Mitos-mitos Tentang Asal Usul Penciptaan Dunia dan Isinya (Bagian 1)


Naviri Magazine - Semua bangsa memiliki mitos asal-usul untuk menjelaskan dari mana mereka berasal. Dalam mitologi suku Aborigin Tasmania, dewa bernama Moinee dikalahkan oleh dewa bernama Dromerdeener dalam pertempuran di antara bintang-bintang. 

Moinee jatuh ke daratan Tasmania. Sebelum mati, ia ingin memberikan berkat terakhirnya kepada tempat persemayaman terakhirnya, sehingga ia memutuskan untuk menciptakan manusia. 

Namun, dia terburu-buru dan lupa memberi lutut kepada manusia. Sebaliknya, justru menambah ekor seperti kangguru, yang berarti makhluk ciptaannya itu tidak bisa duduk. Karena itu, mereka menjerit memohon pertolongan.

Dromerdeener yang perkasa, yang masih berkeliling langit dalam pawai kemenangannya, mendengar jeritan mereka dan turun untuk melihat apa yang terjadi. Dia jatuh iba dan lekas mengabulkan permohonan manusia; memberikan lutut yang bisa ditekuk dan menghilangkan ekor. 

Dalam versi lain mitos Tasmania, Moinee memanggil manusia pertama yang diberi nama Parlevar, ke langit. Saat itu, Parlevar tidak bisa duduk karena berekor seperti kangguru, dan memiliki lutut yang tidak bisa ditekuk. 

Melihat itu, sang dewa pesaing, Dromerdeener, datang menyelamatkan. Dia memberi lutut yang tepat dan memotong ekornya, lalu menyembuhkan luka dengan lemak. Parlevar kemudian turun ke Tasmania, menyusuri jalanan langit (Bima Sakti).

Orang Norse dari Skandinavia, terkenal sebagai Viking, memiliki dewa-dewi seperti halnya Yunani dan Romawi. Pemimpin para dewa itu adalah Odin, terkadang disebut Wotan atau Woden (asal nama kata Wednesday—hari bagi Dewa Odin). Dia memiliki anak, Thor (Thursday—hari bagi Dewa Thor). 

Suatu hari Odin sedang berjalan-jalan di pesisir pantai bersama saudara-saudaranya, dan menemukan dua batang pohon.

Salah satu batang pohon itu mereka ubah menjadi manusia pertama, yang mereka sebut ‘Ask’, sementara yang satu lagi mereka ubah menjadi perempuan pertama, yang mereka namai ‘Embla’. 

Setelah menciptakan tubuh laki-laki pertama dan perempuan pertama, kakak-beradik dewa itu kemudian memberi mereka napas kehidupan, diikuti oleh kesadaran, wajah, dan kemudian anugerah kemampuan berbicara.

Salah satu suku Bantu, Boshongo dari Kongo, memiliki mitos bahwa pada awalnya tidak ada daratan, hanya perairan yang gelap, dan dewa bernama Bumba. Kemudian Dewa Bumba sakit perut, dan ia memuntahkan Matahari. 

Cahaya dari Matahari mengusir kegelapan, dan panas dari Matahari mengeringkan sebagian air, menyisakan daratan. Tapi sakit perut Bumba belum juga hilang, jadi dia pun memuntahkan Bulan, Bintang, hewan-hewan, dan manusia.

Di antara sekian banyak mitos asal-usul di India, salah satunya mengatakan bahwa sebelum bermulanya waktu, membentanglah samudra gelap raksasa ketiadaan, dengan seekor ular raksasa bergelung di permukaannya. Di dalam gelungan ular itu tidurlah Dewa Wisnu. 

Pada akhirnya, Dewa Wisnu terbangun oleh suara dengungan rendah dari dasar ‘samudera ketiadaan’ dan sebatan teratai tumbuh dari pusarnya. Di tengah bunga teratai itu duduklah Brahma. Wisnu memerintahkan kepada Brahma untuk menciptakan dunia. Maka Brahma pun melakukannya.

Di Tiongkok, tokoh bernama Pan Gu kadang digambarkan sebagai raksasa berambut gondrong dengan kepala bertanduk. Dalam salah satu mitos, pada awalnya tidak ada perbedaan jelas antara langit dan bumi; semua itu hanyalah kecampuradukan kental yang mengelilingi sebutir telur hitam besar. Di dalam telur itu, Pan Gu terlelap selama 18.000 tahun. 

Sewaktu akhirnya terjaga, dia mengangkat kapaknya untuk membuka jalan keluar. Sebagian isi telur itu berat dan mengendap, membentuk bumi. Sebagian di antaranya ringan dan mengambang ke atas, membentuk langit. Bumi dan langit lalu mengembang dengan laju setara 3 meter per hari selama 18.000 tahun berikutnya.

Sejumlah versi lain menyatakan Pan Gu mendorong langit dan bumi agar memisah, dan setelahnya dia sedemikian kelelahan sehingga dia pun mati. Berbagai potongan tubuhnya kemudian menjadi semesta yang kita ketahui. 

Napasnya menjadi angin, suaranya menjadi halilintar; kedua matanya menjadi Bulan dan Matahari, otot-ototnya menjadi tanah pertanian, pembuluh-pembuluhnya menjadi jalan. Keringatnya menjadi hujan, sementara rambutnya menjadi bintang-bintang. Manusia berasal dari pinjal dan kutu yang tadinya hidup di tubuhnya.

Kisah Pan Gu mendorong langit dan bumi hingga terpisah mirip dengan mitos Yunani mengenai Atlas yang juga menyangga langit, meski anehnya dalam patung-patung atau lukisan-lukisan biasanya menggambarkan Atlas menyangga bumi. 

Namun, sebagaimana mitos di atas, Yunani, Romawi, Mesir, dan suku bangsa manusia memiliki mitos tentang alam semesta serta penciptaan makhluk hidup.

Yang namanya kisah fantasi seperti ini memang menyenangkan, dan kita semua suka mengulang-ulang kisah. Proses pengulangan yang dalam studi sosial-budaya disebut meme (dibaca ‘mim’), dari kata ‘mimesis’ atau imitate. 

Orang-orang membuat mitos, mengandaikan keberadaan tokoh yang sudah ada sebelum semesta ada. Seperti halnya Bumba, Brahma, Odin, Pan Gu, Zeus, Osiris, Abassie (di Nigeria), Unkulukulu (pada bangsa Zulu), petapa tua di langit (atau Salish di Kanada), dan lain-lain.

Baca lanjutannya: Mitos-mitos Tentang Asal Usul Penciptaan Dunia dan Isinya (Bagian 2)

Related

Mistery 8344888442771291932

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item