Kontroversi Jackie Chan: Dipuja Dunia, Dibenci di Hong Kong


Bagi pencinta film, Jackie Chan adalah aktor legendaris yang jurus bela dirinya selalu mengesankan. Namun bagi rakyat Hong Kong, khususnya aktivis pro-demokrasi, lelaki 66 tahun itu adalah seorang pengkhianat.

“Dunia Barat memuja Jackie Chan, tapi mereka tidak tahu seperti apa dia sebenarnya,” admin akun Twitter pro-demokrasi Hong Kong World City memberi tahu. “Dia tidak sebaik pencitraannya.”

Jackie Chan—yang memiliki nama Tionghoa Cheng Long—adalah salah satu bintang Asia paling berpengaruh di dunia. Dia memulai kariernya sebagai stuntman pada 1970-an, dan memperoleh ketenaran setelah bersanding dengan komedian Chris Tucker dalam film laga-komedi Rush Hour.

Jackie telah membintangi lebih dari 200 film dan acara, menjadikannya salah satu aktor Hong Kong paling populer. Dia diperkirakan memiliki kekayaan bersih sebesar $400 juta atau setara Rp5,8 triliun.

Namun, dia merupakan sosok kontroversial di tempat kelahirannya, Hong Kong. Jackie Chan secara terang-terangan mendukung Partai Komunis Tiongkok, dan pernah diminta bergabung dengan badan penasehat politik partai.

Pada 2009, Jackie Chan mempertanyakan apa pentingnya memperjuangkan kebebasan pers, dan merasa tak ada yang salah dengan penyensoran pemerintah Tiongkok.

“Saya tak yakin kebebasan adalah sesuatu yang bagus,” katanya dalam konferensi pers pada 2009 silam. “Saya rasa kontrol pemerintah semakin diperlukan bagi rakyat Tiongkok. Tanpa kontrol, orang akan bertindak semaunya.”

Admin Hong Kong World City mengunggah komentar tersebut ke akun Twitter-nya.

“Orang Hong Kong tidak suka dengannya karena pemikirannya kontroversial. Dia bilang orang sini dan Taiwan yang ada di Tiongkok Daratan tak pantas memperoleh kebebasan,” lanjut sang admin. “Ucapannya tidak dapat dimaafkan.”

Dalam suatu wawancara televisi, Jackie Chan mengkritik aksi unjuk rasa pro-demokrasi yang berlangsung berbulan-bulan di Hong Kong. Dia melontarkan narasi pro-Tiongkok dan berharap wilayah semi-otonom ini “bisa damai lagi”.

“Peristiwa yang terjadi di Hong Kong dewasa ini sangat menyedihkan,” kata Jackie. “Hong Kong dan Tiongkok adalah tempat kelahiranku. Tiongkok masih negaraku, dan saya mencintai negeri ini.”

Jackie juga menyuarakan dukungannya terhadap Undang-Undang Keamanan Nasional kontroversial yang diusulkan Tiongkok. UU tersebut melarang segala bentuk pemisahan diri, pemberontakan yang bertujuan menggulingkan kekuasaan, aksi terorisme, dan kolusi dengan negara lain. Para pelanggar terancam dikenakan hukuman maksimal seumur hidup.

Dia juga menandatangani pernyataan kelompok yang berbunyi: “Kami sepenuhnya memahami pentingnya menjaga keamanan nasional di Hong Kong dan mendukung keputusan Kongres Rakyat Nasional untuk membuat Undang-Undang Keamanan Nasional Hong Kong.”

Warganet Hong Kong dan Taiwan mengecam habis-habisan sikap Jackie, memanggilnya “bajingan bermuka dua” dan “pengkhianat”.

“Bukannya meningkatkan kesadaran publik dan menjaga keamanan dan nilai-nilai Hong Kong, Cheng Long justru memperkuat status politiknya di Tiongkok Daratan,” Lo Kin-hei, wakil ketua Partai Demokrat Hong Kong, memberi tahu.

“Dulu dia dicintai pada 1980 dan 1990-an, tapi sekarang banyak yang membencinya. Dia tak lagi mewakili kota dan rakyat Hong Kong.”

Seniman Tiongkok-Australia Badiucao juga mengkritik sikap Jackie. “Mendukung pemerintah Tiongkok sama saja dengan melanggengkan kekerasan, penyensoran, kamp konsentrasi dan pembersihan etnis,” katanya.

“Sebagai aktor paling terkemuka di Hong Kong, Jackie Chan bertanggung jawab mengemukakan apa yang terjadi di kampung halamannya. Tapi dia malah membela kekerasan yang dilakukan pemerintah Tiongkok. Cheng Long mungkin dicintai rakyat Tiongkok, tapi dia menyalahgunakan popularitas dan pengaruhnya dengan menjilat Partai Komunis dan mengkhianati Hong Kong.”

Badiucao menambahkan, “Demokrasi sangat penting bagi seniman karena memberikan kita kebebasan untuk berkarya. Jackie Chan adalah musuh demokrasi.”

Akademisi John Lee dari Hudson Institute mengatakan khalayak Tiongkok Daratan berperan besar dalam menentukan kesuksesan dunia perfilman, sehingga karier aktor dan aktris terancam di ujung tanduk jika mereka sampai bikin marah orang Tiongkok.

“Ada konsekuensi serius bagi seleb dan eksekutif entertainment yang melemparkan komentar sensitif terhadap Tiongkok dan Partai Komunis,” ujarnya.

“Pendapatan box office Tiongkok hampir mencapai 10 miliar dolar (Rp146 triliun), menjadikannya terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Ada perkiraan angkanya akan naik dua kali lipat,” imbuh John. “Pengaruh khalayak Tiongkok Daratan sangat besar, sehingga Hollywood dan banyak industri film lainnya tertarik menjangkau mereka.”

Demonstrasi anti-pemerintah yang terus bergolak di Hong Kong memecah-belah industri hiburannya.

Artis papan atas macam Jackie Chan dan Donnie Yen, yang membintangi film reboot Disney Mulan, bisa hidup nyaman karena menunjukkan kesetiaannya kepada Tiongkok dan Partai Komunis. Di sisi lain, artis kritis macam Chow Yun-fat dan penyanyi Denise Ho mendapat ganjarannya karena terang-terangan mendukung gerakan pro-demokrasi Hong Kong.

“Jackie berkhianat dan munafik karena dia lahir di Hong Kong dan menikmati kebebasan yang ditawarkan wilayah itu,” John meneruskan.

“Sikap Jackie sangat menguntungkan bagi kariernya,” katanya. “Tapi dia menyampaikan pesan propaganda pemerintah Tiongkok tentang masalah yang sangat sensitif dan politis, menekankan bahwa dia lebih mementingkan patriotisme dan stabilitas karier ketimbang kebebasan masyarakat dan demokrasi.”

Related

Celebrity 8474057199397721193

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item