Cara agar Pekerja Tidak Tetap Punya Penghasilan Tetap (Bagian 2)


Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Cara agar Pekerja Tidak Tetap Punya Penghasilan Tetap - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Umpamakan saja kita lebih memilih menggunakan sistem jual putus untuk novel yang kita tulis. Di sini, kita akan langsung memperoleh sejumlah penghasilan, namun dengan catatan apabila novel yang kita tulis itu telah selesai secara sempurna, dan ada penerbit yang membayarnya. 

Umpamakan saja satu naskah novel yang kita tulis itu bisa dijual dengan harga Rp. 7.500.000,- dan dalam satu tahun kita bisa menulis empat buah naskah novel (dengan perhitungan rata-rata satu novel membutuhkan waktu 2,5 bulan pengerjaan).

Dari analisis tersebut, artinya kita bisa memperoleh penghasilan total sejumlah Rp. 30.000.000,- dalam setiap tahunnya, dan apabila dirata-rata, maka kita setidaknya memperoleh ‘gaji bulanan’ sebanyak Rp. 2.500.000,- Artinya pula, dari penghasilan setiap satu novel kita harus dapat hidup hingga memperoleh penghasilan dari naskah novel berikutnya, sekaligus juga menyisihkan sebagiannya untuk ditabung dan investasi.

Dengan pola seperti inilah para pekerja tidak tetap bisa memperoleh penghasilan tetap, yaitu dengan memahami karakteristik profesinya. Seperti contoh penulis novel di atas, dia tidak bisa menghasilkan lebih dari empat novel dalam setiap tahunnya. 

Karenanya, dia harus bertahan dengan penghasilannya tersebut, dan mengelolanya sebaik mungkin agar penghasilan yang diperolehnya dapat diinvestasikan dengan harapan agar dapat berkembang.

Kalau hitungan di atas menyebutkan si penulis novel tersebut memperoleh total penghasilan sejumlah Rp. 30.000.000,- pertahun dan itu berarti ia memperoleh ‘gaji’ perbulan sebesar Rp. 2.500.000,- maka itulah dasar pembuatan cashflow pribadinya, neraca ataupun income statement dari penulis novel tersebut.

Dengan penghitungan rata-rata penghasilan Rp. 2.500.000,- perbulan, sesungguhnya si penulis novel di atas itu memperoleh keuntungan, karena dia memperoleh penghasilannya secara langsung di muka, tidak ‘dicicil’ sebagaimana para pekerja tetap pada umumnya. 

Dengan pemikiran itu, sesungguhnya si penulis novel dapat mengambil keuntungan dari penghasilannya tersebut apabila dia menanamkan setiap penghasilannya karena dia akan memperoleh bunga bulanan dari penghasilannya itu. 

Karenanya, untuk tujuan agar memperoleh ‘penghasilan tetap’, kita yang bukan seorang pekerja tetap harus terlebih dulu dapat menghitung (atau setidaknya mengasumsikan) berapa banyak yang dapat kita hasilkan dalam waktu satu tahun dari pekerjaan yang kita lakukan dalam kurun waktu itu. 

Setelah itu, dari penghasilan total tahunan yang kita peroleh, kita perlu membuat asumsi rata-rata penghasilan dalam perbulannya. Kemudian, dari asumsi rata-rata penghasilan perbulan itu kita alokasikan setidaknya untuk tiga hal; alokasi untuk kebutuhan hidup sehari-hari, alokasi untuk menabung, dan alokasi untuk investasi.

Apabila jumlah rata-rata penghasilan perbulannya cukup memadai, maka prosentase minimalnya dapat dibuat secara seimbang, misalnya 35/35/30 persen. 35 persen untuk alokasi kebutuhan hidup sehari-hari, 35 persen lagi untuk menabung, dan 30 persen sisanya untuk program investasi.

Namun, apabila penghasilan rata-rata dalam perbulannya kurang memadai, maka prosentase alokasi untuk kebutuhan hidup sehari-hari tentunya akan menjadi lebih besar. Merujuk pada kasus penulis novel di atas yang memiliki rata-rata penghasilan sejumlah Rp. 2.500.000,- perbulannya, maka ia harus dapat menggunakan jumlah tersebut untuk memenuhi tiga alokasi sekaligus, yakni untuk kebutuhan hidup sehari-hari (selama sebulan), alokasi untuk menabung, dan juga alokasi untuk investasi.

Nah, dana untuk alokasi menabung di atas bisa dipisah lagi menjadi dua jenis tabungan. Yang pertama adalah tabungan tetap, dan yang kedua adalah tabungan yang tidak tetap. 

Kalau tabungan tidak tetap adalah tabungan yang digunakan sebagai tempat penyimpanan uang sebelum digunakan untuk konsumsi tertentu, maka tabungan tetap bisa dianggap sebagai tabungan sekaligus investasi, misalnya dengan ikut serta dalam tabungan plus asuransi yang preminya dibayar secara tetap. 

Tabungan semacam ini adalah tabungan yang tidak bisa ‘diganggu’ dalam jangka waktu tertentu karena memang tujuannya adalah untuk investasi sekaligus juga asuransi.

Baca lanjutannya: Cara agar Pekerja Tidak Tetap Punya Penghasilan Tetap (Bagian 3)

Related

Tips 331902568755011400

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item