Bisnis Besar dan Tumbuhnya Konsumerisme di Balik Ramadan


Naviri Magazine - Umat muslim diberitahu bahwa Ramadan adalah bulan ibadah, yaitu waktu yang ditujukan untuk khusyuk beribadah selama sebulan penuh. Sejak pagi sampai sore, orang diwajibkan berpuasa. Lalu malam hari ada shalat tarawih, dan di sela-sela waktu itu kita juga diminta untuk memperbanyak membaca kitab suci, berzikir, dan lain-lain, yang semuanya bernilai ibadah.

Namun, siapa yang menyangka bahwa Ramadan juga menjadi bulan yang menggerakkan bisnis besar bernilai miliaran, serta meningkatnya nafsu konsumtif?

Perilaku konsumtif masyarakat di Indonesia merupakan ladang profit bagi para pengusaha ritel. Terlebih pada momen Ramadan, ketika masyarakat tidak hanya menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarga, tetapi juga berbelanja lebih banyak.

Sepanjang Ramadan, yang dipandang sebagai bulan hajatan nasional, permintaan masyarakat atas barang dan jasa selalu melonjak, sehingga harga kebutuhan pokok pun senantiasa mengalami kenaikan. Kebijakan pemberian THR (Tunjangan Hari Raya) turut memperbesar volume peredaran uang sehingga inflasi tak terhindarkan.

Peran teknologi yang semakin besar dalam kehidupan sehari-hari menciptakan perubahan yang unik selama bulan Ramadan. 

Perubahan perilaku konsumen juga dapat dilihat dari hasil riset Google yang berjudul “From Fast to Feast: Indonesian Consumer Behavior During Ramadhan". 

Riset itu memberikan gambaran bahwa lalu lintas web e-commerce antara pukul 03:00 hingga 6:00 pagi ternyata 152% lebih tinggi selama bulan Ramadhan, terutama pada waktu sahur, dibandingkan bulan lainnya. Artinya, kegiatan sahur menjadi jam tambahan konsumen untuk berselancar di internet, khususnya di situs belanja.

Kesempatan ini tidak dilewatkan begitu saja oleh para pengusaha ritel online. Berbagai strategi promosi, mulai dari potongan harga hingga flash sale, digencarkan untuk menarik minat pembeli. Selain itu, sejumlah perusahaan online juga tidak ragu mengeluarkan anggaran lebih untuk promosi di televisi.

Berdasarkan jenis industri, mengacu pada Adstensity, sebuah platform monitoring iklan televisi, iklan minuman menjadi kategori industri yang memeras anggaran belanja iklan paling banyak selama bulan Ramadan. 

Riset Google lainnya, yang berjudul “Celebrating Ramadan in Malaysia and Indonesia: A Day in the Life of a Muslim”, memaparkan perubahan aktivitas konsumen selama Ramadan. Penelusuran belanja online meningkat hingga 20 persen, terutama pada waktu istirahat siang hingga pukul tiga sore. 

Sementara penelusuran terkait resep makanan, baju lebaran, dan belanja online, menjadi tiga kata kunci teratas yang diakses masyarakat muslim ketika waktu sahur.

Aktivitas tersebut menjadi acuan para pengusaha ritel online untuk berlomba-lomba mengiklankan produknya di media televisi. Menurut data Adstensity, Tokopedia, Blibli.com, Lazada, dan Bukalapak, adalah situs belanja online yang tetap setia beriklan di televisi selama periode Ramadan hingga lebaran. Anggaran iklan keempat marketplace tersebut bukan yang paling besar dan nilainya fluktuatif.

Survei Jakpat, yang berjudul “Ramadan Habit”, menyebutkan bahwa sebanyak 9,3 persen responden menyatakan melakukan belanja online di akhir pekan. Beriklan di televisi hanyalah salah satu strategi yang digunakan para pelaku usaha untuk memanfaatkan arus konsumerisme masyarakat ketika Ramadan.

Peningkatan permintaan pada periode Ramadan hingga lebaran, terutama di kalangan masyarakat kelas menengah yang cenderung memiliki pola hidup konsumtif, menjadikan besaran anggaran iklan para pengusaha ritel online yang terkesan jor-joran bukanlah hal yang sia-sia.

Related

Business 4445996108852228143

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item