China Bersiap Kalahkan AS dalam Bidang Kecerdasan Buatan di Tahun 2030


Naviri Magazine - Tak cuma jadi kekuatan ekonomi terbesar dunia, China berambisi menguasai dunia dengan teknologi kecerdasan buatan (artificial intellegence/AI) pada 2030.

Ambisi itu membuat mereka melakukan penelitian besar-besaran dan menelurkan talenta-talenta cemerlang dunia di bidang AI. Para peneliti mengakui loncatan kualitas penelitian AI China. Industri AI China pun mampu menyaingi perusahaan pemimpin global di bidang yang sama.

Keberhasilan China sebagian imbas dorongan program pemerintah China akibat memburuknya hubungan diplomatik dan perdagangan dengan Amerika Serikat.

Kualitas penelitian meningkat

Analisis, oleh Institut Allen untuk Kecerdasan Buatan di Seattle, Washington, menemukan bahwa China terus meningkatkan kualitas penelitian sebagai makalah yang paling banyak dikutip.

Pada 2018, misalnya, makalah penelitian AI China naik dari 10 persen menjadi 26,5 persen, tidak jauh di belakang Amerika Serikat dengan 29 persen. Tren penelitian AI di AS bahkan disebut menurun. Jika tren ini berlanjut, China bisa menyusul Amerika Serikat tahun depan.

Analisis lain juga menunjukkan bahwa kutipan rata-rata untuk makalah AI oleh penulis di China terus meningkat dan berada di atas rata-rata dunia, tetapi lebih rendah daripada makalah oleh penulis AS.

Kemajuan perusahaan AI China

China juga memiliki perusahaan terkemuka dunia untuk teknologi penglihatan komputer, pengenalan suara, dan pemrosesan bahasa alami. Beberapa perusahaan ini diantaranya SenseTime, Unisound, iFLYTEK, dan Face++, seperti diungkap Zheng Nanning, Direktur Institut Kecerdasan Buatan dan Robotika di Universitas Xi'an Jiaotong.

Zheng memperkirakan bahwa dibutuhkan waktu 5-10 tahun bagi China untuk mencapai tingkat inovasi dalam teori dan algoritma fundamental yang terjadi di Amerika Serikat dan Inggris.

Selain itu, tiga perusahaan teknologi terbesar China, Tencent, Baidu dan Alibaba, menjadi ujung tombak lain untuk penguasaan AI.

"Perusahaan-perusahaan ini telah menjadi pemimpin global dalam AI, meskipun mereka masih belum setingkat dengan perusahaan AS, seperti Google dan Microsoft," kata Ding, seperti dikutip Nature. 

China juga memiliki setidaknya sepuluh perusahaan rintisan AI milik swasta senilai lebih dari US$1 miliar, termasuk perusahaan pengenalan wajah SenseTime, menurut perusahaan riset CB Insights di New York.

Banyak talenta

China pun mampu mempertahankan para peneliti berbakat. Menurut Laporan Pengembangan AI China, yang ditulis bersama oleh akademisi dan industri, ahli AI China merupakan negara kedua terbesar dunia setelah AS.

Terdapat sekitar 18.200 orang ahli AI di negara itu, dibanding Amerika Serikat yang memiliki sekitar 29.000. Meski demikian, China hanya ada di urutan ke-6 dalam hal jumlah peneliti AI terkemuka dunia, yaitu penulis paling produktif dan banyak dikutip.

Kini China sudah memiliki sederet hak paten AI yang banyak disematkan di berbagai sektor. Misalnya pada perusahaan teknologi pertanian XAG yang berbasis di Guangzhou.

Perusahaan mengirimkan drone, robot, dan sensor ke ladang padi, gandum, dan kapas. Ekosistem kecerdasan buatan itu digunakan untuk penyemaian otomatis, penyemprotan pestisida, pengembangan tanaman, dan pemantauan cuaca.

Kendaraan otonom R150 XAG yang berfungsi menyemprot tanaman, baru-baru ini telah digunakan di Inggris untuk perkebunan pada apel, stroberi, dan blackberry.

Tidak hanya XAG, beberapa perusahaan meluncurkan robot di sektor baru, di anataranya MegaRobo.

MegaRobo merupakan perusahaan otomasi yang berbasis di Beijing. Perusahaan itu didukung oleh Sinovation Ventures untuk merancang AI dan robot melakukan pekerjaan laboratorium rutin, tepat dengan aman di universitas, perusahaan farmasi, dan masih banyak lagi.

Penggunaan AI di laboratorium itu diklaim mengurangi hingga nol risiko infeksi bagi pekerja laboratorium.

Selain itu produsen forklift gudang bertenaga lithium yang didirikan di Hangzhou 28 tahun lalu, EP Equipmentmeluncurkan model otonom yang mampu bermanuver di pabrik dan di lantai gudang.

Ada juga Yutong Group, produsen bus terkemuka yang berdiri lebih dari 50 tahun. Pihaknya kini telah memiliki Mini Robobus tanpa pengemudi di jalanan tiga kota dalam kemitraan dengan kendaraan otonom, WeRide.

Time memprediksi ketika robot dan AI akan mengambil alih manufaktur, desain, pengiriman, dan bahkan pemasaran sebagian besar barang berpotensi mengurangi ongkos produksi.

Rumah dan gedung apartemen akan dirancang oleh AI dan menggunakan modul prefabrikasi yang disatukan robot seperti balok mainan.

Dan transportasi umum otonom yang tepat waktu, dari bus robo hingga skuter robo, akan membawa manusia ke mana pun kita mau.

Perlu bertahun-tahun sebelum visi masa depan ini menjadi arus utama. Tetapi China saat ini sedang menyiapkan dasar dan menyiapkan diri untuk menjadi pemimpin tidak hanya dalam jumlah produksinya, tetapi juga dalam hal kecerdasannya.

Related

Technology 1925396790236155180

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item