Fakta-fakta di Balik Kesuksesan Jeff Bezos, Orang Terkaya di Dunia (Bagian 2)


Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Fakta-fakta di Balik Kesuksesan Jeff Bezos, Orang Terkaya di Dunia - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Menginjak usia 30, alias di tahun pertama pernikahannya dengan MacKenzie, Bezos memilih mengakhiri karier sebagai analis dan mendirikan perusahan yang bergerak di bidang penjualan buku secara online. Ia menamainya Cadabra, dan kemudian berganti menjadi Amazon. 

Kembali merujuk Collected Writings, Bezos memutuskan berbisnis online karena ia "menemukan fakta bahwa penggunaan web meningkat 2.300 persen per tahun" kala itu. Dan buku, sebagai barang yang dijualnya, dipilih karena "merupakan produk yang memiliki kategori terbanyak dibandingkan produk apapun." 

Tak puas berjualan buku, Bezos mengirim email kepada para pelanggannya dan bertanya tentang produk apa yang ingin mereka beli. Dari email tersebut, Amazon lalu menjual musik, video, ponsel, mainan dan segala produk apapun yang ada di dunia ini. 

Tak ketinggalan, sistem online yang membuat Amazon bekerja pun ia jual, melahirkan Amazon Web Service--infrastuktur online yang konon menopang seperempat aplikasi dan website di seluruh dunia. Berkat Amazon pula Bezos memiliki harta tak kurang dari USD 182 miliar--usai dipotong harta gono-gini dengan MacKenzie. 

Dumaine, dalam bukunya, mengatakan bahwa Bezos selalu menyebut "keberuntungan" sebagai kunci sukses kejayaannya. Di satu sisi, menurut Dumaine, ini dapat dibenarkan. Menurutnya, ketika Bezos mendirikan Amazon, "ia berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat". Kala itu, internet tengah lepas landas dan Amazon menjadi satu-satunya sumber masyarakat memperoleh buku secara efisien. 

Lalu, ketika dot-com bubble meletus, Bezos sukses menyelamatkan bisnisnya dari kehancuran, meskipun saham Amazon jatuh dari USD 113 per lembar menjadi USD 6 per lembar. Kemudian, tatkala terjadi pergeseran pola belanja dari offline ke online, Amazon telah lebih dulu melebarkan sayap, dari hanya berjualan buku menjadi berjualan segalanya. 

Namun, tulis Dumaine, "itu bukan cerita sesungguhnya". Mengapa sang kakek sanggup membiayai menantunya itu kuliah? Mengapa sang kakek sanggup membelikan buldozer untuk Bezos? Dari mana uang untuk membiayai Bezos kuliah di Ivy League? Mengapa Bezos tahu bahwa penggunaan web meningkat 2.300 persen per tahun? 

Tak lain, kakek Bezos, Lawrence Preston Gise, adalah pejabat pemerintah yang dihormati yang ditunjuk Kongres pada tahun 1964 untuk menjalankan Komisi Energi Atom Albuquerque. 

Komisi ini meliputi laboratorium Sandia, Los Alamos, dan Lawrence Livermore, lembaga yang mendorong pengembangan bom atom dan hidrogen. Ia bertanggung jawab atas sekitar 26.000 karyawan dan mengawasi beberapa teknologi paling canggih dan rahasia pada masanya. 

Tak ketinggalan, Pop Gise, Paman Bezos yang dianggap Bezos sebagai "orang paling berpengaruh dalam hidup", merupakan seorang manajer top Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA), lembaga di bawah Kementerian Pertahanan AS yang melahirkan teknologi bernama internet. 

Berkat dukungan finansial dan pengetahuan dari The House of Gise ini, Bezos mendirikan toko buku online dua tahun lebih cepat dari Barnes & Noble. Ketika Amazon menggurita, ia pun dua tahun lebih awal menciptakan Kindle daripada Nook, dan dua tahun lebih dulu menciptakan Echo dibandingkan Google Home. 

Tidak ada kisah picisan yang menyebut bahwa "si miskin bisa kaya hanya dengan berusaha" dalam kehidupan Bezos--dan miliarder lainnya. 

Bagi Dumaine, "Jeff Bezos merupakan pria yang penuh kontradiksi." Di satu sisi, Bezos digembar-gemborkan sebagai anak broken home yang ditinggal bapaknya. Di sisi lain, ayah angkatnya adalah teknisi Exxon. Bezos selalu mencitrakan diri sebagai family man, sekaligus berselingkuh dengan pembawa acara Fox News. 

Bezos menciptakan lebih dari setengah juta pekerjaan melalui Amazon, yang pekerja gudangnya memperoleh perlakuan buruk ketika bekerja. Di satu sisi, Bezos berjanji menyumbang USD 2 miliar untuk pengentasan tunawisma. 

Di sisi lain, ia adalah pemilik jet Gulfstream G650ER, rumah mewah di Los Angeles, San Francisco, Seattle, Washington, D.C., dan New York City, tanah seluas 16.000 hektare di West Texas, serta memperoleh potongan pajak sangat tinggi oleh pemerintah gara-gara berencana mendirikan kantor pusat di New York. 

Ia, seperti banyak oligark lain, rupanya ingin memecahkan masalah sosial yang ia timbulkan sendiri. Klaim Bezos, masyarakat seharusnya tidak melihat kesuksesannya sebagai kesuksesan tunggal. Sebutnya, "Amazon kini bernilai kira-kira USD 1 triliun dan saya hanya memiliki 16 persen kepemilikan Amazon. Seharusnya, (masyarakat melihat) bahwa ada harta senilai USD 840 miliar yang kami berikan untuk banyak orang." 

Pernyataan itu kurang lengkap. Tampaknya Bezos lupa merinci siapa yang dia maksud "banyak orang" itu: pemegang saham Amazon. 

Setelah 26 tahun Amazon dimulai, Bezos mengumumkan pengunduran dirinya sebagai CEO. Ia tak benar-benar meninggalkan Amazon, tetapi memilih menjadi Komisaris Utama Amazon, dan mengurusi Day 1 Fund, the Bezos Earth Fund, Blue Origin, The Washington Post, dan berbagai perusahaan/organisasi mentereng lainnya.

Related

Figures 2459555222705128705

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item