Sejarah Lengkap Pers Indonesia dari Masa ke Masa (Bagian 2)


Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Sejarah Lengkap Pers Indonesia dari Masa ke Masa - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Pada abad-abad berikutnya, perlawanan dilanjutkan oleh pemimpin-pemimpin seperti Teuku Umar, Sisingamangaraja, Tuanku Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro, Pattimura, dan lain-lain pahlawan bangsa.

Pencetus gagasan Boedi Oetomo adalah dr. Wahidin Sudirohusodo, redaktur majalah berkala Retno Dhoemilah, sejak tahun 1901, sementara pendirinya adalah dr. Soetomo. Tokoh-tokoh Boedi Oetomo lainnya adalah dr. Tjipto Mangunkusumo, dr. Radjiman Wediodiningrat, dan dr. Danudirdja Setiabudhi (Douwes Dekker). 

Pada awal kelahirannya, Boedi Oetomo secara formal memusatkan diri pada masalah kebudayaan dan pendidikan. Anggotanya pun terbatas di pulau Jawa dan Madura. Tetapi, setiap pergerakan yang menetapkan program mencapai kemajuan bangsanya tidak dapat dilepaskan dari cita-cita politik. 

Tjipto Mangunkusumo adalah seorang yang menampilkan aspirasi politik itu. Dalam kongres pertama Boedi Oetomo di Yogyakarta, bulan Oktober 1908, Tjipto mendesak transformasi Boedi Oetomo menjadi partai politik, dan meluaskan kegiatannya ke seluruh Indonesia. Dan memang, Boedi Oetomo kemudian mampu melebarkan sayap.

Di Jakarta, pada tahun 1909, Raden Mas Tirtohadisurjo membentuk Sarekat Dagang Islamijah. Dua tahun kemudian Tirtohadisurjo bersama H. Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam di Surakarta. Pada 1912, Sarekat Dagang Islam diubah menjadi Sarekat Islam, di bawah pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto, H. Agus Salim, dan lain-lain.  

Berbagai partai politik dan organisasi masyarakat menyusul didirikan. Tahun 1912, Tjipto, Douwes Dekker, dan Suwardi Surjaningrat (Ki Hadjar Dewantara), membentuk partai politik Indonesia pertama, bernama Indische Partij, dengan tujuan menggalang kesadaran nasionalisme, dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia (waktu itu masih disebut Indies atau Indische). 

Organisasi masyarakat yang berdiri kemudian antara lain Sarekat Ambon, Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Sarekat Sumatra, Pakempalan Politik Katolik Jawi, dan sebagainya.  

Tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan, selain yang sudah disebut di atas, adalah Abdul Muis, G.S.S.J. Ratulangi, M.H. Thamrin, Semaun, Mohammad Hatta,  Sukiman, Sukarno, Ahmad Subardjo, H. Baginda Dahlan Abdullah, Sartono, dan banyak lagi. 

Organisasi-organisasi yang mereka dirikan menunjukkan secara nyata semakin meningkatnya kesadaran terhadap pentingnya menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa dan tanah air. Gerakan-gerakan untuk menggunakan bahasa persatuan, Bahasa Indonesia, membina kecerdasan rakyat, dan menumbuhkan solidaritas serta kebersamaan dalam kegiatan perekonomian, adalah contoh-contoh kongkrit semakin tingginya kesadaran politik masyarakat Indonesia. 

Kesadaran itu memerlukan wadah dan sarana pembinaan serta penyaluran aspirasi. Untuk itu mereka membentuk berbagai klub diskusi dan organisasi politik, sekolah-sekolah sebagai pusat pendidikan, dan juga forum komunikasi, baik langsung mau pun tidak langsung. 

Puncak kesadaran itu adalah Kongres Pemuda 28 Oktober 1928 yang mencetuskan Sumpah Pemuda, memproklamasikan kesepakatan mereka sebagai satu bangsa dalam satu tanah air, dengan satu bahasa persatuan: Indonesia.

Media pergerakan

Surat kabar atau majalah adalah sarana komunikasi yang utama untuk memantapkan kebangkitan nasional dalam rangka mencapai cita-cita perjuangan. Karena itu, dalam jangka waktu yang relatif pendek, di awal tahun 1920, telah tercatat sebanyak 400 penerbitan dalam berbagai corak, di banyak kota di seluruh Indonesia. 

Pendiri Sarekat Dagang Islamijah, Tirtohadisurjo, menjadi redaktur dan penerbit Medan Prijaji di Bandung, hampir bersamaan dengan lahirnya Boedi Oetomo. Pada Juli 1909, di Jakarta, diterbitkan mingguan Boemipoetera yang dipimpin Sutan Mohammad Salim. Inilah salah satu penerbitan pertama yang menampilkan wajah dan warna nasional Indonesia, di depan mata penjajah.

Di Medan, pada tahun 1910, terbit surat kabar nasional bernama Pewarta Deli, dipimpin Dja Endar Muda, yang sebelumnya adalah pemimpin redaksi Pertja Barat di Padang, pada 1903. Pewarta Deli diterbitkan dan dicetak oleh perusahaan pribumi bernama Sjarikat Tapanuli di kota Medan. Pemimpin redaksinya kemudian Djamaluddin Adinegoro. 

