Kisah Menarik di Balik Wajah-wajah yang Muncul di Lembaran Uang


Naviri Magazine - Jika kita perhatikan, lembaran uang yang beredar di Indonesia, khususnya di masa-masa sekarang, semuanya menunjukkan wajah-wajah pahlawan. Dari uang dengan pecahan terkecil sampai yang terbesar, semuanya dihiasi wajah atau potret para pahlawan. Dari Soekarno-Hatta sampai Pangeran Diponegoro. 

Alasan dan latar belakang mengapa Indonesia menetapkan wajah-wajah pahlawan sebagai gambar di lembaran uang, tentu karena Indonesia menghormati para pahlawan. Salah satu bentuk penghormatan itu adalah dengan menampilkan wajah atau sosok mereka di lembaran uang.

Kenyataan itu tak jauh beda dengan Amerika, misalnya. Amerika memiliki lembaran uang yang dihiasi wajah Benjamin Franklin, sang founding father Amerika, sosok yang sangat dihormati orang-orang Amerika. 

Karenanya tidak mengherankan kalau wajah Benjamin Franklin sangat terkenal sebagai penghias lembaran uang AS. Begitu pula sosok Abraham Lincoln, salah satu presiden Amerika yang berpengaruh, juga menghiasi lembaran uang di Amerika.

Namun, ada pula negara-negara yang menggunakan tokoh lain—di luar tokoh pahlawan—sebagai penghias uang mereka. Berbeda dengan Indonesia yang sering bahkan nyaris selalu menggunakan sosok pahlawan, ada negara-negara tertentu yang justru lebih memilih tokoh di bidang sastra. 

Negara-negara Skandinavia banyak yang menghiasi lembaran uang mereka dengan tokoh-tokoh sastra yang mereka hormati.

Dalam film dokumenter berjudul Where to Invade Next, Michael Moore berkelana ke berbagai tempat di dunia untuk belajar, “mewakili” Amerika Serikat yang, menurut dia, malah sibuk meratakan negeri-negeri lain alih-alih bertukar kebaikan. 

Pada satu bagian, Moore yang datang ke Finlandia untuk mencari tahu resep rahasia pendidikan mereka. Ia berkata kepada tuan rumah yang menerimanya: puisi telah ditendang dari kurikulum sekolah Amerika Serikat karena dianggap tidak berguna.

Menyebut tanggapan orang-orang Finlandia itu sekadar “tampak terkejut” tentu tak memadai. Salah seorang di antara mereka, Menteri Pendidikan Finlandia, terjengkang. 

Ada kesan iba mendalam sekaligus horor terpancar dari mata dan wajahnya yang jadi kaku sewaktu mengetahui bahwa di dunia ini ada bangsa yang sedemikian tak peduli terhadap hal-hal yang membuat manusia jadi manusia, hal-hal yang bangsa mereka justru utamakan dalam pendidikan.

Berbeda dari dolar Amerika Serikat yang hampir setiap pecahannya bergambar politikus laki-laki bertampang gila hormat—sebagian bahkan masih memakai rambut palsu—wajah-wajah pada markkaa (mata uang Finlandia) adalah milik anak-anak terbaik bangsa itu dalam pelbagai bidang: Paavo “Flying Finn” Nurmi, atlet maraton juara Olimpiade; komposer Jean Sibelius; arsitek Alvar Aalto; padri Lutheran dan ahli bahasa Mikael Agricola; dan novelis Väinö Linna.

Bergeser sedikit, Norwegia, yang selalu punya kebanggaan khusus terhadap kesusastraan nasionalnya, bisa dan telah mencetak lebih banyak wajah pengarang ketimbang Finlandia di atas krona, mata uang mereka. 

Apa boleh buat, Norwegia punya Henrik Ibsen. Mereka punya tiga orang pemenang Nobel Kesusastraan: Bjørnstjerne Bjørnson (1903), Knut Hamsun (1920), dan Sigrid Undset (1928). Dan selain Hamsun yang pilihan politiknya ngawur, potret pengarang-pengarang besar itu telah beredar dalam lembaran krona Norwegia.

Pada 1990an, bank sentral Inggris mencetak gambar wajah Charles Dickens di lembaran 10 pound. Dan tahun depan, giliran Jane Austen yang akan tampil. Ia akan menjadi perempuan bukan ratu pertama di negeri itu yang tampangnya digandakan sebagai uang. 

Sementara itu, di seberang selat, orang-orang Irlandia pernah membawa James Joyce dalam dompet masing-masing, dengan hati penuh rasa bangga, perut penuh minuman keras, dan mulut penuh keterangan 'the scrotumtightening' yang siap mereka tempelkan pada apa saja. 

Related

Money 3852104395063661282

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item