Kisah Bersejarah: 11 Invasi yang Berakhir dengan Kegagalan Memalukan (Bagian 2)


Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah Bersejarah: 11 Invasi yang Berakhir dengan Kegagalan Memalukan - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

5. Invasi Teluk Babi 1961

Setelah menggulingkan diktator yang didukung Amerika Serikat, Fulgencio Batista, Fidel Castro menjadi penguasa Kuba pada tahun 1959. Menurut History, Castro mencoba melepaskan pengaruh AS terhadap bangsanya dengan menasionalisasi industri yang didominasi Amerika. Pada tahun 1960, Castro menjalin hubungan luar negeri dengan Uni Soviet.

AS pun ingin menyingkirkan sekutu Soviet dan komunis dari kekuasaan. Menurut JFK Library, pada Maret 1960, pemerintahan di bawah presiden Dwight D. Eisenhower menyetujui sebuah program untuk melatih pengungsi Kuba di Guatemala yang bertujuan untuk menggulingkan Fidel Castro di Kuba. 

Setahun kemudian, Presiden John F. Kennedy menjalankan rencana yang sudah disetujui Eisenhower. Pada 15 April 1961, invasi pertama dimulai ketika pembelot Kuba yang direkrut AS mencoba menghancurkan angkatan udara Kuba. Namun, Castro dan pemerintah mengetahui rencana tersebut dan memindahkan pesawat ke lokasi lain.

Dua hari kemudian, dan meskipun upaya pemboman gagal, orang-orang buangan Kuba di bawah kendali Amerika ini menyerbu pantai selatan pulau yang disebut 'Teluk Babi'. Tetapi, pemerintah Kuba dengan siap siaga menangkap mereka,dan invasi ini pun gagal. 

Menurut BBC, presiden Kennedy tidak ingin mengirim bala bantuan, karena hal itu bisa membocorkan keterlibatan Amerika. Pada 19 April, invasi selesai, dan Castro memerintah Kuba hingga tahun 2011. 

6. Invasi Napoleon ke Rusia pada 1812

Napoleon Bonaparte menjadi ancaman serius bagi dunia, karena ingin menciptakan kerajaan abadi di Eropa. Salah satunya, ia ingin menginvasi Rusia. Menurut National Geographic, pasukan Napoleon yang berjumlah lebih dari setengah juta tentara memasuki Rusia melalui Polandia pada 24 Juni. 

Menurut Lumine Learning, Napoleon dan pasukannya, yang dikenal sebagai Le Grande Armée, memasuki wilayah Rusia dan merebut wilayahnya dengan mudah selama musim panas.

Tetapi, demi mencegah tentara Prancis melahap habis wilayahnya, tentara Rusia membakar persediaan pangan mereka sendiri. Bahkan ketika Prancis merebut Moskow, persediaan pangan di kota itu sengaja dibakar juga. 

History melaporkan bahwa pada 19 Oktober, Napoleon memimpin pasukannya untuk keluar dari Moskow. Ia paham bahwa mereka tidak dapat bertahan hidup di musim dingin tanpa persediaan makanan. 

Perang yang sengit dan ketidaksiapan Prancis di musim dingin terbukti menjadi gagalnya invasi Prancis. Menurut National Geographic, Napoleon kehilangan 300.000 dari 500.000 tentara, dan terpaksa meninggalkan Rusia pada bulan Desember. 

Kekalahan yang mahal ini membuat kekuatan Eropa dengan mudah menggulingkan Napoleon kurang dari dua tahun kemudian. 

7. Pertempuran Stalingrad 1942-1943

Hitler adalah ancaman serius di Eropa. Apalagi ketika dia menginvasi Uni Soviet di musim dingin. 

Hampir mirip dengan Perang Napoleon, Perang Dunia II adalah ajang kejayaan Nazi Jerman karena menaklukkan sejumlah besar wilayah di benua itu dengan sedikit perlawanan. Dan, seperti Napoleon, pada saat Jerman menginvasi Uni Soviet, bangsa itu justru menderita dan kelelahan karena pertempuran yang berlangsung selama bertahun-tahun. 

Pada Juni 1941, Hitler meluncurkan Operasi Barbarossa, invasi ke Uni Soviet dan serangan militer terbesar dalam sejarah manusia pada saat itu, menurut War on the Rocks. 

Namun, musim dingin tiba dan membuat serangan terhenti sebelum mereka mencapai Moskow. Pada Agustus 1942, tentara Jerman membangun pangkalan militer di kota industri Stalingrad, dengan harapan dapat memutus jalur pasokan Soviet.

Selama enam bulan, kedua belah pihak bertempur di musim dingin yang bersalju. Tentara Jerman menaklukkan sebagian besar wilayah sejak awal. Menurut Medium, 90% Stalingrad berada di tangan Jerman. 

Namun, Rusia mampu menahan serangan dan mendorong Jerman kembali ke barat selama dua tahun berikutnya, yang berpuncak pada Pertempuran Berlin dan jatuhnya Reich ketiga. 

8. Pertempuran Little Bighorn pada 1876 

Menurut History, pada tahun 1868, pemerintah AS mengeluarkan perjanjian kepada para pemimpin Lakota untuk memindahkan mereka ke tempat reservasi di Dakota Selatan. 

Menurut NPS, meskipun banyak pemimpin menyetujui perjanjian itu, tetapi para pemimpin Lakota seperti Sitting Bull dan Crazy Horse menolak. Mereka memutuskan untuk bergabung dengan penduduk asli Amerika lainnya dengan menciptakan perlawanan bersenjata.

Enam tahun kemudian, selama penjelajahan Black Hills di Dakota Selatan, sebuah rombongan yang dipimpin oleh Letnan Kolonel George Armstrong Custer menemukan emas di daerah tersebut, dan menuntut agar Lakota ditempatkan dalam reservasi. Mereka menolak, dan Perang Indian pun dimulai.

Pada bulan Juni 1876, saat melakukan pengintaian di Lembah Little Bighorn, Custer dan anak buahnya diincar oleh penduduk asli Amerika. Mereka pun dibunuh dalam waktu satu jam oleh pasukan Crazy Horse yang terdiri dari 3.000 orang. 

Meskipun pertempuran tersebut merupakan kemenangan gemilang bagi penduduk asli Amerika, hal itu menyulut kemarahan AS untuk melakukan upaya perang. Pada tahun berikutnya, Crazy Horse terpaksa menyerah. 

Baca lanjutannya: Kisah Bersejarah: 11 Invasi yang Berakhir dengan Kegagalan Memalukan (Bagian 3)

Related

History 8763937300171706385

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item