Mitos-mitos Terkenal Seputar Luar Angkasa, yang Ternyata Keliru (Bagian 2)


Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Mitos-mitos Terkenal Seputar Luar Angkasa, yang Ternyata Keliru - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Para ilmuwan melibatkan proses untuk mengkombinasikan warna sehingga membantu ilmuan mengenali daerah-daerah dan kandungan-kandungannya. Seperti yang dikatakan Zolt Levay dari Lembaga Sains Teleskop Ruang Angkasa:

“Warna dalam gambar Hubble bukanlah warna benar atau salah, namun biasanya mewakili proses fisik yang berada di balik subjek gambar. Itu adalah cara untuk menghadirkan sebanyak mungkin informasi dalam satu gambar.”

Jadi, pada dasarnya, semua gambar mengagumkan dalam penelitian astronomi sebenarnya tak lain gambar hitam putih yang diwarnai untuk memperlihatkan berapa banyak sains dalam gambar tersebut.

Sekarang, apakah Mars berwarna merah? Mars mendapatkan kurang dari separuh sinar matahari yang didapatkan bumi, dan cahaya itu masih harus menembus atmosfer yang penuh debu dari partikel oksida besi (karat). Jadi apakah warnanya merah? Tidak ada jawaban yang sederhana.

Meteorit Sangat Panas

Katakanlah sebuah meteorit mendarat di halaman belakang Anda sekarang. Lalu Anda melihat benda itu dalam sebuah kawah kecil. Beranikah Anda menyentuhnya? Tidak berani, sampai ia mendingin. Ia kan terbakar di langit jadi tentunya panas.

Di film memang demikian, namun pada kenyataannya meteor tidaklah panas. Batu itu berada di antariksa dalam suhu sekitar 3 derajat di atas nol mutlak selama miliaran tahun. 

Ketika masuk ke atmosfer, hanya ada beberapa menit waktu ia menembusnya karena kecepatannya yang sangat tinggi. Ini artinya, tidak peduli apa yang terlihat di film Armageddon, meteor tidak punya waktu untuk menjadi api dan meledak di langit sebelum tumbukan.

Lalu bagaimana dengan berkas meteor yang lewat di langit di waktu malam, yang jelas terbakar?

Faktanya, bola api sebenarnya tidak ada hubungannya dengan fisik meteor tersebut. Cahaya yang kita lihat ada di depan benda yang ditekan dengan kecepatan sangat tinggi oleh tekanan hantam. Pada dasarnya, meteor memiliki lapisan udara di depannya, melewati gelombang kejut yang ia buat saat turun. Lapisan udara inilah yang terpanaskan hingga terbakar.

Fenomena ini memang memanaskan lapisan terluar meteor. Namun, karena ia selalu tertiup pada saat tumbukan, itu tidak berarti. 

Orang Meledak di Luar Angkasa

Di satu sisi, manusia adalah mahluk lembap kecil yang terbuat dari kehangatan dan berbagai tekanan internal. Di sisi lain, antariksa adalah ruang yang hampa. Lingkungan kejam yang tidak mengandung apa-apa kecuali kegelapan dan kedinginan.

Kita sering melihatnya dalam banyak film. Jika Anda ke luar angkasa tanpa baju astronot, antariksa akan membuat Anda meledak. Tekanan di dalam tubuh Anda dibandingkan tekanan di luar tubuh Anda akan membuat Anda meletus dalam sekejap. Ini membuat mata hampir keluar, seperti dalam film Total Recall.

Sebagian besar orang dengan benar mengira jika tekanan di luar sebuah benda lebih besar dari tekanan di dalam benda, maka benda tersebut akan meledak seperti balon di atmosfer atas. Jadi, bila Anda membawa manusia keluar tekanan atmosfer kita, dalam beberapa detik ia akan meletus.

Faktanya, seperti ditunjukkan film 2001: A Space Odyssey, seorang astronot dapat selamat berjalan di antariksa tanpa menggunakan helm. Tetapi ini memang sulit, Anda tetap tidak bisa bernapas, tapi setidaknya kepala Anda tidak meledak.

Untungnya, manusia punya banyak hal yang tidak dimiliki balon. Yang utama adalah kulit dan sistem peredaran darah. Kulit bertugas mewadahi dan melindungi tubuh kita sehingga ia dapat menegasi dampak dekompresi. 

Sementara itu, sistem peredaran darah berfungsi beradaptasi dengan lingkungan baru, sehingga ia menjaga darah tetap baik ketimbang mendidih. Bahkan membeku bukanlah isu segera walaupun lingkungannya dingin. Karena tidak banyak materi di luar angkasa untuk menyerap panas tubuh Anda.

Faktanya, bahaya utama tidak memakai baju astronot adalah hal-hal yang berkaitan dengan oksigen: pernapasan, dan juga menahan napas di paru-paru yang bisa berakibat trauma paru bengkak yang dialami penyelam ketika naik ke permukaan terlalu cepat.

Ada Sisi Gelap Permanen di Bulan

Ini astronomi dasar, bulan punya sisi gelap yang menangkap lebih sedikit sinar matahari daripada kegelapan malam. Ia dingin dan gelap, abadi selamanya. Akibatnya, sisi gelap bulan menjadi lokasi mitos, misteri, dan rasa takut kebudayaan populer.

Faktanya, tidak ada yang namanya sisi gelap bulan, sama halnya tidak ada yang namanya sisi gelap bumi. Benar memang kalau bulan hanya menampakkan satu sisi wajahnya ke bumi. Sebenarnya, sisi ini mendapatkan jumlah cahaya yang sama, hanya saja pada waktu yang berbeda (malam).

Yang ada adalah sisi jauh bulan, karena separuh bagian dari bulan memang membelakangi kita. Namun itu tidak berarti sisi tersebut ada dalam kegelapan abadi.

Related

Science 869244522561705186

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item