Bagaimana Sherlock Holmes Bisa Mendapatkan Kebehatannya? (Bagian 2)


Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Bagaimana Sherlock Holmes Bisa Mendapatkan Kebehatannya? - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Loteng pikiran itu disempurnakan Holmes dengan ketekunannya mengarsip kasus dan riset. Soal ini sempat disinggung dalam cerpen A Scandal in Bohemia (1891) dan The Adventure of the Speckled Band (1892). Holmes punya kebiasaan mengarsipkan kasus yang pernah ia tangani dan mengkliping kasus-kasus kriminal di masa lalu. 

Arsip inilah yang membuatnya cepat mengetahui latar belakang suatu kejahatan. Baginya tak ada kejahatan yang benar-benar baru, karena semua sudah pernah dilakukan. Hanya perinciannya yang berbeda. 

Kebiasaan lain Holmes adalah melakukan riset untuk mendukung penyelidikannya. Meskipun terdengar aneh, Holmes bisa mengetahui jenis cerutu yang diisap seorang pelaku pembunuhan karena telah meriset 140 jenis abu rokok. 

Dalam cerpen A Case of Identity (1981) ia bisa menemukan pelaku penipuan dengan meneliti pola huruf mesin ketik yang digunakan pelaku. Ia bahkan bermaksud menulis makalah tentang hubungan antara mesin ketik dan kriminalitas. 

Perangkap Bias 

Menurut Edward, paduan antara pengetahuan dan pengalaman Holmes yang intens itulah muasal kehebatan Holmes. Ia jadi lebih cepat menangkap informasi. Dan observasinya jadi lebih tajam. Metode Holmes pun sebenarnya universal, bisa diterapkan dan efektif bagi profesi seperti dokter, pemasar, analis, wartawan.

“Dengan pengalaman terkait investigasi yang berulang jadi punya banyak strategi pengolahan data dan tahu penggunaan setiap strateginya. Penyelidikannya juga jadi lebih efisien sehingga Holmes dapat menangani beberapa kasus secara bersamaan,” ujar Edward. 

Akan tetapi, orang-orang dengan cognition expertise seperti Holmes juga punya kelemahan. Secara teori, semakin efisien dan cepat kerjanya, semakin besar kemungkinan untuk cepat puas dan terjebak bias. 

Edward mengatakan, “Analoginya seperti orang yang kebiasaan memukul. Kalau kita biasa pakai palu untuk memukul, kita akan selalu pakai palu untuk memukul karena terbiasa, sementara sangat mungkin menggunakan alat lain untuk memukul.” 

Holmes pun pernah mengalami hal semacam itu, misalnya ketika berhadapan dengan Irene Adler. Rencananya yang rapi untuk merebut foto Adler dan Raja Bohemia gagal karena kecerdikan Adler yang luput dari perhitungannya. Sebab lainnya adalah pandangan patriarkisnya yang cenderung meremehkan perempuan. 

Kepercayaan diri dan keyakinan berlebih Holmes pada efektivitas metodenya pada kasus Irene Adler membuatnya buta. Keyakinan berlebih juga membuat diri cepat puas dan, lagi-lagi, mengarah pada penilaian yang tak berimbang. Karena itulah, Konnikova menekankan pentingnya untuk selalu rendah hati. 

“Terlalu percaya diri atau bahkan kejumawaan sering mengarah pada kecerobohan, penilaian gegabah, dan kesalahan umum. Banyak pikiran hebat telah menjadi mangsa kecerobohan itu,” tulis Konnikova dalam “Lesson from Sherlock Holmes III: Parting Wisdom from the Master Decision Maker” yang tayang di laman Big Think. 

Related

Science 4352074586001478299

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item