Apa yang Dilakukan Orang-orang Kuno Saat Malam Hari Sebelum Ada Listrik?


Naviri Magazine - Apa yang biasanya kita lakukan saat malam hari? Ada banyak jawaban. Bisa keluar rumah untuk pergi ke suatu tempat, menikmati kebersamaan dengan teman di kafe, menghabiskan waktu di bar atau kelab malam, dan lain-lain. 

Kalau pun tinggal di rumah, kita bisa menonton televisi, mengakses internet, mendengarkan musik, dan lain-lain. Semua itu mungkin, karena saat ini ada listrik yang memfasilitasi kita untuk melakukan banyak hal.

Tetapi di masa lalu, ketika lampu listrik belum ditemukan, dan malam masih gelap gulita, kira-kira apa yang dilakukan kebanyakan orang di masa itu?

Meski tak banyak aktivitas sosial di luar rumah pada malam hari, masyarakat Eropa masa itu tak selalu menghabiskan malam hanya untuk tidur. Dalam At Day’s Close: Night in Times Past, sejarawan A. Roger Ekirch yang mengumpulkan berbagai jurnal pribadi, surat, dan publikasi di Eropa pada abad ke-15 sampai 17, menunjukkan kebiasaan sebagian besar penduduk kalangan menengah dalam membaca dan menulis.

Salah satu surat Laura Cereta, istri seorang pengusaha Italia pada akhir abad ke-15, menceritakan hobinya menulis dan membordir syal di malam hari setelah semua pekerjaan rumah selesai. 

Cereta berucap: “Saya tak bisa menikmati waktu menulis dan belajar jika tak menggunakan waktu secara produktif di malam hari. Saya tidur sangat sebentar. Waktu adalah barang langka untuk sebagian kita yang menggunakan keterampilan dan tenaga untuk keluarga dan bekerja.”

Dari risetnya, Ekirch juga menemukan kebiasaan tdiur masyarakat Eropa yang bertahap (segmented) ketimbang 8 jam sehari sebagaimana ukuran ideal masa kini. Tahapan ini diawali dengan tidur pertama (first sleep atau dead sleep), diikuti masa terbangun interval (watch atau first waking), dan diakhiri tidur kedua atau pagi (second sleep atau morning sleep).

Tidur pertama biasanya dilakukan setelah makan malam. Ketika terbangun, orang melakukan berbagai aktivitas: berdoa, berbincang, merokok, atau meneruskan belajar. Para pembantu merapikan rumah dan menghangatkan minuman bagi majikan. 

Seorang dokter pada abad ke-16 di Prancis, Laurent Joubert, menganggap masa interval sebagai waktu terbaik bagi suami-istri berhubungan seks untuk menghasilkan pembuahan.

Masing-masing orang punya cara untuk memanfaatkan waktu interval. Negarawan sekaligus ilmuwan Amerika Benjamin Franklin biasa membaca buku atau menulis dalam keadaan telanjang. Udara dingin, menurutnya, “sangat menyegarkan… dan jika saya memutuskan tidur setelahnya, seperti beberapa kali terjadi, ia akan menjadi tidur terindah selama satu-dua jam,” tulisnya kepada seorang kenalan pada pertengahan abad ke-18.

Fungsi malam yang tak lagi terbatas sebagai waktu tidur, menurut Ekirch, berawal sejak kaum bangsawan Eropa gemar menyelenggarakan jamuan dan hiburan di malam hari. Dengan fasilitas kereta kuda dan lilin-lilin penerang yang mewah, mereka menjadikan malam sebagai sebuah “trend” untuk berpesta.

Hiburan malam mulai dinikmati masyarakat menengah Eropa dengan munculnya lampu penerang jalan di kota-kota besar. Sejak Edmund Heming memasang lampu-lampu di kota London dan Jan van der Heyden menemukan teknologi reflektor yang memperbesar cahaya lampu, jalan-jalan di Paris (1667), Amsterdam (1669), Berlin (1682), London (1683), serta Vienna (1688) pun terang-benderang.

Related

Science 7575764169396308807

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item