Kisah Para Artis yang Bergelimang Popularitas, tapi Merasa Sunyi dan Lelah (Bagian 2)


Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah Para Artis yang Bergelimang Popularitas, tapi Merasa Sunyi dan Lelah - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Menurut Alan, adiknya sempat mengajak orang tuanya berlibur. Namun, tempat liburannya bukanlah tujuan pakansi biasa. Melainkan ke panti asuhan. Liburan itu cukup membuat Nike senang. Meski demikian, kelelahan belum bisa sepenuhnya hilang dari diri Nike. 

"Coba lihat itu foto Nike," ujar Alan sembari menunjuk sebuah foto besar berpigura. "Lihat wajahnya yang capek itu. Kelihatan, kan?" 

Foto itu menunjukkan Nike Ardilla tengah duduk di kursi, mengenakan gaun merah. Wajahnya tertekuk. Campuran wajah kelelahan serta kebosanan. "Itu foto sehari sebelum Nike meninggal," kata Alan. 

Kesaksian Alan juga hampir mirip dengan yang dituturkan Eddy Bogel, fotografer yang memotret Nike tiga hari sebelum meninggal. Pada 16 Maret 1995, Nike datang ke kantor majalah Aneka, tempat Eddy bekerja. Di sana Nike sempat diwawancara tentang kesuksesan kariernya di usia yang masih belia. 

Wawancara itu membuat Eddy lumayan terkejut. Biasanya Nike selalu ceria, tapi hari itu Nike terlihat lesu dan mengeluh. "Orang mungkin lihat gue bangga dengan puja-puji. Bergelimang prestasi. Tapi terkadang gue yang jalanin merasa jenuh. Capek. Gue pengin pensiun aja jadi artis," ujar Nike kala itu. 

"Saya sempat bilang ke Nike. 'Dunia awalmu itu, kan, bernyanyi, tapi sekarang jadi melebar. Kalau capek, balik aja ke dunia yang membesarkan namamu'," kata Alan. 

Tapi nasihat Alan belum sempat dijalankan, Nike keburu meninggal dunia pada 19 Maret 1995. 

Artis dan Depresi 

Sekilas menjadi seniman atau artis adalah profesi menyenangkan. Tak perlu mengikuti jam kantor. Bebas berpakaian apa saja. Tak punya bos yang akan memarahi. Namun, seniman atau artis adalah satu dari 10 profesi yang paling tinggi tingkat depresinya. 

Menurut situs Health.com, kelompok artis, pekerja dunia hiburan, dan penulis adalah orang yang rawan mengalami apa yang disebut "major depression," alias perasaan sedih, galau, tidak bahagia, atau merasa kesepian. Penyebabnya diyakini lantaran perubahan zat kimia dalam otak yang dipicu oleh gen, atau peristiwa yang memicu stres, atau kombinasi keduanya. 

Sekitar 9 persen kelompok artis, penghibur, dan penulis dilaporkan mengalami depresi. Menurut Deborah Legge, konselor mental di Buffalo, Amerika Serikat, ia terlalu sering menemui artis dan penghibur yang mengidap bipolar. 

"Di kelompok orang-orang artistik, bisa jadi ada penyakit mood disorder yang belum didiagnosa atau tidak ditangani. Depresi umum terjadi pada mereka yang bekerja di bidang seni, dan gaya hidup juga berpengaruh terhadap depresi tersebut," ujar Deborah. 

Pada 2016, lembaga Help Musician UK merilis laporan berjudul "Can Music Make You Sick?" Laporan setebal 69 halaman ini berasal dari survei oleh Universitas Westminster dan lembaga pemikiran musik, MusicTank. Respondennya adalah 2.211 orang yang bekerja di dunia musik, antara lain musisi (39 persen), penulis musik atau produser (10 persen), artis solo (8 persen), pekerja label (7 persen), pekerja audio (4 persen), dan kru (2 persen). 

Mayoritas responden (66,2 persen) berusia antara 18 hingga 35 tahun. Survei ini mengungkap sisi gelap depresi musisi yang selama ini sekadar jadi perbincangan selintas lalu. Dari survei itu, diketahui 71 persen responden menyatakan pernah mengalami serangan panik dan/atau kecemasan tingkat tinggi. 

Selain itu, 69 persen responden mengaku mengalami depresi. Sebagai perbandingan, sekitar 19 persen warga biasa Inggris mengalami kecemasan atau depresi. Artinya, kemungkinan depresi menyerang pekerja dunia musik tiga kali lebih besar ketimbang warga yang tidak bekerja di dunia musik. 

Ada beberapa alasan yang disebut sebagai penyebab depresi. Mulai dari bayaran yang tak stabil, tuntutan kerja yang tinggi, kurangnya perhatian terhadap karya, hingga masalah yang berkaitan dengan gender: seksisme, diskriminasi, dan pelecehan seksual. 

Masalahnya kemudian, mencari bantuan mengatasi depresi itu ternyata tidaklah mudah. Saat diberi pertanyaan apakah mudah mencari bantuan, 53 persen responden menjawab tidak. 

Sama seperti kasus yang terjadi pada diri Duff McKagan, depresi yang ia alami tidak membuatnya pergi ke psikolog atau ahli kejiwaan. Cara pintas yang ia tempuh dengan minum alkohol dan memakai narkoba. Tanpa bantuan, pekerja dunia musik ini hanya bisa menapak jalan tragis. Entah mati overdosis atau bunuh diri. Sebut saja Jani Lane, Kurt Cobain, hingga Tommy Page. 

"Survei ini adalah langkah awal yang penting untuk memahami bagaimana kondisi kejiwaan musisi dan pekerja musik," tulis Help Musician UK dalam penutup laporan. 

"Dengan selesainya tahap penelitian berikut, yang akan menyelami lebih dalam isu ini dan mencari berbagai solusi, Help Musician UK mengharapkan akan meluncurkan layanan kesehatan jiwa bagi mereka yang bekerja di industri musik."

Related

Entertaintment 2224718456687346838

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item