahabatku, kenapa kamu semua menangis?” 

Kemudian Ali r.a berkata, “Ya Rasulullah SAW, Abu Bakar r.a mengatakan, dengan turunnya ayat ini berarti membawa tanda bahwa waktu wafatmu telah dekat. Adakah ini benar, ya Rasulullah?” 

Lalu Rasulullah SAW berkata, “Semua yang dikatakan oleh Abu Bakar r.a adalah benar, dan sesungguhnya waktu untukku meninggalkan kamu semua telah dekat.”

Setelah Abu Bakar r.a mendengar pengakuan Rasulullah SAW itu, dia pun menangis sekuat tenaganya. 

Sementara 'Ukasyah r.a berkata kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, beberapa waktu yang lalu, Anda pernah memukul tulang rusuk saya. Oleh karena itu, saya ingin tahu apakah Anda sengaja memukul saya, atau hendak memukul unta Anda.” 

Rasulullah SAW berkata, “Wahai 'Ukasyah, Rasulullah SAW sengaja memukulmu.” Kemudian Rasulullah SAW berkata kepada Bilal r.a, “Wahai Bilal, pergilah ke rumah Fatimah, dan ambilkan tongkatku kemari.” 

Bilal keluar dan pergi menuju ke rumah Fatimah, sambil meletakkan tangannya di atas kepala dan berkata sendiri, “Rasulullah telah menyediakan dirinya untuk dibalas (di-qishash).” 

Setelah Bilal sampai di rumah Fatimah, Bilal pun memberi salam dan mengetuk pintu. Kemudian Fatimah r.a. menyahut dengan berkata, “Siapa di pintu?” 

“Saya Bilal,” jawab Bilal, “Saya diperintahkan Rasulullah SAW untuk mengambilkan tongkat beliau.”

Kemudian Fatimah r.a. berkata, “Wahai Bilal, untuk apa ayahku minta tongkatnya?” 

Bilal menjawab, “Rasulullah SAW telah menyediakan dirinya untuk di-qishash.” 

“Siapakah manusia yang sampai hatinya ingin men-qishash Rasulullah SAW?” tanya Fatimah r.a. 

Bilal tidak menjawab pertanyaan itu. Setelah Fatimah r.a memberikan tongkat tersebut, Bilal pun membawa tongkat itu kepada Rasulullah SAW. Setelah Rasulullah SAW menerima tongkat tersebut dari Bilal, beliau pun menyerahkannya kepada 'Ukasyah. 

Melihat hal yang demikian, Abu Bakar r.a dan Umar r.a tampil ke depan sambil berkata, “Wahai 'Ukasyah, janganlah kamu qishash Rasulullah SAW, tetapi qishash-lah kami berdua sebagai gantinya.” 

Rasulullah SAW yang mendengar kata-kata Abu Bakar dan Umar tersebut segera berkata, “Wahai Abu Bakar, Umar, duduklah kamu berdua. Sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan tempatnya untuk kamu berdua.” 

Kemudian Ali r.a bangun, lalu berkata, “Wahai 'Ukasyah! Aku adalah orang yang senantiasa berada di samping Rasulullah SAW. Karena itu, pukullah aku dan janganlah kamu men-qishash Rasulullah SAW.” 

Baca lanjutannya: Saat-saat Terakhir Kehidupan Rasulullah di Dunia (Bagian 2)

Related

Moslem World 3841869773601917030

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item