Stres Bisa Memicu Penyakit GERD, Ini Saran Mengatasinya Menurut Dokter


Naviri Magazine - GERD (gastroesophageal reflux disease) adalah penyakit yang disebabkan naiknya asam lambung ke kerongkongan, menyebabkan gejala tertentu dan komplikasi. Gejalanya meliputi rasa terbakar di dada (heartburn), juga rasa makanan naik kembali, atau mulut terasa asam alias regurgitasi. 

Gejala lain yang lebih umum meliputi batuk, suara serak, nyeri saat menelan, erosi pada gigi, nyeri dada, rasa pahit di lidah, dan rasa terganjal di kerongkongan.

Stres berperan besar pada penyakit GERD. Begitu kata staf medik Divisi Gastroenterologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM-FKUI, Rabbinu Rangga Pribadi.

"Penelitian menunjukkan hampir setengah pasien GERD melaporkan stres sebagai faktor terbesar yang memperburuk gejala," papar Rabbinu.

Stres punya kaitan erat dengan timbulnya GERD. Stres atau kecemasan juga menjadi salah satu faktor risiko GERD. Begitu juga gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok dan berat badan berlebih. Faktor lain meliputi makan dalam jumlah besar, obat-obatan, hamil, menyantap makanan yang memicu kenaikan asam lambung, juga berbaring setelah makan.

GERD berbeda dengan penyakit maag, tapi terkait dengan asam lambung. Dalam kondisi normal, asam lambung berada di dalam lambung, tapi asam lambung itu naik ke kerongkongan pada penderita GERD. Penyakit ini banyak dialami masyarakat di dunia. Berdasarkan data, ada 24,8 persen penduduk di Indonesia yang mengalami GERD.

Dia mengatakan, GERD bisa diatasi dengan obat, tapi itu saja tak efektif bila pasien tidak memodifikasi gaya hidup menjadi lebih sehat. 

Pasien GERD harus mengubah gaya hidup dengan cara menjaga berat badan ideal, olahraga teratur, berhenti merokok dan minum minuman beralkohol, juga mengurangi makanan berlemak, tidur dengan meninggikan kepala sekitar 20 cm, menghindari makan dalam jumlah besar, terutama saat malam, menghindari ngemil pada malam hari, dan tidak berbaring minimal tiga jam setelah makan.

Dia menjelaskan, pasien GERD perlu melakukan teropong saluran cerna atau endoskopi atas, bila penyakit tidak segera membaik setelah mengonsumsi obat dan memodifikasi gaya hidup agar lebih sehat. Juga bila pasien mengalami gejala atau tanda bahaya, seperti muntah terus menerus, muntah darah, BAB hitam, sulit menelan, anemia, dan berat badan turun.

"Penyakit ini tidak menimbulkan kematian, namun sangat mengganggu aktivitas keseharian pasien," katanya.

Pengobatan GERD berbeda-beda untuk setiap individu. Oleh karena itu, perlu berkonsultasi pada dokter agar pengobatan lebih optimal.

Related

Health 7424840109150179049

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item