Kisah Para Mualaf di Kuningan, Terusir dari Keluarga dan Buka Usaha Seadanya Demi Bertahan Hidup


Naviri Magazine - Sejumlah mualaf yang menjadi binaan Yayasan Mualaf Ikhlas Madani Indonesia (Mukmin) Kabupaten Kuningan Jakarta pusat menjadi korban pengusiran dari keluarga besar mereka setelah berpindah keyakinan.

Para muallaf tersebut terusir dari keluarga besarnya setelah menjemput Hidayah Islam. Tetapi mereka Dengan gigih selalu Istiqomah mengupayakan pemberdayaan ekonomi untuk bisa bertahan hidup dan menjaga keimanan.

Para muallaf tersebut akhirnya ditampung oleh Yayasan Mukmin Kabupaten Kuningan yang memang menyediakan rumah singgah bagi mereka. Di rumah singgah itulah, mereka tinggal dan memperoleh pembinaan untuk lebih menguatkan akidah dan mempelajari ajaran agama Islam.

“Ada 15 mualaf yang tinggal di rumah singgah. Selain dari Kabupaten Kuningan, ada juga yang berasal dari berbagai daerah lainnya seperti Bali, Medan, Bangka Belitung, Aceh dan Klaten,’’ ujar Ketua Yayasan Mukmin Kabupaten Kuningan, Ade Supriadi.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, para mualaf di rumah singgah itu tak mau berpangku tangku tangan mengharap bantuan. Justru mereka berikhtiar sungguh-sungguh untuk menjemput rezeki dari Allah SWT. Caranya, mereka berdagang, seperti yang pernah dilakukan Rasulullah SAW dan para sahabat.

Para mualaf tersebut ada yang berdagang angkringan dengan menu khas seperti nasi kucing, nasi bakar dan wedang jahe susu. Adapula berbagai jenis sate, di antaranya sate telor, usus, hati ampela, sate baso dan sate kulit.

Untuk membuka usaha angkringan itu, mereka diberikan modal usaha oleh perusahaan Moza Group Cirebon. Pemilik perusahaan, H Solichin dan Hj Mozayanah, memang sengaja memperluas usaha Angkringan Moza Kuningan untuk pemberdayaan ekonomi mualaf di Kabupaten Kuningan.

Ada sembilan gerobak angkringan yang kini dijalankan para mualaf binaan Yayasan Mukmin. Pendapatan total sembilan gerobak itu rata-rata Rp 500 ribu per hari.

Khusus untuk nasi bakar, saat awal buka hanya terjual sekitar 20 bungkus per hari. Saat ini, sudah meningkat menjadi 50 bungkus per hari. Nasi bakar yang diisi daging ayam cincang itu dijual sepaket dengan tahu tempe dan sambal lalap seharga Rp 10 ribu.

Keuntungan dari penjualan angkringan dan nasi bakar itu, mereka bisa membayar biaya kontrakan rumah singgah sebesar Rp 1,5 juta per bulan. Mereka juga bisa membayar biaya listrik dan memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.

Setelah semua kebutuhan pokok itu terpenuhi dan masih ada keuntungan lebih, maka mereka akan membagi sisa keuntungan tersebut. Pembagian dilakukan bagi yang ikut bekerja di bagian produksi maupun di bagian pemasaran.

“Alhamdulillah kami mandiri. Insya Allah semua kebagian berkahnya,” tukas Ade.

Lebih lanjut, Ade menjelaskan bahwa pihaknya juga membuka usaha lain. Yakni, menjadi distributor serta memasarkan langsung ke konsumen air mineral kemasan, bekerja sama dengan Albahjah Water. Semua keuntungan yang didapat dapat memberikan tambahan pemasukan bagi para mualaf yang dibina Yayasan Mukmin.

“Banyak orang mengira kami membiayai hidup dari proposal-proposal program. Padahal sama sekali tidak. Alhamdulillah kami tidak makan harta yang bukan hak kami. Kami mandiri dan terus berjuang menjadi pejuang akidah, penjaga gawang akidah Islam,” tegas Ade.

Meskipun jumlah anggotanya minim, Yayasan Mukmin aktif melakukan pembinaan terhadap para mualaf di Kabupaten Kuningan. Mereka tidak segan turun naik gunung dipelosok desa tempat para mualaf melanjutkan perjalanan keislamanya.

Related

News 3313496815540082038

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item