Tips agar Tetap Sehat dan Minim Stres, Meski di Tengah Tumpukan Pekerjaan


Naviri Magazine - Pendapatan millenial 20 persen lebih rendah dibanding generasi baby boomers saat mereka di umur kepala dua atau tiga seperti kita. Mungkin itulah alasan kenapa banyak dari millenials—tepatnya mendekati 30 persen—yang terpaksa mempunyai pekerjaan sampingan: kadang nyupir Uber, ngambil kesempatan freelancing, jadi surveyor, SPG, dan lain sebagainya. 

Itu baru yang kerja sama orang. Banyak millenial bermental wirausaha. Nah tantangannya tidak jauh beda. Wirausahawan di usia 20'an atau 30 tahun awal di seluruh dunia sekarang dituntut menyeimbangkan pekerjaan utama dengan usaha-usaha kreatif sampingan.

Kebiasaan gila kerja sudah terbukti memicu gangguan kecemasan, depresi, peningkatan berat badan. Kabarnya workaholisme juga bisa mendorong rusaknya pernikahan. 

Beberapa ahli sudah mengkategorikan workaholisme alias kebiasaan gila kerja sebagai gangguan mental. Lalu apa yang kita bisa lakukan—secara realistis—agar tidak jatuh sakit akibat pola hidup ini? Apalagi kalau kita sulit untuk sepenuhnya berhenti, baik karena tidak bisa ataupun tidak mau berhenti jadi workaholic?

“Salah satu penyebab millennial sering kelelahan adalah multitasking. Beban kerja yang berat memicu orang melakukan banyak hal bersamaan. Dampaknya banyak orang mengembangkan kebiasaan memikirkan rencana, tanggung jawab, dan tugas mereka di dalam kepala dalam satu waktu,” kata Ashwini Nadkarni, psikiater sekaligus direktur dari digital integrated care di RS Brigham & Women’s.

Nadkarni mengatakan kebiasaan mikir dan melakukan banyak hal berbarengan membuat produktivitas kita turun. Multitasking dan workaholic rupanya tidak bisa digabungkan. 

Kalau kamu sedang menulis proposal penting tapi diganggu terus oleh notifikasi ponsel, pekerjaanmu pasti tidak akan oke hasilnya. Jadi kamu harus pintar-pintar mematikan notifikasi agar tidak menganggu kamu dari apapun yang sedang kamu kerjakan.

Kalau kamu memang sibuk banget, satu kebiasaan ini akan membantu. Yakni cobalah menyisipkan waktu istirahat kilat—biarpun hanya sebentar—dalam jadwal kerja harianmu. Iya, merencanakan waktu istirahat memang kesannya sepele, tapi sebenarnya efektif meningkatkan kesehatan mentalmu. 

“Tidak harus tidur atau selonjoran, tapi intinya aktivitas yang membuatmu bersemangat, bisa meningkatkan mood dan produktivitas,” kata Amy Morin, psikoterapis dan penulis buku best-selling internasional 13 Things Mentally Strong People Don’t Do. 

“Misalnya, tiap hari luangkan waktu untuk ngobrol sama sahabatmu, atau sisihkan waktu membaca buku favoritmu. Kegiatan-kegiatan kayak gitu dapat menjadi pereda stres, sehingga membantumu kembali ke pekerjaan dengan energi dan kesegaran baru.”

Morin sekaligus merekomendasikan menghabiskan waktu di alam bebas—tepatnya jalan-jalan beberapa menit—mengutip kesimpulan penelitian yang menunjukkan ruang hijau meningkatkan kekuatan mental manusia yang mengunjunginya. 

Biarpun mungkin tidak realistis untuk "mengunjungi alam" selama beberapa jam sehari (kalau kerjamu di lantai 10-an, males banget kan harus ke turun tangga, naik taksi online terus menuju taman kota terdekat), Morin mengatakan paling tidak kamu harus melakukannya sesekali. 

Selain itu tak masalah bila durasinya sangat pendek: seperti meninggalkan ponsel di mobil ketika kamu berbelanja, atau menaruh hape dalam tas ketika kamu sedang makan malam di deretan warung kaki lima.

Sulit meninggalkan ponselmu? Coba matikan notifikasi Grup WA sebentar, atau tutup tab Gmail-mu. “Istirahat sejenak dari teknologi baik dampaknya buat otakmu,” kata Morin. 

Nadkarni menambahkan satu cara termudah agar tetap waras ketika sibuk bekerja, yaitu memanfaatkan momen-momen senggang yang langka untuk dirimu sendiri.

“Kebanyakan orang yang gila kerja mengatakan mereka tidak mempunyai waktu senggang, tapi kesimpulan ini muncul karena mereka memiliki definisi yang berbeda tentang apa itu waktu senggang,” kata Nadkarni. 

Bagaimana caranya? Nadkarni mengatakan di sinilah latihan ketenangan batin (mindfulness) diperlukan. Intinya, mindfulness adalah praktik memfokuskan kesadaran akan diri sendiri di saat itu, membantu kita mematikan mode “autopilot” pikiran, dan membuat kita lebih fokus dengan waktu sekarang. 

Ambil lima menit untuk berfokus dengan kegiatan sampingan di pagi hari—menikmati secangkir kopi misalnya—atau bau dan rasa kopi di mulut yang baru kita teguk. 

Saat berangkat menuju kantor? Lupakan ponselmu sebentar dan nikmati bau gerbong KRL atau bus yang kamu naiki dan serap pengalamanmu jadi komuter untuk menenangkan pikiran. “Melalui metode mindfulness, kamu bisa belajar untuk mengembangkan tingkat kesadaran yang lebih tinggi di masa sekarang,” ujarnya.

Satu saran terakhir, ingatlah untuk selalu menjaga diri ketika sedang tidak bekerja—memperlakukan tubuh seenaknya dengan selalu mencari-cari kesibukan akan membuat beban kerja semakin berat di masa depan.

“Kurang tidur, tidak berolahraga, dan tidak menjaga makan akan menghancurkan kesehatan dan memperlambat produktivitas—dan kemudian kamu mungkin harus bekerja lebih lama agar pekerjaan cepat selesai,” kata Morin. “Workaholisme bisa menjadi siklus yang kejam. Jadi tidak peduli seberapa sibuk dirimu, tetap jagalah kesehatan.”

Related

Tips 142033883519694019

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item