Mengapa Kita Takut Berpisah dengan Orang-orang Terkasih? (Bagian 1)


Naviri Magazine - Orang-orang terkasih bisa keluarga—orang tua, adik, kakak, anak, dan lainnya—bisa pula kekasih atau pasangan. Sedekat apa pun hubungan yang dijalin dengan orang-orang terkasih, tentu ada waktu-waktu ketika kita harus berpisah dengan mereka. Dalam ilustrasi yang mudah, jika Anda seorang istri, setiap hari Anda harus berpisah dengan suami yang berangkat kerja (jika suami Anda seorang pekerja kantoran).

Begitu pula dengan ibu yang memiliki anak-anak. Setiap hari, seorang ibu harus melepas dan berpisah dengan anak-anaknya untuk sekolah atau kuliah. Bahkan, seusai sekolah atau kuliah pun, anak-anak itu kadang kembali meninggalkan rumah untuk bermain, atau untuk melakukan aktivitas lain bersama teman.

Dalam contoh-contoh semacam itu, perpisahan dengan orang-orang terkasih tentu bukan masalah, dan kita pun menganggapnya sebagai hal biasa. Seorang istri yang melepas suaminya pergi bekerja toh akan bertemu kembali saat si suami pulang kerja dan kembali ke rumah. Begitu pula ibu yang melepas anak-anaknya pergi ke sekolah juga akan bertemu kembali dengan mereka saat anak-anak itu pulang.

Namun, pemaknaan berbeda dapat dimiliki oleh sebagian lain orang yang memang memiliki masalah psikologis, khususnya terkait dengan relasi-relasi dalam kehidupan mereka. Sepengalaman orang-orang ini, ditinggal pergi oleh kekasih meski hanya untuk sementara, dirasakan sebagai siksaan yang begitu besar. Jangankan saat kekasih sudah tidak di sisinya, saat mereka masih bersama pun, kecemasan yang meluap-luap bisa mereka alami. 

“Bagaimana bila dia tidak kembali lagi?”, “Apakah dia benar-benar menyayangi saya?”, “Bagaimana bila hal buruk terjadi saat kami berpisah?” adalah contoh-contoh pikiran mengganggu yang bukan hanya sekali dua kali hinggap di kepala mereka. Padahal, tidak ada alasan khusus atau kejadian sebelumnya yang melandasi kecemasan berlebihan yang mereka alami.

Jika hal-hal ini terjadi, seseorang mungkin saja mengalami gangguan kecemasan berpisah atau separation anxiety disorder (SAD). Umumnya, gangguan yang masuk dalam DSM-V ini ditemukan pada anak-anak yang memiliki hubungan begitu dekat dengan anggota keluarganya. 

Maka, saat mereka berada dalam kondisi terpisah dengan ayah-ibu atau saudara-saudaranya, level kecemasan mereka meroket, sampai-sampai bisa memicu kesedihan atau kehilangan semangat serta konsentrasi dalam beraktivitas.

Seorang anak dikatakan memiliki SAD apabila ketakutan atau kecemasan yang dirasakannya telah berlangsung lebih dari empat minggu, sementara pada orang dewasa berlangsung setidaknya lebih dari setengah tahun.

Dilansir Scientific American, psikolog sosial dari University of Utah, Lisa Diamond, melihat adanya gejala semacam sakau seperti mudah marah dan gangguan tidur pada sejumlah partisipan yang berpisah dengan pasangannya selama empat sampai tujuh hari. Baik mereka yang menyatakan sangat cemas maupun yang menyatakan sedikit cemas terhadap relasinya juga menunjukkan lonjakan kortisol—hormon stres—serta ketidaknyamanan pada fisik mereka.

Terkait gejala fisik pada penderita SAD, sakit kepala dan mual adalah hal-hal yang kerap terjadi berulang kali ketika mereka berpisah dari yang tersayang. 

Sementara gejala psikis yang mungkin terjadi ialah mimpi buruk tentang ditinggal pasangan, ketakutan akan kehilangan pasangan atau sesuatu yang buruk terjadi kepadanya, kekhawatiran akan ada petaka menimpa diri sendiri saat pasangan pergi, atau keengganan untuk tidur sendirian. Mereka juga bisa mengalami serangan panik saat kecemasan berpisah ini kambuh. 

SAD tidak datang secara tiba-tiba dalam fase hidup seseorang. Para peneliti meyakini bahwa relasi yang dimilikinya dengan orangtua semasa kanak-kanak berpengaruh terhadap relasi yang dimilikinya dengan pasangan, termasuk soal kecemasan berpisah ini. 

“Kita berpikir bahwa relasi anak-orangtua dan relasi pasangan orang dewasa adalah dua hal yang berbeda. Namun, sebenarnya keduanya mengerucut pada fungsi yang sama: menciptakan dorongan psikologi untuk berada dekat dengan orang lain, untuk memedulikan mereka, dan menolak untuk berpisah dengan mereka,” jabar Diamond.

Baca lanjutannya: Mengapa Kita Takut Berpisah dengan Orang-orang Terkasih? (Bagian 2)

Related

Relationship 3740989087674883474

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item