Juga di Medan, pada November 1916, terbit koran pertama yang memakai kata “merdeka”, yakni Benih Merdeka, di bawah pemimpin redaksi Mohamad Samin, tokoh Sarekat Islam di kota itu. Direktur surat kabar tersebut adalah T. Radja Sabaruddin, ketua Sarekat Islam Cabang Medan. 

Diterbitkan oleh perusahaan percetakan Setia Bangsa, Benih Merdeka memakai semboyan “Organ oentoek menoentoet keadilan dan kemerdekaan.” Dalam daftar redaksi surat kabar tersebut terdapat nama-nama Mohammad Junus, R.K. Mangunatmodjo, Abdul Muis (waktu itu anggota pimpinan Sarekat Islam pusat), A. Ramli, dan Parada Harahap. 

Parada Harahap pernah menerbitkan koran di Padang Sidempuan, Sumatera Utara bagian selatan, bernama Sinar Merdeka, dan pada 1918 menjadi pemimpin redaksi majalah karyawan/pegawai perkebunan, bernama De Cranie. Parada kemudian juga menerbitkan koran bernama Perempoean Bergerak, dan berkerja dengan redaktur wanita seperti T.A. Subariah, Butet Sutijah, Siti Rohana, dan istrinya sendiri, Setiaman.

Pada 1920-an, jumlah surat kabar meningkat pesat. Di kota Bandung, terbit Sora Mardika (1920), Sipatahoenan (1923), dan Soeara Ra’jat Mardika (1931). 

Penerbitan lain di Medan adalah Matahari Indonesia, dengan redaktur Iwa Kusumasumantri, pada 1928 (tahun 1945 diangkat menjadi menteri sosial RI, 1953 menjadi menteri pertahanan), dan Sinar Deli di bawah pimpinan Mangaradja Ihutan serta Hasanul Arifin, dengan dibantu wartawan B.M. Diah, Ani Idrus, dan lain-lain. 

Hamka dan M. Yunan Nasution mengasuh Pedoman Masjarakat, yang semula dipimpin H. Asbiran Ya’kub (1935). Sebelumnya telah terbit majalah Pandji Islam (1934) dengan pemimpin redaksi Zainal Abidin Ahmad. 

Di Banjarmasin, terbit antara lain surat kabar Soeara Kalimantan (1930), pertama kali nama “Kalimantan” digunakan untuk surat kabar. Pemimpin redaksinya adalah Adnan Abdul Hamidhan.

Di Palembang, Mas Arga dan Bratanata memimpin penerbitan bernama Pertja Selatan, Hambali Usman mangasuh Langkah Pemoeda, dan A.K. Gani (menteri perekonomian RI 1946) menerbitkan Obor Rakjat. Di Jakarta, Parada Harahap memimpin Bintang Timoer. 

Di samping itu, terbit pula Pemandangan (1930), Neratja di bawah pimpinan Abdul Muis dan Agus Salim (menteri muda luar negeri RI 1946, menlu 1947-1949); Kebangoenan, organ Gerakan Rakyat Indonesia (1938) dengan redaktur Sanusi Pane, Mohammad Yamin (menteri kehakiman 1951, menteri pendidikan 1953, menteri penerangan 1962) dan Amir Sjarifuddin (menteri penerangan 1945, menteri pertahanan 1946, perdana menteri 1947).  

Di Surabaya, pada 1929, terbit surat kabar Sin Tit Po, dipimpin Liem Koen Hian, aktivis politik pendukung kemerdekaan Indonesia. Liem menempatkan korannya berlawanan haluan dengan koran-koran Cina lainnya yang masih terikat pada nasionalisme Cina, atau yang menyokong pemerintahan kolonial Belanda. Tetapi, Liem sendiri meninggal sebagai seorang komunis dan warga negara asing Cina.

Di kota Samarinda, pada 1928, terbit koran bernama Perasaan Kita, diasuh seorang tokoh Sarekat Islam, R.S. Maharadja Sajuthi Lubis. Sajuthi kemudian pindah ke Jawa dan memimpin organ partai Islam Indonesia, bernama Islam Bergerak. 

Di Pontianak, tercatat surat kabar bernama Borneo Barat Bergerak. Pada masa pergerakan, dua penerbitan yang terkenal di kalangan pejuang-pejuang politik nasional adalah Fikiran Rakj’at yang terbit di Bandung, dan Daulat Rakyat yang terbit di Jakarta. 

Ir Sukarno (presiden RI pertama) menyajikan tulisan-tulisan menentang penjajahan melalui surat kabar Fikiran Rakj’at. Muhammad Hatta (wakil presiden RI pertama) banyak menulis di Daulat Rakjat, terutama tentang isu-isu ekonomi. 

Baca lanjutannya: Sejarah Lengkap Pers Indonesia dari Masa ke Masa (Bagian 3)

Related

Indonesia 374481734407773144

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item