Hasil Penelitian: Galaksi Bima Sakti Membesar Karena Memakan Bintang Kecil


Naviri Magazine - Sebuah kolaborasi peneliti internasional menentukan bahwa bintang-bintang yang diamati di galaksi Bima Sakti sebenarnya tidak semua berasal dari galaksi tersebut. Benda-benda tersebut tersisa dari galaksi tua yang pernah bertabrakan dengan galaksi Bima Sakti. 

Meskipun tidak terlalu besar, Bima Sakti terlihat mengagumkan karena berukuran 120.000 tahun cahaya, dan astronom percaya bahwa ukurannya saat ini telah tumbuh dengan memakan banyak galaksi kecil yang mengorbit di sekitarnya. Penyelidikan ini ditujukan untuk mengungkap masa lalu sebagai jejak peristiwa.

Pembentukan bintang besar terjadi hanya beberapa ratus juta tahun lalu. Selama masa tabrakan antar galaksi terjadi, struktur ruang bertabrakan sehingga dapat menggabungkan lubang hitam mereka, dan mencampurkan awan gas yang mendorong pembentukan bintang. Demikian seperti dikutip Softpedia.

Studi baru ini menjelaskan bahwa akan muncul peristiwa tersebut di mana ini merupakan alasan mengapa proses pembentukannya sangat lama. Bintang merah memang terlihat di inti galaksi Bima Sakti. Namun kenyataannya benda-benda tersebut terbentuk di galaksi lain, yang kecil dan hanya membuat jalan bagi mereka untuk masuk serta saling bertabrakan.

Penelitian ini dilakukan secara bersama, yang merupakan bagian dari Proyek Aquarius yang lebih besar, dengan tujuan utamanya untuk menggunakan simulasi superkomputer besar untuk memahami bagaimana galaksi besar seperti Bima Sakti terjadi.

Ketika dua galaksi saling bertabrakan, mereka mengarahkan gaya gravitasi antara satu sama lain yang mengesankan. Mereka mampu merobek seluruh bagian galaksi yang lebih kecil, sehingga merusak sampai akhirnya menyatu dengan yang lebih besar.

Beberapa model awal komputer alam semesta mengatakan bahwa kosmos dipenuhi miliaran galaksi kecil sebelum terjadinya ledakan besar. Sebagian besar dari benda-benda yang hidupnya sangat pendek dan ganas itu bertabrakan satu sama lain untuk membentuk galaksi raksasa yang besar seperti yang terihat sekarang.

“Sebagai arkeolog galaksi, kami mencoba melakukan sesuatu yang efektif, dengan berburu ke berbagai situs bintang-bintang tua yang tersebar di seluruh galaksi,” ungkap Andrew Cooper, penyidik ICC.

“Seperti strata batuan kuno yang mengungkapkan sejarah Bumi, bintang halo mempertahankan catatan zaman purba yang dramatis pada awal periode, sejak kehidupan Bima Sakti berakhir jauh sebelum Matahari lahir,” simpul peneliti. 

Related

Science 1134213319675202189

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item