Terungkapnya Skandal Perusahaan-perusahaan Besar di Balik Isu Pemanasan Global


Naviri Magazine - Beberapa tahun belakangan, politisasi sains dilakukan dengan lebih halus. Sponsornya juga lebih beragam, bukan cuma negara. Kali ini tidak hanya tujuan politis, para aktornya juga memiliki kepentingan ekonomi dalam produksi pengetahuan ilmiah. 

Jaringan aktor terbesar dalam produksi sains yang politis dan penuh skandal pada abad ini adalah perusahaan-perusahaan raksasa. Isu-isu yang diangkat biasanya terkait dengan lingkungan dan kesehatan. Dalam sektor lingkungan, beberapa perusahaan kedapatan memiliki andil dalam proses penelitian yang berkaitan dengan perubahan iklim. 

Mereka terbukti mendanai riset-riset yang bertujuan untuk menyangkal bukti ilmiah bahwa perubahan iklim nyata dan diakibatkan oleh aktivitas manusia. Koch Industries, misalnya. 

Robert J. Brulle, ahli sosiologi lingkungan dari Drexel University, dalam artikel berjudul “Institutionalizing delay: foundation funding and the creation of U.S. climate change counter-movement organizations” (Climate Change, Vol. 122, 2014) mengungkap suburnya gerakan untuk menolak konsensus ilmiah perubahan iklim ternyata didanai oleh perusahaan-perusahaan bahan bakar fosil seperti Exxon atau bisnis milik Koch bersaudara. 

Hasil analisis Brulle menunjukkan bahwa sejak 2003 sampai 2010, ada dana mengalir sebanyak USD 558 juta untuk organisasi-organisasi dan riset penyangkal perubahan iklim. Salah satu penyumbang terbesarnya adalah Koch Affiliated Foundations dengan angka pendanaan sebesar USD 26,3 juta. 

Laporan khusus dari Greenpeace menunjukkan hal serupa. Dalam laporan berjudul Koch Industries Secretly Funding The Climate Denial Machine, Greenpeace mengungkap intervensi Koch Industries dalam riset-riset terkait perubahan iklim yang dilakukan oleh puluhan lembaga riset di Amerika Serikat. 

Salah satu contoh studi yang dihasilkan dari intervensi ini adalah studi tentang beruang kutub Arktik pada 2007. Studi itu mengatakan bahwa pemanasan global tidak mengancam eksistensi beruang kutub di Arktik. Berdasarkan laporan Greenpeace, diketahui bahwa para peneliti yang terlibat disokong oleh Koch Industries, American Petroleum Institute dan Exxon-Mobil Corporation. 

Studi ini segera dihujani kritik dari para peneliti Arktik karena isu orisinalitas dan kurangnya data dalam proses pengambilan kesimpulan. 

Greenpeace juga mendapati para peneliti dalam studi ini memiliki rekam jejak dalam pembuatan penelitian-penelitian anti-perubahan iklim yang didanai perusahaan bahan bakar fosil. Dalam sektor kesehatan, industri tembakau telah sejak lama mengintervensi riset-riset seputar kesehatan, terutama kanker. 

Studi berjudul “Tobacco industry manipulation of research” yang ditulis oleh Lisa A. Bero dalam jurnal Public Health Reports (2005) menunjukkan bahwa perusahaan di bidang industri tembakau terlibat dalam berbagai strategi penelitian untuk membantah temuan-temuan ilmiah yang dianggap merugikan perusahaan. 

Phillip Morris, misalnya. Pada 1988, perusahaan itu membentuk lembaga risetnya sendiri, yaitu Center for Indoor Air Research (CIAR) dengan misi utama membantah hasil penelitian yang menunjukkan bahwa perokok pasif berpotensi terkena kanker. 

Dalam studi berjudul “The Crisis of Politicization Within and Beyond Science” (Nature Human Behaviour, Vol. 1, 2017) James N. Druckman menjelaskan bahwa politisasi sains adalah hal lumrah mengingat sains selalu berdiri di atas ketidakpastian. Menurutnya, ilmuwan memang selalu dilatih untuk fokus terhadap ketidakpastian. 

Sayangnya, ketidakpastian itulah yang menjadi ladang eksploitasi dan manipulasi beberapa pihak. Meski lumrah, dampaknya bisa serius jika tidak diperhatikan. Druckman menyebutkan contoh studi yang dilakukannya tentang energi nuklir. 

Druckman menyebar kuesioner kepada dua kelompok responden. Salah satu kelompok responden diberi konsensus ilmiah tentang penggunaan energi nuklir. Hasilnya kelompok tersebut menunjukkan sikap positif terhadap nuklir. 

Kelompok lain diberikan informasi tentang konsensus ilmiah yang dipolitisasi. Mereka cenderung tidak percaya dengan konsensus ilmiah, dan lebih memercayai bagian yang sudah dipolitisasi. 

Artinya, upaya politisasi bisa mengeksploitasi sifat ketidakpastian dalam sains dan mengarahkan kepada informasi yang keliru. Begitu juga yang terjadi pada para penyangkal perubahan iklim. Sebagaimana disampaikan oleh Brulle sebelumnya, riset-riset soal iklim yang direcoki oleh perusahaan energi fosil berperan dalam merebaknya kelompok penyangkal perubahan iklim. 

Related

Science 769018296709848616

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item