Awas, Risiko Stroke dan Serangan Jantung Akibat Tekanan Kerja


Naviri Magazine - Stroke menjadi penyebab utama kematian secara global dengan sepertiga penderita meninggal karena suatu insiden. Stroke terjadi ketika pasokan darah ke otak berkurang atau terganggu akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik).

Sebuah studi baru telah menyoroti satu kebiasaan gaya hidup yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan kardiovaskular, secara signifikan meningkatkan risiko stroke. Stroke jarang terjadi pada yang berusia di bawah 40 tahun. 

Ketika terjadi, sering dipicu oleh tekanan darah tinggi yang tidak normal. Sementara sebagian besar faktor risiko untuk kondisi tersebut relatif dapat dimodifikasi.

Stres kerja juga harus dikelola secara efisien untuk mencegah insiden. Tekanan kerja adalah kombinasi beracun dari stres, kebiasaan makan yang buruk, tidak aktif, dan kurang tidur, yang masing-masing berdampak pada kesehatan secara keseluruhan. 

Jadwal kerja yang tidak fleksibel, ditambah tuntutan, dapat menjadi salah satu akar penyebab berbagai komplikasi kesehatan pada wanita, termasuk stroke.

Melansir Express, penelitian telah menunjukkan tekanan kerja yang dialami dalam jangka waktu yang lama dapat memicu serangan jantung fatal, stroke, atau penyakit kronis yang cepat. 

Stres kerja dipercaya dapat membahayakan jantung dengan merangsangnya secara berlebihan secara kronis, menyebabkan tubuh tetap berada dalam mode melawan atau melarikan diri dalam waktu yang lebih lama dari yang diperlukan.

Jenis respons ini memicu sekresi adrenalin dan meningkatkan hormon stres, terutama kortisol, yang semuanya ditemukan dapat merusak jaringan jantung. Sebuah studi baru yang dilakukan di Swiss telah menyoroti betapa berbahayanya kecemasan pekerjaan bagi tubuh.

“Studi kami menemukan pria lebih mungkin merokok dan menjadi gemuk daripada wanita, tetapi perempuan melaporkan peningkatan yang lebih besar dalam faktor risiko nontradisional untuk serangan jantung dan stroke, seperti stres kerja, gangguan tidur, dan merasa lelah,” kata penulis studi, dokter Martin Hänsel dan dokter Susanne Wegener.

Peningkatan ini bertepatan dengan jumlah perempuan yang bekerja penuh waktu. Menyelesaikan pekerjaan dan tanggung jawab rumah tangga atau aspek sosial budaya lain mungkin menjadi faktor, serta tuntutan kesehatan khusus perempuan yang mungkin tidak diperhitungkan dalam kesibukan sehari-hari. 

Peneliti mencatat, menemukan peningkatan keseluruhan faktor risiko nontradisional pada kedua jenis kelamin, tetapi lebih menonjol pada peserta wanita. Sementara sebagian besar faktor risiko kardiovaskular (CVD) tradisional tetap stabil. Hasil ini menggarisbawahi fakta perbedaan jenis kelamin ada untuk faktor risiko CVD nontradisional dengan tren yang mengkhawatirkan terhadap peningkatan tertentu pada wanita.

Dokter Wegener menegaskan faktor yang paling dapat dimodifikasi untuk penyakit kardiovaskular adalah diabetes, hipertensi arteri, kolesterol tinggi, merokok, obesitas, dan aktivitas fisik. Para peneliti berharap faktor risiko nontradisional seperti tekanan kerja akan dikenali sebagai risiko kardiovaskular untuk membantu menginformasikan tindakan pencegahan.

Data menunjukkan ada berbagai faktor risiko penyakit kardiovaskular yang dilaporkan dan ini melampaui faktor medis yang diakui secara resmi hingga tekanan masyarakat, dan akan membantu menginformasikan strategi pencegahan serangan jantung dan stroke dengan lebih baik.

“Secara tradisional pria dianggap lebih rentan terkena serangan jantung dan stroke daripada wanita. Tetapi di beberapa negara, wanita telah menyusul pria. Ada kesenjangan gender dan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mencari tahu alasannya,” kata Wegener.

Sebuah studi baru-baru ini terhadap pekerja di Inggris, yang dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengatakan jam kerja yang panjang dikaitkan dengan risiko penyakit jantung dan stroke yang lebih tinggi. 

Temuan yang diterbitkan dalam Journal Environmental International menunjukkan bekerja 55 jam atau lebih dikaitkan dengan risiko stroke 35 persen lebih tinggi dan penyakit jantung fatal 17 persen lebih besar dibandingkan yang bekerja 35-40 jam setiap minggu.

Studi ini adalah salah satu dari banyak studi yang menyoroti ketegangan pekerjaan yang menuntut pada kesehatan kardiovaskular. Para peneliti menemukan hingga 398.000 kematian akibat stroke dan 347.000 kematian akibat penyakit jantung dapat dikaitkan dengan bekerja lebih dari 55 jam seminggu. 

Menurut angka yang dikeluarkan oleh Eksekutif Kesehatan dan Keselamatan Inggris, sebagian besar dari setengah hari sakit di Inggris disebabkan oleh stres terkait pekerjaan, ditandai dengan lelah yang berlebihan, tak ada energi, demoralisasi, dan mudah tersinggung.

Related

Health 8551914578005107883

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item