Mengapa Banyak Wanita Mencukur Habis Bulu Kemaluannya?


Naviri Magazine - Bulu-bulu tubuh kadang tumbuh di tempat yang tidak dikehendaki, khususnya oleh wanita. Bulu kaki, misalnya. Kaum pria menganggap bulu kaki sebagai hal biasa, namun wanita risih dengan bulu di kaki mereka, hingga mereka pun rajin membersihkannya, agar kaki selalu mulus tanpa bulu. 

Begitu pula dengan bulu ketiak. Hampir semua wanita tidak nyaman dengan keberadaan bulu di ketiak mereka, hingga mereka juga berupaya membersihkannya.

Bulu lain yang juga kerap dibersihkan kaum wanita adalah bulu di kemaluan mereka. Sebagian besar orang dewasa di Amerika, misalnya, biasa mencukur bulu kemaluan dengan beragam teknik. Menurut survei JAMA Dermatology, dua tahun lalu jumlahnya mencapai 76 persen. Kebiasaan ini tak berlangsung 100 persen aman, sebab kurang lebih seperempat di antaranya dilaporkan mengalami luka akibat kurang hati-hati saat mencukur.

Luka paling umum adalah sayatan, diikuti dengan ruam dan sensasi terbakar. Kebanyakan tidak serius, namun 1,5 persen kasusnya perlu ditangani secara medis. Periset Dr. Benjamin Breyer memakai unit gawat darurat (UGD) University of California San Fransisco (UCSF) sebagai data penunjang. Hasilnya, tiga persen orang dewasa yang datang ke UGD UCSF adalah mereka yang terluka akibat cukur bulu kemaluan.

Breyer juga menyatakan jika luka akibat mencukur bulu kemaluan memang memperbesar kemungkinan terkena penyakit menular seksual. Dalam laporan Time, Breyer berencana untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari bukti valid bahwa cedera akibat mencukur bulu kemaluan memang membuat tingkat penularan penyakit seksual lebih tinggi.

Sebelum ke sana, Breyer hanya mampu mengingatkan bahwa risetnya menunjukkan perbandingan lurus antara kuantitas bercukur dengan kemungkinan kena luka di area sekitar kemaluan. Dalam banyak kasus, hal ini lebih sering menimpa mereka yang berusaha mencukur sampai habis, sampai tak ada rambut yang tersisa.

“Satu pelajaran yang bisa diambil dari sini adalah jika Anda punya luka yang signifikan usai mencukur bulu kemaluan, atau sering jadi luka, Anda harus mempertimbangkan lagi area yang Anda cukur, seberapa sering, dan sejauh mana Anda melakukannya,” katanya.

Bulu kemaluan mulai tumbuh saat remaja laki-laki dan perempuan masuk usia remaja atau masa pubertas. Dengan demikian rambut, kemaluan adalah sesuatu yang natural, sebagaimana rambut di kepala, ketiak, dagu, dan lain sebagainya. Aturan sosial dalam bentuk tren, gaya hidup, ajaran agama, dan lain-lain yang mengatur perlakuan terhadapnya.

Aturan-aturan tersebut menuai kesan bahwa rambut kemaluan adalah sesuatu yang menjijikkan, dan oleh karena itu perlu diatur bentuknya, bahkan dihilangkan sama sekali. Apalagi ditambah dengan iklan produk-produk pembersih bulu di badan. 

Citra perempuan ideal yang ditampilkan mulus seutuhnya, dari leher sampai ujung kaki, menjadikan industri penghilang bulu badan bernilai miliar dolar, demikian laporan Inc. Beberapa perempuan, misalnya, jadi tidak percaya diri membiarkan bulu kaki dan tangannya lebat saat kencan pertama, juga berbulu kemaluan lebat saat mau berhubungan seks dengan pasangan. 

Emely Shire, dalam tulisannya di Daily Beast, menyebut argumen yang menyatakan bahwa tren mencukur bersih bulu kemaluan dilakukan perempuan sebagai efek dari tren yang sama di kalangan aktris porno. 

Kebiasaan mencukur rambut kemaluan dalam industri porno dilakukan demi estetika sinematografi. Namun, kebiasaan ini secara tak langsung turut membentuk selera para pria yang lebih menyukai area kemaluan pasangannya bersih. Lalu, baik diminta secara eksplisit maupun implisit, si perempuan pun membabat habis bulu kemaluannya (atau disisakan sedikit). Demi menyenangkan pasangan, dan agar ia sendiri percaya diri selama di ranjang.

Hal tersebut dibuktikan dalam penelitian Debby Herbenick dan koleganya dari Universitas Indiana, AS, yang dipublikasikan 2012 silam. Perempuan yang menghilangkan bulu kemaluan memiliki minat yang lebih besar dalam seks, menikmati seks oral, permainan jari, rangsangan klitoris, peningkatan durasi penetrasi, dan ragam bercinta lainnya.

Sonali Kokra punya pendapat yang beda. Dalam artikelnya untuk Huffington Post, ia menyebut manfaat bulu kemaluan yang justru bisa mencegah gesekan yang menyebabkan rasa terbakar pada kulit selama berhubungan seks. Ini yang menyebabkan mengapa bulu kemaluan bertekstur lebih tebal dan kasar. 

Related

Female 4549592810686263457

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item