Mengapa Ada Induk Hewan Betina yang Membunuh Anaknya Sendiri? Ini Penjelasan Ilmuwan


Naviri Magazine - "Biasanya Anda memulai kuliah dengan sebuah lelucon," kata pakar antropologi dan primatologi Sarah Hrdy, "Tetapi tidak ada lelucon tentang pembunuhan bayi baru lahir. Tidak ada sama sekali."

Bagi banyak orang, pembunuhan terhadap bayi baru lahir mungkin mengejutkan. Tetapi, di antara mamalia peristiwa itu lebih umum daripada yang Anda kira.

Sebuah survei terhadap 289 spesies mamalia baru-baru ini menemukan bahwa pembunuhan bayi baru lahir oleh betina dilakukan oleh hampir sepertiga dari seluruh spesies yang disurvei.

Terkadang, hewan membunuh anak-anak dari kelompok sosial mereka sendiri. Bahkan, misalnya, sejumlah betina yang membesarkan sekumpulan anak memutuskan untuk membunuh keturunan betina lain dalam kelompok.

Di awal kariernya, Hrdy menerbitkan karya penting tentang pembunuhan bayi baru lahir dalam kelompok lutung, subfamili spesies monyet yang tersebar di Indonesia dan Asia.

Sementara manusia mungkin tidak nyaman dengan lelucon ibu pembunuh, bahkan berkaitan dengan spesies lain, mungkin kita setidaknya bisa lebih memahami fakta bahwa pembunuhan bayi memang terjadi.

Tapi kenapa?

Hrdy, yang karyanya di tahun 1970-an sangat kontroversial pada saat itu, mengatakan bahwa dia kadang-kadang masih "ngeri" untuk kembali ke topik pembunuhan bayi. Dia memberi contoh marmoset, primata penghuni pohon yang ditemukan di Amerika Selatan.

Sementara manusia berpikir kehamilan adalah masa ketika hormon wanita memuncak sehingga ia akan merespons positif akan kehadiran bayi dan meningkatkan kemungkinan bahwa dia akan terikat dengan kehamilannya, bagi marmoset hal itu bisa sangat berbeda.

"Mereka sedang hamil, bersiap-siap untuk melahirkan bayi, dan saat itulah keinginan membunuh mereka paling tinggi," kata Hrdy.

Pada 2007, sebuah penelitian menelisik pembunuhan seekor marmoset berusia satu bulan yang dilahirkan seekor betina dominan.

Pembunuhan dilakukan betina pembiak lain dalam kelompok yang sama, saat dia sendiri sedang hamil. Betina itu kemudian melahirkan anak kembar dan menjadi pemimpin kelompok.

Bagi manusia, marmoset betina yang melakukan pembunuhan itu tampak berdarah dingin. Tapi, langkah itu jelas bersumber dari keinginan untuk mengamankan masa depan terbaik bagi anak-anaknya. Ini adalah politik dinasti di kerajaan hewan.

Bayangkan Ratu Cersei di Game of Thrones, sangat ingin membunuh anak-anak dari saingannya, Ned Stark, untuk membantu mempererat cengkeraman keluarganya pada kekuasaan.

Dan "orang tua kooperatif", di mana orang tua harus membantu dalam membesarkan anak, kadang-kadang bisa membuat pilihan yang sangat mengganggu, kata Hrdy.

Jika mereka tidak merasa bahwa anak-anak mereka akan cukup terawat, mereka mungkin membunuh bayi dengan harapan menemukan keadaan yang lebih baik untuk membesarkan anak di masa depan.

"Betina bisa sama kompetitifnya dengan jantan," kata Elise Huchard di University of Montpellier. "Mereka bersaing memperebutkan akses ke sumber daya yang mereka butuhkan untuk meningkatkan keturunan mereka."

Huchard dan Dieter Lukas di University of Cambridge baru-baru ini menerbitkan penelitian tentang pembunuhan bayi betina pada mamalia.

Penelitian mereka belum ditinjau oleh peneliti lain, tapi telah membantu untuk mendokumentasikan prevalensi ibu pembunuh di masyarakat mamalia. Dari 289 spesies, 30% ditemukan memiliki kasus pembunuhan bayi.

Huchard mengatakan bahwa membunuh keturunan binatang lain adalah fakta kehidupan. Betina akan membunuh kapan pun mereka bisa menilai manfaat yang jelas dari melakukan hal itu.

Kedua peneliti menemukan contoh dalam studi lemur, anjing laut dan singa laut, beruang, kucing, kelelawar, tikus dan tupai, dan lainnya.

Pembunuhan bayi jelas tidak terbatas pada satu kelompok atau habitat mana pun — tetapi ada kaitan penting antara banyak kasus. Tiga faktor penting yang memengaruhi seberapa besar kemungkinan betina melakukan pembunuhan bayi adalah:
  • Hidup di lingkungan yang keras
  • Menjadi ibu membutuhkan energi sangat tinggi bagi betina
  • Persaingan yang tinggi untuk sumber daya dengan individu lain

Ketika tekanan seperti itu mencapai ambang batas, para ibu tampaknya siap untuk membunuh.

Hrdy terkesan dengan karya itu, meskipun ia mempertanyakan mengapa manusia tidak dimasukkan.

Hrdy juga telah mempelajari pembunuhan bayi pada manusia dan menunjukkan bahwa, dalam masyarakat kita, para ibu bergantung pada tingkat dukungan sosial yang sangat tinggi selama tahap awal kehidupan anak mereka. Jika dukungan itu tidak ada, ibu manusia mungkin lebih cenderung mengabaikan anak-anak mereka, bahkan sampai mati.

Baik dukungan sosial atau akses ke makanan yang cukup di lingkungan yang keras, pembunuhan bayi tampaknya merupakan sifat yang gelap tetapi evolusioner.

Meski tampak sebagai kontra-intuitif, untuk membesarkan anak dengan tepat, ibu kadang-kadang dapat menyerang anak mereka sendiri, atau anak dari yang lain di sekitarnya.

"Survival of the fittest" (bertahan hidup bagi yang paling sesuai) adalah teori yang sulit, tetapi jelas salah satu yang tidak ditunda selama menjadi ibu, apalagi konsep budaya kita yang lembut tentang apa itu ibu.

Di seluruh alam, para ibu tampak sangat sadar akan tekanan seleksi. Jika anak tetangga harus mati untuk meningkatkan kekayaannya sendiri, ya sudahlah.

Untungnya, sebagian besar manusia tidak mungkin mendukung posisi pembunuhan dalam spesies kita sendiri.

Tetapi kita tentu harus menyadari bahwa pembunuhan bayi bukanlah fenomena aneh. Sebaliknya, itu adalah sesuatu yang telah berkembang di sejumlah komunitas hewan — dan secara alami juga.

Related

Science 4357119328262273783

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item