Duh, Ahli Sebut Virus Corona Sudah Bermutasi 6.600 Kali


Naviri Magazine - Direktur Eksekutif dari Bioinformatics Institute di Agency for Science, Technology and Research, Dr. Sebastian Maurer-Stroh mengatakan virus SARS-CoV-2 telah menyebabkan mutasi lonjakan protein.

Menurutnya mutasi-mutasi tersebut telah muncul sejak Desember 2019 lalu. Bahkan mutasi virus ini sudah mencapai 6.600 kali. Mutasi virus hadir tiap ada kesalahan dalam proses replikasi. Terjadinya karena ada penambahan, penghapusan atau perubahan dalam kode genetiknya.

Jika kesalahan meningkatkan proses kelangsungan prospek hidupnya akan lebih banyak, salinan pada replikasi yang 'salah' ini akan tetap bertahan. Beberapa diantaranya bahkan memengaruhi versi aslinya.

Salah satu contohnya D614G yang meningkat pada Februari tahun lalu. Saat itu mutasi tersebut telah ditemukan dalam seluruh sampel virus.

Varian tersebut telah menebar diberi nama klade atau grup keluarga sendiri, dan menjadi klade G. Sementara itu Organisasi Kesehatan Dunia klade G telah meningkatkan in efektivitas dan penularan, penyakit tidak lebih barah, tidak mempengaruhi diagnosis, pengobatan atau vaksin.

Klade G dan subklad, termasuk GRY yang merupakan dari varian B117 dari Inggris, telah menggantikan virus aslinya, dikutip dari laman Straits Times.

Dengan begitu banyak mutasi hanya beberapa yang menjadi perhatian WHO. Sebab harus memenuhi sejumlah syarat varian perhatian atau variant of concern (VOC).

Yakni adalah lebih menular, menyebabkan penyakit lebih parah, mengurangi netralisasi oleh antibodi secara signifikan, atau mengurangi efektivitas pengobatan, vaksin atau diagnosis.

Dr Maurer-Stroh menjelaskan tidak semua mutasi membuat perbedaan dari penyakit dengan cara ini. Dengan begitu mutasi tidak membuat gelombang pandemi.

Setiap varian biasanya terdiri dari lima hingga 15 mutasi. Dia menjelaskan istilah double-mutant atau triple-mutant digunakan sebagai sebutan di strains India keliru. Namun secara luas, pada mutasi yang signifikan ditemukan dari varian tersebut.

Menurut Professor Ooi Eng Eong dari Duke-Nus Medical School mengatakan jika vaksin bisa melawan varian. Dia mengatakan penelitian diantara vaksinasi menemukan vaksin mRNA mampu mencegah infeksi dari sejumlah varian.

"Diantara empat laporan menunjukan tingkat terobosan varian gejala infeksi SARS-CoV-2 di bawah 1% diantara individu vaksinasi," kata dia.

Antibodi yang dihasilkan vaksin dapat mengenali bagian lonjakan virus. Sayangnya ada kekhawatiran bagian yang dikenali vaksin tidak dapat melindungi orang tersebut dari virus.

Menurut Prof Ooi, vaksin tidak hanya menghasilkan antibodi. Namun juga mengaktifkan sejumlah respon imun dalam tubuh. Termasuk diantaranya adalah produksi sel T, yang dapat membunuh virus serta sel terinfeksi.

Di sisi lain, Associate Professor Hsu Liyang, seorang ahli penyakit menular dari Sekolah Kesehatan Masyarakat Saw Swee Hock Universitas Nasional Singapura, memperingatkan soal asumsi vaksin mengenai bisa melindungi diri dari virus.

"Kami tidak berharap virus bisa tetap diam. Akan lebih banyak varian yang keluar," kata Hsu Liyang.

Related

News 2271648386714794116

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item