Cerita Deny Manusia Got, Rela Berdarah-darah di Comberan demi Nafkahi Anak-Istri


Naviri Magazine - Nama asli laki-laki itu Deny Kurniawan. Karena pandemi Covid-19, ia tak bisa lagi mendapat nafkah sebagai tukang becak. Namun, ia tak menyerah. 

Seorang Ketua RT di Pondok Cipta, Bekasi Barat, memberinya tawaran pekerjaan menguras got. Deny yang sedang kesulitan uang langsung menerima tawaran itu tanpa pikir panjang. 

"Ya sudah, nekat. Wah, badan itu... nyebur saja. Di sini (sela-sela jari tangan) kutu air, berdarah-darah," tutur Deny.  

Sebenarnya, ia tak berpengalaman dengan pekerjaan ini. Namun, ia ikhlas bekerja seperti itu demi memberi nafkah bagi istri dan tiga anaknya. 

“Saya ingat keluarga di rumah. Ingat istri, ingat anak saya. Saya lebih enggak tega lihat anak-istri saya enggak makan,” ujar Deny. 

Deny bekerja sepenuh hati membersihkan gorong-gorong dari berbagai sampah. Karena itu, banyak orang puas dengan pekerjaannya, dan menjulukinya sebagai “Deny Manusia Got”. 

Panggilan kerja di sekitar Bekasi pun terus berdatangan. Deny lalu mengajak tiga temannya untuk membantu pekerjaan itu. Teman-temannya dulu bekerja sebagai penjual kopi dan pemulung. 

Meski harus sering berendam dalam selokan, rasa humornya tak luntur. Deny menjuluki kelompok mereka sebagai Markesot. 

“Saya yang bikin, [artinya] 'mari kita ngesot'," ungkap Deny sambil tersenyum lebar.  

Julukan itu sesuai dengan pekerjaan mereka ngesot di selokan penuh lumpur yang dihuni kepiting, belut, kelabang, dan ular. 

Tak cuma itu, mereka juga kerap menemui sampah-sampah yang membahayakan tubuh mereka, seperti tusuk sate, bambu, dan potongan kaca. Ada pula barang-barang seperti spanduk serta teve tabung. 

Kaki Deny pernah tertancap potongan kaca. Namun, ia terus menjalani pekerjaannya. Belum lagi rasa panas saat terendam dalam lumpur dan bau selokan yang tak juga hilang. 

“Kayak kebakar lho, kalau kena lumpur got. Coba saja,” kata Deny. 

Ia mengakali hal itu dengan membasahi sekujur tubuhnya, termasuk wajah dan selangkangan, dengan oli bekas dan minyak tanah. 

Meski begitu, ia tak bisa mengatasi bau comberan yang terus tercium hingga 2 minggu lamanya. Deny pun terpaksa tinggal terpisah dengan istri dan anak-anaknya. 

“Pekerjaan ini yang paling mahal itu cuma satu: sampai saya harus pisah ranjang sama istri,” ujar Deny. 

Keluarganya saat ini tinggal di Bogor. Anak pertamanya sedang kuliah semester 7. Anak keduanya baru lulus SMK. Sementara, anak ketiga Deny baru menginjak bangku SMP. 

“Saya juga takut [Covid-19], tapi ya itu tadi. Lebih takut lihat anak-istri saya enggak makan. Walaupun kita kena, positif, anggap saja itu jihad. Jihad yang sesungguhnya ya seperti itu, menafkahi keluarga sampai nyawa taruhannya," tegas Deny.

Related

News 7611668277068758660

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item