Sejarah dan Asal Usul Dangdut Koplo hingga Terkenal di Indonesia


Naviri Magazine - Dangdut koplo adalah genre dangdut yang saat ini sedang moncer dan digemari banyak orang. Sebegitu populer, sampai konser dangdut koplo menjadi semacam acara yang muncul di mana-mana, dengan penonton yang terus berjibun. Dari dangdut koplo pula muncul ikon-ikon baru seperti Via Vallen, Nella Kharisma, sampai Sodiq.

Sementara dunia nyata digoyang pentas-pentas dan konser dangdut koplo secara live, dunia maya alias internet juga mengalami hal yang sama. Di YouTube, video-video berisi dangdut koplo menjadi tayangan yang populer, bahkan beberapa video dangdut koplo ada yang ditonton sampai jutaan kali.

Bagaimana sebenarnya sejarah dan asal usul dangdut koplo, hingga bisa sepopuler sekarang? Anehnya, para pemain atau musisi dangdut koplo tidak bisa memastikan jawaban atas pertanyaan itu. Beberapa dari mereka hanya menyatakan bahwa dangdut koplo lahir di lokalisasi Jarak, Surabaya.

Saat itu pertengahan menuju akhir era 1990-an. Ngetren penggunaan pil koplo, yang membuat pemakainya merasa bersemangat. Irama koplo yang rancak seakan membuat pendengarnya menenggak pil koplo. Bersemangat dan penuh energi. Di lokalisasi Jarak, tempat malam terasa panjang dan riuh, musik yang diputar harus bisa membuat pengunjung merasa bersemangat—dan tentu saja bergairah. Koplo lahir dari suasana rakyat seperti itu.

Agar suasana makin meriah, maka diselipkan juga senggakan. Sorakan ini sebenarnya muncul dari kesenian karawitan. Ada berbagai macam senggakan. Wiwik Sagita, biduanita popular dari OM Sagita, dikenal punya senggakan khas “Asolole”. Ada pula senggakan seperti “hok ya, hok ya”, atau “hak e, hak e”, dan tentu saja “buka sitik, jos!”

Peneliti dangdut asal Amerika Serikat, Andrew Weintraub, menyebut koplo berakar pada tarian ronggeng di pedesaan Jawa. Koplo menjadi kaya karena tak sekadar menyerap pengaruh Melayu atau India seperti dangdut. Melainkan juga musik metal, house, dan seni rakyat lain seperti jaranan, jaipong, atau ludruk.

Koplo perlahan populer berkat mode penyebaran yang unik, yakni melalui rekaman video hajatan yang kemudian diperbanyak dalam format VCD. Persebarannya masif. Dari Jawa Timur hingga ke Jakarta. 

Dari sana, muncul ikon baru, biduanita asal Pasuruan, Inul Daratista. Terlepas dari gaya goyang ngebor yang berkarakter itu, Weintraub mencatat musik yang dibawakan Inul berbeda dari dangdut yang pernah ia dengar.

Weintraub menyebut musik Inul punya dasar rock yang kencang, gitar yang menjerit, tempo cepat, dengan seksi-seksi lagu yang berubah-ubah dengan cepat. Perubahan tempo dan seksi lagu yang berubah cepat itu yang dikenal sebagai koplo.

Kehadiran koplo dari pinggiran Jawa Timur ini bisa mengguncang kerajaan dangdut yang selama ini dipegang oleh sang raja Rhoma Irama. Saat Inul muncul pada awal 2000-an, Rhoma langsung menunjukkan ketidaksukaanya. 

Weintraub menyebut bahwa Inul dianggap sebagai pendatang gelap di "kalangan komunitas dangdut yang tertutup dan picik di Jakarta, tidak seperti sosok kalem, santun, dan glamor yang ditampilkan oleh biduan-biduan era 1990-an (misalnya Cici Paramida, Ikke Nurjanah, Itje Tresnawati). Inul menampilkan citra perempuan kuat, tegas, dan seksual."

Inul kemudian diboikot. Diserang. Goyangannya dianggap membangkitkan syahwat lelaki. Michael H.B. Raditya dalam "Dangdut Koplo: Memahami Perkembangan hingga Pelarangan", menyebut boikot, serangan-serangan, serta tuntutan agar dangdut koplo bisa mengedukasi, sebagai hal yang ambigu.

Dangdut koplo memang membawa nilai yang berbeda dari dangdut ala Rhoma. Raditya menyebut bahwa beberapa lagu dangdut koplo menawarkan keterbukaan dan keadaan yang dialami oleh masyarakat di Jawa Timur. 

Hal itu yang mungkin tidak dirasakan oleh para borjuis dangdut di ibu kota. Lagu-lagu seperti "Wedi Karo Bojomu", "Oplosan", "Ditinggal Rabi", hingga "Bojo Galak" adalah perwujudan paling paripurna dari slogan seni menjiplak kehidupan.

Kehadiran internet juga membawa perubahan besar. Internet berperan krusial membuat masyarakat memahami keberagamaan budaya yang lentur. Dalam hal ini: dangdut koplo. Jadi musik yang dulu dianggap hanya konsumsi pinggiran, sekarang didengar oleh para masyarakat digital. 

Maka, sekarang kita bisa menyaksikan video klip "Jaran Goyang" yang dibawakan oleh Nella Kharisma ditonton lebih dari 90 juta kali di Youtube. Atau bagaimana lagu "Sayang" yang dinyanyikan Via Vallen bisa ditonton lebih dari 98 juta kali. Internet juga menjadikan pemain kendang, yang biasanya dianggap kalah penting dibanding vokalis atau pemain seruling, sebagai selebritas baru. Cak Met, salah satunya.

Beberapa penggemar membuat laman di Facebook bernama Fans Ky Ageng Cak Met New Pallapa. Anggotanya sudah melebihi 15 ribu orang, dan terus bertambah setiap harinya. 

Pemain kendang juga bisa jadi amat populer karena bangunan struktur dangdut koplo yang menjadikan mereka sebagai panglima. Membuat para pemain kendang menjelma sebagai bintang panggung baru.

Related

Music 5344646941492014678

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item