Kontroversi Bunda Teresa dan Gelar Orang Suci dalam Gereja Katolik (Bagian 2)


Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kontroversi Bunda Teresa dan Gelar Orang Suci dalam Gereja Katolik - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Seiring popularitasnya menanjak, ordo yang dipimpin Teresa juga semakin menjadi incaran para pemburu berita. Menurut mereka, ordo ini unik karena selain berjasa menampung orang-orang sekarat, mereka juga menerima bayi-bayi yang semula hendak diaborsi. 

Hingga dekade 1970-an, jumlah bayi yang ditampung di sana bahkan mencapai 3.000. Proyek menampung bayi ini berkaitan dengan misi Bunda Teresa, yang meninggal pada 5 September 1997, dalam memerangi aborsi dan kontrasepsi buatan manusia. Baginya, merawat bayi-bayi itu berarti menjalankan perintah Tuhan untuk menghargai dan menjaga kehidupan. Oleh karena itu, menurutnya, aborsi adalah perbuatan setan. 

Hadiah Nobel Perdamaian & Menjadi Santa 

Bunda Teresa dan ordonya menerima banyak penghargaan dan pengakuan publik. Salah satu yang paling penting adalah pada 1979, ketika Bunda Teresa menerima Hadiah Nobel Perdamaian atas jasanya memerangi kemiskinan dan penderitaan yang merupakan ancaman bagi perdamaian dunia. 

Tak ingin berlama-lama merayakan hadiah itu, ia menolak perjamuan seremonial yang digelar untuk para penerima hadiah. Ia justru meminta agar dana sebesar 192 ribu dollar AS yang semula akan dianggarkan untuk perayaan itu diberikan ke orang-orang miskin di India. 

Dalam pidatonya ketika menerima hadiah itu, Bunda Teresa kembali menegaskan ke masyarakat luas tentang perjuangannya. “Musuh paling utama bagi perdamaian dunia adalah aborsi. Karena jika seorang ibu saja bisa membunuh anaknya, maka tak ada lagi yang mencegah kita semua untuk saling membunuh satu sama lain,” kata Bunda Teresa. 

Meski diterima dengan baik, pidato itu langsung mengundang kritik. Barbara Smoker, kontributor majalah The Freethinker, mengkritik pernyataan Bunda Teresa dalam sebuah artikel berjudul “Mother Teresa: Sacred Cow”. 

Menurut Smoker, propaganda yang dilakukan oleh Bunda Teresa memang sesuai dengan ajaran Gereja Katolik, tetapi memusatkan perhatian pada aborsi dan kontrasepsi justru membuat aliran dana yang seharusnya bisa memecahkan masalah di India jadi melenceng. 

Setelah Nobel Perdamaian, para pengkritik semakin tajam melihat Missionaries of Charity dari segala aspeknya. Hal yang paling menjadi sorotan adalah sirkulasi pendanaan dan perawatan yang diterima orang-orang sakit yang mereka tampung. 

“Bunda Teresa sudah tinggal di India selama lebih dari empat setengah dekade. Selama tiga dekade di antaranya, ia menerima begitu banyak donasi dan sumbangan dari seluruh dunia. Tapi orang-orang yang ia tampung mendapatkan perawatan medis yang sangat buruk. Lebih parah, justru itulah yang Bunda Teresa inginkan,” kata Christopher Hitchens dalam The Missionary Position: Mother Teresa In Theory and Practice. 

Mulai dari penggunaan jarum suntik yang sama berulang-ulang hingga mencuci selimut yang terkena feses berbarengan dengan mencuci peralatan makan, gedung Home for the Dying dituding sebagai tempat sakral menuju maut. 

Film dokumenter berjudul Hell’s Angel merekam tulisan yang tertera di tembok ruang jenazah gedung itu: “I am on my way to heaven” (“Aku menuju surga”). 

Dugaan lain semakin menjadi-jadi ketika para jurnalis berhasil mendapatkan informasi mengenai kedekatan Teresa dengan dua orang penjahat kelas kakap. Mereka adalah Charles Keating, pengusaha kaya yang dijebloskan ke penjara lantaran terlibat skandal keuangan bernilai jutaan dolar, dan Jean-Claude Duvalier, diktator sayap kanan Haiti yang melakukan penyiksaan dan pembunuhan ribuan orang Haiti. 

Bunda Teresa dikabarkan menerima donasi besar dari dua orang ini. Dalam kasus Keating, Teresa bahkan sempat membelanya dengan menulis permohonan grasi ke pengadilan. 

Akan tetapi, betapapun gencarnya kritik itu, tidak ada satu pun yang sanggup membatalkan proses kanonisasi Bunda Teresa oleh Gereja Katolik. Dalam aturan Vatikan, seseorang baru bisa dipertimbangkan untuk menjadi santo/santa setelah melewati masa lima tahun sejak kematiannya. 

Karena Bunda Teresa meninggal pada 5 September 1997, sewajarnya proses baru bisa dimulai tahun 2003. Namun, Paus Yohanes Paulus II menghapus aturan lima tahun itu dan memulai proses kanonisasi Bunda Teresa hanya 18 bulan sejak kematiannya. 

Sebagai pemimpin tertinggi otoritas Katolik Romawi di seluruh dunia, sejak tahun 1234, keputusan untuk memberikan gelar santo/santa menjadi keputusan Paus. Hingga 1978, hanya ada 300 orang yang mendapat gelar itu. Ketika Paus Yohanes Paulus II menjadi Paus, ia menyederhanakan aturan kanonisasi dan memberikan gelar itu pada 482 orang. 

Pastor Brian Kolodiejchuk diangkat menjadi perwakilan yang melakukan advokasi untuk mendukung pemberian gelar itu. Ia merampungkan hasil wawancara dari 113 orang narasumber yang menjawab 263 pertanyaan ke dalam 76 dokumen setebal 35 ribu halaman. 

Untuk memenuhi syarat mukjizat, seorang perempuan India bernama Monica Besra mengaku telah sembuh dari kanker ganas di perutnya setelah melihat foto Bunda Teresa yang bersinar dan menempelkan foto itu di perutnya. 

Pengakuan itu belakangan disanggah oleh dr. Ranjan Mustafi yang merawatnya, dan oleh suaminya sendiri yang menganggap pengakuan Besra adalah kebohongan. Menurut sang suami, kanker Besra sembuh berkat perawatan medis dr. Mustafi. 

Biasanya, dalam proses kanonisasi ada perwakilan dari Advocatus Diaboli, departemen khusus dalam struktur organisasi gereja yang melakukan sanggahan untuk menolak pemberian gelar itu. Akan tetapi, departemen itu dibubarkan pada 1983. 

Agar tetap menjalankan proses dengan berimbang, Vatikan menunjuk Christopher Hitchens, seorang kritikus ateis, untuk menyusun sanggahan dan penolakan. Sesuai dugaan, Hitchens gagal. Proses pun dilanjutkan dan pada 17 Desember 2015 mukjizat kedua pun terjadi. 

Seorang laki-laki Brazil mengaku sembuh dari tumor otak setelah berdoa kepada Bunda Teresa. Kurang dari setahun kemudian, pada 4 September 2016, Bunda Teresa diberi gelar Santa Teresa dari Kolkata. 

Related

International 7032668274313956854

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item