5 Fasilitas Umum Canggih di Jakarta yang Tak Bisa Bertahan Lama


Naviri Magazine - Fasilitas istimewa disediakan untuk warga Jakarta. Gubernur DKI Jakarta, yang waktu itu dijabat Joko Widodo, meresmikan Jembatan penyeberangan orang (JPO) Salemba Carolus di Jakarta Pusat, menggunakan eskalator. JPO ini merupakan hadiah untuk Pemprov DKI Jakarta dari pengembang apartemen The Capitol.

Eskalator seharga Rp 6 miliar tersebut dipasang di jembatan penyeberangan yang berada di depan lokasi proyek itu. Tujuannya, agar penghuni apartemen nantinya tidak kesulitan menyeberang jalan.

Namun, apakah eskalator tersebut awet? Banyak fasilitas canggih yang sebelumnya disediakan oleh Pemprov DKI Jakarta kini terbengkalai nasibnya. Selain minimnya kesadaran masyarakat, Pemprov DKI sendiri terkesan tidak merawat fasilitas canggih tersebut.

Berikut beberapa fasilitas canggih di Jakarta yang kini nasibnya merana:

1. Lift di Sarinah dan Tosari

Jika kita lewat Jalan Sudirman dan Thamrin, terdapat lift di Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Tosari dan Sarinah. Namun kondisinya sungguh memprihatinkan.

Selain sudah tidak bisa dipakai lagi, kedua lift tersebut kondisinya sangat kotor. Bau pesing menyengat di sekitar lift. Bahkan, kadang tempat tersebut dipakai oleh orang tak bertanggung jawab untuk buang air besar.

Kondisi ini makin parah dengan sikap Pemprov DKI yang terkesan tidak memperdulikan lift tersebut. Buktinya, bertahun-tahun fasilitas umum yang tergolong canggih itu tidak diperbaiki, atau minimal dibersihkan.

2. Fasilitas internet di Halte busway Dukuh Atas

Apa kabar fasilitas internet di halte busway Dukuh Ata? Beberapa tahun lalu, warga Jakarta dapat menikmati fasilitas internet gratis sembari menunggu bus transjakarta. Tapi kini? Jangankan dapat fasilitas internet gratis, komputernya pun kini tak ada lagi.

Internet gratis tersebut dulu diresmikan pada Kamis 26 Juli 2007 oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Sutiyoso. Sedangkan Penyedia layanan internet dan hot spot gratis itu adalah U-Net Support di bawah PT Sistelindo Mitralintas yang berkantor di Landmark Building Tower, Sudirman.

Awalnya, fasilitas tersebut disambut antusias masyarakat. Namun tak lebih dari setahun berjalan, fasilitas tersebut sudah mangkrak. Dua komputer yang disediakan sudah tak bisa terpakai di tahun kedua. Bahkan saat ini, tidak diketahui nasibnya.

3. Tiket elektronik busway

Beberapa tahun lalu, jika Anda naik Transjakarta dari shelter Monas, Anda akan dapat fasilitas tiket elektronik. Tapi apa yang terjadi kini? Penumpang kembali mendapatkan tiket manual, alias tiket elektronik tidak berlaku lagi.

Namun, Gubernur DKI Jakarta waktu itu, Joko Widodo, kembali 'menghidupkan' tiket elektronik tersebut. Belum lama ini, Jokowi meresmikan tiket elektronik di Halte Monas. Harapannya, masyarakat tidak lama antre untuk menunggu diangkut oleh Transjakarta.

Namun apakah nasib tiket elektronik busway ini sama dengan sebelumnya? Kita tunggu saja.

4. Water fontain

BLU Transjakarta dan Pemprov DKI terus berupaya memberikan fasilitas transportasi yang baik dan memadai bagi warga DKI. Seperti saat jelang usia kelima Transjakarta beroperasi pada 2008 silam, disediakan fasilitas baru yakni water fontain (kran air minum gratis).

Secara teknis, proses kerja perangkat air minum ini menggunakan sumber air yang ada, kemudian dialirkan ke alat yang disebut Makro Filter OH 300 yang telah diuji kelayakannya sesuai standar Menkes No 416/Menkes/Per/IX/90 mengenai air bersih dan telah mendapat sertifikat halal dari MUI.

Dan standar Menkes No 907/Menkes/SK/VII/2002 untuk air minum (uji mikrobiologi) yang dilakukan oleh Yamaha Water Purifier dan laboratorium uji air.

Fasilitas yang awalnya disambut antusias warga tersebut saat ini sudah tidak diketahui nasibnya. Dulu, di shelter busway Dukuh Atas, Karet, dan Pasar Festival, terdapat fasilitas water fontain. Sekarang? Fasilitas tersebut sudah almarhum.

5. Tombol penyeberangan

Tombol penyeberangan ditujukan bagi para pejalan kaki yang akan menyeberang jalan. Saat tombol dipencet maka lampu lalu lintas menyala merah dan kendaraan bermotor diwajibkan untuk berhenti, memberi kesempatan bagi penyeberang jalan. Saat lampu berwarna hijau, maka para pejalan kaki dipersilakan menyeberang melewati zebra cross.

Bagaimana nasib tombol penyeberangan ini? Di beberapa kawasan di Jakarta, tombol penyeberangan memang efektif, seperti di depan Balai Kota DKI Jakarta. Di depan Mal Ambassador, tombol penyeberangan juga lumayan efektif karena ada petugas keamanan mal yang memandu pejalan kaki untuk menyeberang.

Tapi di beberapa lokasi, tombol penyeberangan 'dicuekin' oleh pengguna jalan. Banyak kendaraan yang tidak berhenti meski lampu berwarna merah. Sementara tak sedikit warga yang asal nyelonong saja tidak memanfaatkan tombol penyeberangan.

Related

Indonesia 3923239284589544334

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item