Tumpukan Kegagalan di Balik Suksesnya Bisnis Raksasa Google (Bagian 1)


Naviri Magazine - Pada 2004, Google membeli startup bernama Keyhole senilai $35 juta untuk memulai proyek penciptaan peta digital. Bill Kilday, Direktur Pemasaran Keyhole yang kemudian menjadi karyawan Google, kebingungan dengan aksi korporasi Google. 

Google memang membutuhkan layanan peta digital karena penggunanya rutin mengetik nama jalan di kolom pencarian. Namun di sisi lain, MapQuest--layanan peta digital pesaing Keyhole--mendulang pendapatan cemerlang atas posisinya sebagai pelopor. 

Kilday bingung apakah pembelian Keyhole dimaksudkan untuk memuaskan dahaga pengguna Google atau dijadikan alat menggerogoti kekuatan MapQuest. 

"Apa, sih, arti sukses ala Google," tanya Kilday kepada Jonathan Rosenberg, Vice President of Product Strategy Google dalam memoarnya, berjudul Never Lost Again: The Google Mapping Revolution that Sparked New Industries and Augmented Our Reality (2018). 

Rosenberg sempat bekerja bersama John Hanke, pendiri Keyhole, pada pertengahan 1990-an di sebuah startup gurem bernama Excite@Home. 

"Setahun dari sekarang," lanjut Kilday, "apakah Google mengartikan sukses bagi kami (Keyhole) berupa sumbangsih senilai 10 juta dolar atau 10 juta pengguna?" 

"Kalau kamu ingin jawaban pastinya, tanya saja langsung ke Larry Page dan Sergey Brin (duo pendiri Google). Tapi tebakanku, Google lebih meminta kalian memberikan 10 juta pengguna," jawab Rosenberg. 

Beberapa hari kemudian, Kilday berkesempatan bertemu dengan Larry Page dan Sergey Brin. Ia mengulangi pertanyaannya dengan meminta Page dan Brin menerangkan maksud pembelian Keyhole. 

"Kalian (Keyhole) harusnya mulai berpikir lebih besar dari itu ($10 juta atau 10 juta pengguna)," jawab Page dengan raut muka kebingungan mendengar pertanyaan tersebut. 

Kilday kemudian menyadari bahwa Page dan Brin tak meminta Keyhole--yang bertransformasi menjadi Google Earth dan Google Maps--memberikan 10 juta pengguna apalagi pendapatan senilai $10 juta, tetapi jauh lebih besar dari itu. 

Google mengharapkan miliaran pengguna, bukan uang. Itulah arti sukses sesungguhnya bagi Google. Itu pula alasan mengapa pelbagai aplikasi pesan instan buatan Google tak pernah berumur panjang. 

Google Messenger 

Semua hal yang berhubungan dengan Google, secara kasatmata, terlihat fantastis. Tengoklah beberapa produk atau layanan yang mereka miliki. Google Search, misalnya, layanan paling utama milik Google ini memproses 3,5 miliar kali pencarian saban hari. 

Gmail, e-mail berbasis web yang dirilis pada 1 April 2004--yang memberikan ruang penyimpanan sebesar 1 GB hingga diyakini warganet sebagai hoaks April Mop--kini digunakan lebih dari 1,5 miliar orang di seluruh dunia. Lalu, melalui Youtube, Google berhasil menggiring 1,8 miliar warganet menghabiskan waktu dengan menonton pelbagai video yang tersedia. 

Dan melalui Google Maps serta Google Earth, Google berhasil memudahkan manusia bergerak dari titik A ke titik B tanpa perlu bertanya arah. Ditambah dengan keperkasaan Android sebagai sistem operasi mobile paling berjaya, Google layak dicap sebagai penguasa teknologi. Tentu, bersama dengan Apple, Microsoft, serta Amazon. 

Namun, yang terlihat fantastis secara kasatmata tak berarti indah secara keseluruhan. Killed by Google, sebuah website yang mengabadikan catatan buruk performa pelbagai layanan Google, mencatat bahwa Google acap kali melahirkan produk atau layanan yang tidak dilirik masyarakat hingga akhirnya disuntik mati. 

Google+ adalah salah satu contoh layanan yang dibunuh Google. Dirilis pada 2011 untuk menantang Facebook dan Twitter, Google+ sama sekali tak dilirik masyarakat hingga ditutup pada 2019 lalu. Menyusul Google URL Shortener, Google Fusion Tables, Fabric, Inbox by Gmail, beserta 235 produk/layanan lain yang dianggap gagal oleh Google. 

Produk atau layanan yang gagal lalu disuntik mati pembuatnya merupakan hal biasa. Apple, misalnya, perusahaan yang sukses mendefinisikan ulang ponsel, pernah melahirkan Newton. Sementara Microsoft yang sejak didirikan oleh Bill Gates hingga hari ini tetap berkuasa di dunia komputer gara-gara Windows, sempat merilis produk paling mengesalkan di dunia, Internet Explorer. 

Baca lanjutannya: Tumpukan Kegagalan di Balik Suksesnya Bisnis Raksasa Google (Bagian 2)

Related

Internet 4973922530502896105

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item