Kisah Bugsy Siegel, Bos Mafia yang Membangun Pusat Perjudian Las Vegas (Bagian 2)


Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah Bugsy Siegel, Bos Mafia yang Membangun Pusat Perjudian Las Vegas - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Pecah Kongsi dengan Meyer Lansky 

Gelontoran dana itu tidak lepas dari jasa Meyer Lansky, sahabat baik Siegel sejak masih sama-sama mencuri mobil di jalanan Kota New York. Agak berbeda dengan Siegel, Lansky punya keahlian di bidang akuntansi. Selain itu, Lansky punya mimpi besar membangun sindikat mafia dengan menggabungkan kekuatan kelompok-kelompok non-Italia. 

Dengan bantuan Luciano, pada Mei 1929, Lansky berhasil membangun sindikat mafia yang terdiri dari geng Italia, Yahudi, dan Irlandia. Bisnis sindikat Lansky berjalan mulus dan dia pun dengan cepat jadi kaya raya. Sindikat itulah yang kemudian juga membantu Siegel mewujudkan visinya atas Las Vegas. 

Namun, proyek Las Vegas itu pulalah yang membuat hubungan Siegel dan Lansky pecah. Di awal proyek berjalan, Siegel menggunakan anggaran itu sesuai kesepakatan. Namun, seiring dengan berkembangnya pembangunan, biayanya membengkak hingga mencapai empat kali lipat atau sekira US$6 juta. 

Siegel pun mulai memainkan akal bulusnya untuk menutupi hal itu. Hingga Desember 1946, proses konstruksi Hotel dan Kasino Flamingo telah menghabiskan dana hingga US$4 juta. Lalu, dari mana Siegel memperoleh US$2 juta sisanya? 

Melalui pacarnya, Virginia Hill, Siegel mulai menyimpan dana gelap di bank-bank Eropa agar tidak terdeteksi. Siegel yang licik pun mulai mencari pinjaman lain dan menulis cek-cek bodong untuk menutupi biaya konstruksi yang bengkak. 

Seturut rencana awal, Hotel dan Kasino Flamingo seharusnya dibuka secara resmi pada awal Maret 1947. Namun, Siegel bersikeras membukanya pada 26 Desember 1946. Itu adalah keputusan keliru jika dipandang dari sisi bisnis. Pasalnya, sehari setelah Natal, kebanyakan orang lazimnya memilih menghabiskan waktunya di rumah bersama keluarga dan bukan di tempat berjudi. 

Hari pembukaan itu benar-benar jadi petaka buat Siegel. Banyak tamu undangan menolak datang, begitu pun para pengisi acaranya. Lebih parah lagi, Siegel sudah telanjur menyewa beberapa pesawat untuk menjemput mereka. Tapi, Siegel bukan orang yang mudah menyerah. Dia justru tetap dengan rencananya mengadakan perayaan pembukaan selama tiga hari di akhir Desember 1946 itu. 

“Pada akhirnya, akan ada tiga malam pembukaan, bukan hanya satu. Siegel sendiri yang memutuskan tanggal 26, 27, dan 28 Desember. Malam pertama adalah untuk penduduk setempat. Ini untuk menjaga hubungan baik dengan masyarakat sekaligus cara untuk mendinginkan suasana jika banyak bintang yang gagal muncul,” tulis Michael Shnayerson dalam buku Bugsy Siegel: The Dark Side of the American Dream (hlm. 278). 

Siegel sebenarnya telah membuat janji dengan komedian Jimmy Durante dan bintang radio Rose Marie sebagai pencair suasana. Mereka nantinya diiringi oleh band Xavier Cugat. Tapi sesuai dugaan, hotel itu sepi pengunjung—bahkan sampai beberapa bulan setelah pembukaan. 

Keadaan itu membuat kasino yang membutuhkan biaya operasional tinggi itu terus merugi. Imbasnya, Siegel pun kesulitan membayar utang-utangnya. 

Lansky yang melihat keadaan itu akhirnya kehabisan kesabaran juga. Lansky berniat mengambil alih manajemen hotel dari Siegel begitu hotel mulai membukukan keuntungan. Untuk memuluskan rencana itu, Lansky pun menyewa pembunuh bayaran untuk menghabisi Siegel. Pada tengah malam tanggal 20 Juni 1947, pembunuh bayaran memberondong ruang tamu rumah Siegel yang megah di Beverly Hills. Siegel tewas di tempat. 

Di waktu yang hampir bersamaan, tiga anak buah Lansky mendatangi Hotel Flamingo dan mengambil alih pimpinan manajerial. 

Setelah kematian Siegel, Las Vegas justru semakin masyhur. Meski begitu, warisan Siegel di Las Vegas menjadi sebuah kontroversi tersendiri. Ketika banyak yang menganggap Siegel berjasa membangun kota itu dari nol, Robert Lacey—penulis biografi Meyer Lansky: The Thinking Man’s Gangster justru menganggap sebaliknya. 

“Ben Siegel tidak membangun sebuah kasino megah. Dia tidak membeli tanah dan tidak membangun Flamingo dari awal. Tapi, kematiannya membuat Las Vegas terkenal,” kata Lacey. 

Related

Figures 317084281057826595

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item