Cara agar Pekerja Tidak Tetap Punya Penghasilan Tetap (Bagian 3)


Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Cara agar Pekerja Tidak Tetap Punya Penghasilan Tetap - Bagian 2). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Di dalam tabungan tetap ini kita juga perlu mempertimbangkan untuk juga membayar secara rutin dana pensiun, agar meskipun bukan pekerja tetap kita masih bisa berharap memiliki dana pensiun. 

Ini adalah bagian dari perencanaan untuk hari tua, agar kelak ketika kita tidak bisa produktif lagi dalam bekerja, kita masih bisa memiliki tunjangan hidup yang cukup. Program perencanaan dana pensiun yang dapat digunakan ini misalnya DPLK atau Dana Pensiun Lembaga Keuangan.

Selain itu, seorang pekerja tidak tetap juga perlu mempertimbangkan investasi yang paling layak untuk dipilih secara lebih cermat. Mengapa? Karena pekerja tidak tetap memiliki risiko yang lebih besar dalam hal investasi ini, berbeda dengan seorang pekerja tetap. 

Kalau pekerja tetap bisa memperoleh penghasilan tetap untuk menunjang hidupnya, terlepas dari investasi yang dimilikinya, maka seorang pekerja tidak tetap tidak bisa berpikir dengan pola itu.

Secara sederhananya, kalau seorang pekerja tetap melakukan suatu investasi dan kemudian investasinya tersebut ternyata merugi, maka dia masih dapat mengandalkan pemasukannya dari penghasilan yang ia peroleh dari pekerjaan tetapnya. Selain itu ia juga dapat menutup kerugian tersebut dengan investasi baru dari dana yang ia peroleh dari pekerjaan tetapnya. 

Nah, pekerja yang tidak tetap tidak bisa ‘seberuntung’ itu. Ketika seorang pekerja tidak tetap melakukan suatu investasi, maka dia secara tidak langsung ‘bergantung’ pada investasinya tersebut, dan kerugian dalam investasi bisa merupakan sebuah ‘bencana finansial’. 

Apalagi bila terjadi sesuatu dengan pekerjaannya (misalnya penulis novel di atas mengalami kecelakaan yang membuatnya tidak bisa menulis untuk sementara waktu, atau ketika ia mengalami bad mood yang membuatnya tak bisa memproduksi empat novel lagi dalam waktu satu tahun), maka dana investasi pun kemudian menjadi satu-satunya gantungan hidup baginya. 

Di sinilah perlunya perhatian yang lebih jauh menyangkut program investsi yang akan dipilihnya. Seorang pekerja tidak tetap harus benar-benar yakin bahwa investasinya adalah jenis investasi yang aman, minim risiko, dan setidaknya dapat memberi bantuan yang menunjang kebutuhan hidupnya.

Beberapa hal yang bisa dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam memilih investasi untuk pekerja tidak tetap adalah likuiditas, tingkat risiko dan jangka waktu investasi.

Likuiditas artinya bahwa investasi yang dipilih tersebut memiliki sifat ‘cepat cair’. Artinya bukan jenis investasi yang membutuhkan waktu lama dalam pencairan dananya. Contoh-contoh investasi yang ‘cepat cair’ ini adalah deposito berjangka, atau saham-saham berkategori blue chip.

Tingkat risiko artinya bahwa seorang pekerja tidak tetap sebaiknya membagi portofolio investasinya secara lebih banyak pada jenis investasi yang menghasilkan pendapatan tetap (meskipun kecil) namun teratur dan stabil, sekaligus juga memiliki tingkat risiko yang rendah. Prosentase untuk ini bisa menggunakan skala 75/25. 75 persen untuk program investasi berisiko rendah, dan 25 persen untuk program investasi berisiko tinggi.

Jangka waktu investasi artinya bahwa seorang pekerja yang tidak tetap harus menyadari bahwa setiap waktu bisa saja dia tidak dapat melakukan pekerjaannya sebagaimana biasanya. Kalau penulis novel di atas bisa menghasilkan empat buah naskah novel dalam waktu satu tahun, maka dia perlu memperhitungkan bahwa pada suatu waktu bisa saja dia tidak dapat memenuhi kuota itu, apapun alasannya. 

Karenanya, program investasi yang dipilihnya sebisa mungkin merupakan program investasi yang memiliki jangka waktu yang tidak terlalu panjang. Kalau memang ingin tetap mengikuti suatu program investasi berjangka panjang, maka bisa menggunakan skala 60-75/25-40. 60-75 persen untuk investasi jangka pendek, dan 25-40 persen untuk investasi jangka panjang.

Berdasarkan penghitungan-penghitungan sederhana yang telah diuraikan di atas itu, kita bisa meyakini bahwa seorang pekerja yang tidak tetap pun bisa memperoleh penghasilan yang tetap apabila kita memang bisa melakukan manajemen atau pengelolaan pendapatan dengan baik; membaginya secara rata untuk kebutuhan hidup, untuk menabung, dan juga investasi. 

Yang membedakan di sini hanyalah bahwa pekerja tidak tetap harus memahami karakteristik pekerjaannya terlebih dulu sebelum kemudian melakukan pengelolaan terhadap penghasilannya untuk investasi.

Apabila karakteristik dari pekerjaannya sudah dapat dipahami sepenuhnya, maka terlepas dari bagaimana dia mendapatkan penghasilannya (dua kali dalam setahun ataupun tujuh kali dalam setahun) dia dapat melakukan perkiraan sekaligus penilaian yang baik terhadap bentuk investasi yang akan ia pilih. Dari sini, pekerja tidak tetap pun tetap memiliki kemungkinan untuk memperoleh penghasilan yang tetap.

Related

Tips 7200931510900637305

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item