Kisah Gajah Liar yang Hidup Berdampingan dengan Penduduk di Kota (Bagian 2)


Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah Gajah Liar yang Hidup Berdampingan dengan Penduduk di Kota - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Manusia juga perlu menyesuaikan

Selama bertahun-tahun, penduduk setempat menyadari bahwa untuk hidup berdampingan dengan gajah, mereka juga harus melakukan penyesuaian, seperti yang dilakukan gajah dengan tidak menyerang orang.

Bharadan adalah salah satu gajah besar yang terlihat di lingkungan perkotaan. Dia secara teratur datang ke Thorapalli, sebuah kota kecil di Gudalur, untuk mengunjungi sebuah restoran, yang menyimpan sisa makanan khusus untuk dia makan.

"Pemilik restoran menyimpan sisa sayuran dan daun pisang (makanan di restoran biasanya disajikan dengan daun pisang di India selatan) untuknya."

Thekaekara ingat melihat Bharadan saat makan malam di sebuah restoran.

"Ketika gajah mulai makan, kerumunan orang berkumpul. Beberapa mulai mengambil foto. Bahkan, seorang anak muda sampai menarik ekor gajah untuk mendapatkan foto yang lebih baik."

Pemuda itu ingin gajah itu berbalik dan menghadap kamera.

"Saya terkejut. Di tempat lain di negara ini, orang akan mati jika melakukan itu. Tapi gajah itu dengan santai mengayunkan kakinya ke belakang untuk menghalau pemuda itu. Ia mulai makan lagi."

Orang-orang yang mengambil foto tidak dikenakan biaya.

Gajah liar seperti ini yang dinamakan Padayappa (artinya komandan) sering masuk kota Munnar. Sifatnya yang damai membuat Bharadan mendapat reputasi sebagai 'anak baik'. Penduduk setempat terkadang memperlakukannya seperti hewan peliharaan dan bahkan mulai berbicara dengan hewan tersebut.

Tetapi dua gajah jantan muda segera bergabung dengannya selama perjalanannya, dan situasinya berubah. Hewan-hewan itu membuka jendela dan toko untuk makan sayur dan buah.

Tidak seperti Bharadan, gajah jantan muda secara teratur mengejar orang dan menimbulkan kepanikan dan ketakutan.

Menolak untuk pergi

Departemen kehutanan di daerah itu takut akan ada korban jiwa manusia jika hewan liar tiba-tiba menyerang.

Dalam kasus Rivaldo, petugas melakukan banyak upaya untuk mengembalikannya ke hutan, seperti menggunakan "gajah terlatih" lainnya, menangkap Rivaldo dan melepaskannya jauh di dalam hutan. Tapi hewan itu berjalan 40 kilometer kembali ke kota, dalam waktu 24 jam.

Rivaldo mulai datang ke kota Ooty "setelah seseorang mulai meninggalkan nangka untuk gajah," Thekaekara menjelaskan.

Rivaldo tidak akan pergi bahkan setelah menghabiskan buahnya. Pemilik resor kemudian mulai memberi makan hewan itu, dan menjadikannya objek wisata. Gajah itu tampaknya tidak keberatan dan bermain-main.

Selama bertahun-tahun, baik gajah maupun penduduk setempat tampaknya kehilangan rasa takut satu sama lain. Thekaekara mengatakan, dia telah berada di kota selama sekitar 15 tahun dan termasuk orang pertama yang mengadopsi kehidupan dengan manusia.

Hewan liar memang membunuh orang

Dalam delapan tahun terakhir, 75 orang tewas di hutan Gudalur oleh gajah, tetapi hanya satu kematian yang disebabkan oleh "gajah urban". Gajah itu masih tinggal bersama orang-orang, kata Thekaekara. Masyarakat melihat itu sebagai kecelakaan, bukan pembunuhan yang disengaja.

"Bahkan ketika penduduk setempat dibunuh oleh gajah liar, orang tidak menyakiti gajah penduduk. Mereka tahu gajah ini damai."

Hidup berdampingan di masa depan

India memiliki sekitar 27.000 gajah yang banyak hidup di luar hutan lindung. Thekaekara percaya, cara hewan dan manusia beradaptasi satu sama lain akan meningkatkan kelangsungan hidup spesies.

"Biologi mengasumsikan spesies berperilaku dengan cara tertentu. Tapi sekarang kita perlu mempelajari kepribadian individu gajah untuk mengetahui lebih banyak tentang mereka. Itu mulai terjadi sekarang."

Peneliti alumni dari Oxford itu berharap proyeknya akan membantu mengidentifikasi gajah dan membantu konservasi.

Dia melihat pola yang jelas muncul dengan semakin banyak gajah liar meninggalkan hutan untuk hidup bersama manusia, dan dia memperkirakan tren ini akan terus berlanjut.

"Sekarang kami memiliki kawanan tiga gajah, termasuk dua betina dan seekor anak gajah di daerah pemukiman. Ibu-ibu tidak bisa begitu damai, karena mereka harus menjaga anak-anaknya. Namun kami melihat mereka juga hidup di pinggir jalan dengan damai."

Untuk saat ini "gajah urban" telah mencuri hati banyak orang lokal. Sayangnya, Ganesan, gajah pertama yang ditemukan Thekaekara di jalan berbukit sempit itu, bertahun-tahun yang lalu, mati setelah jatuh.

Setelah Ganesan dimakamkan oleh departemen kehutanan, masyarakat setempat memutuskan untuk melakukan upacara pascakematian untuk menunjukkan kasih sayang mereka terhadap hewan yang hidup bersama mereka selama lebih dari delapan tahun.

Related

International 1638520361041590823

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item