Pandangan Dunia Mengenai Epilepsi, dari Zaman Kuno sampai Era Modern


Naviri Magazine - Epilepsi berasal dari bahasa Yunani, “epilepsia”, yang artinya gangguan neurologis umum kronis yang ditandai dengan kejang berulang tanpa alasan, atau gejala dari aktivitas neuronal yang abnormal, berlebihan atau tidak sinkron di otak. 

Bahkan, Hipocrates menyatakan bahwa epilepsi diidentifikasi sebagai masalah yang ada kaitannya dengan kinerja sistem saraf pusat di otak. Sebanyak 90% orang dengan epilepsi ditemukan di negara-negara berkembang, dan sebagian besar belum mendapatkan perlakuan sesuai yang mereka butuhkan.

Epilepsi bukanlah penyakit baru, penyakit ini sudah dialami sejak zaman kuno. Pada zaman dahulu, epilepsi dikenal sebagai bentuk pengalaman religi yang dikaitkan dengan penyakit setan, dan juga disebut sebagai penyakit suci. 

Selain itu, penyakit ini dianggap sebagai serangan makhluk halus atau kesurupan, sehingga penderita epilepsi akan dianggap memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan dunia lain dan diangkat menjadi dukun. Bahkan ada juga yang menganggap bahwa epilepsi bukan penyakit atau pengalaman spiritual, melainkan suatu kegilaan, sehingga penderitanya akan dijauhi, dikucilkan sampai dipenjara.

Masalah tersebut ternyata terjadi di setiap negara. Seperti halnya di Kamerun, terdapat kepercayaan bahwa epilepsi disebabkan oleh pengaruh setan yang seketika merasuki tubuh si penderita, yang dikenal sebagai nwaa, dan dilakukan pengobatan dengan diet khusus. 

Bahkan di beberapa daerah di India, ada tindakan pengusiran setan pada diri penderita dengan cara mengikatnya pada pohon, memukul, mencukur sebagian rambutnya, memeras lemon dan jus lain pada kepala, lalu membuatnya kelaparan. 

Di Nepal dan Tanzania, epilepsi dihubungkan dengan roh-roh jahat, ilmu hitam, sihir atau keracunan, dan juga beranggapan bahwa epilepsi adalah penyakit menular sehingga mengharuskan si penderita untuk diasingkan. 

Di zaman Romawi kuno, epilepsi dikenal dengan istilah morbus comitialis yang berarti penyakit kutukan dari para dewa penguasa Romawi kuno. Berbanding terbalik dengan bangsa Yunani kuno yang mempunyai pandangan kontradiktif tentang penyakit ini. Mereka menganggap epilepsi sebagai bentuk kerasukan spiritual, tetapi juga mengaitkan kondisi ini dengan kejeniusan dan keilahian. 

Di Italia bagian Utara, epilepsi secara tradisional pernah dikenal sebagai penyakit Santo Valentine. Sedangkan di Indonesia, epilepsi dikenal dengan “ayan” atau “sawan”. Bahkan banyak masyarakat yang masih mempunyai pandangan keliru dan beranggapan bahwa epilepsi bukan penyakit melainkan karena masuknya roh jahat, kesurupan, guna-guna atau suatu kutukan. Salah satunya di daerah NTT, epilepsi lebih dikenal dengan istilah “mati kambing”.

Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor seperti kurangnya pemahaman akan beberapa penyakit, masyarakat masih mempunyai pemikiran tradisional, minimnya jasa pelayanan kesehatan di pedesaan sehingga masyarakat lebih banyak memilih menggunakan obat tradisional atau mengaitkannya dengan hal-hal gaib. 

Selain itu juga karena banyaknya kesenjangan antara masyarakat, sehingga banyak anggapan bahwa penyakit tersebut merupakan perbuatan antara sesama masyarakat karena ada unsur dendam. 

Related

Science 4058067764869810143

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item