Mengapa Banyak Orang Menolak Pakai Masker dan Sabuk Pengaman? (Bagian 2)


Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Mengapa Banyak Orang Menolak Pakai Masker dan Sabuk Pengaman? - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Konteks budaya

Illinois adalah negara bagian lain yang memperkenalkan undang-undang sabuk pengaman pada tahun 1985. Jika seseorang tak mengenakan sabuk pengaman, itu dianggap sebagai pelanggaran kecil ketika aturan itu pertama kali diperkenalkan, dan dapat dihukum dengan denda hingga $ 25 saat itu.

Denda yang ringan menyiratkan bahwa aturan itu tidak akan ditegakkan secara ketat. Petugas polisi juga mengumumkan secara terbuka bahwa mereka akan mengeluarkan denda hanya jika ada pelanggaran lain yang dilakukan pengendara mobil itu.

Undang-undang tersebut bahkan melangkah lebih jauh dengan menyatakan bahwa melanggar undang-undang sabuk pengaman tidak dapat dianggap sebagai kelalaian, yang berarti perusahaan asuransi masih harus membayar jika seorang pengemudi mengalami kecelakaan dan terluka saat tidak mengenakannya.

Namun, empat pengendara yang didenda berdasarkan undang-undang itu mencoba untuk menguji aturan itu di pengadilan.

Ada preseden: ketika Illinois memberlakukan undang-undang yang mewajibkan pengendara sepeda motor memakai helm pada tahun 1969, Mahkamah Agung Illinois memutuskan aturan itu sebagai pembatasan kebebasan pribadi yang tidak konstitusional - sebuah keputusan yang masih berlaku sampai sekarang.

Namun pada kesempatan ini, pengadilan menjatuhkan putusan terhadap pengendara yang menguji undang-undang tersebut.

Protes terhadap undang-undang sabuk pengaman tidak berarti bahwa orang Amerika secara keseluruhan mengabaikannya, meskipun mereka pada prinsipnya menolaknya.

Data yang dikumpulkan oleh pejabat federal di New York menunjukkan bahwa 70% pengendara kursi depan mematuhi undang-undang itu dua bulan kemudian.

Di Inggris, sekitar 90% pengendara dan penumpang di kursi depan mengikuti aturan setelah jangka waktu yang sama.

Ketika undang-undang di kedua negara diperbarui pada awal 1990-an untuk mewajibkan penumpang di kursi belakang memakai sabuk pengaman, efeknya kurang terlihat.

Di Inggris, sekitar 10% penumpang kursi belakang memakai sabuk pengaman sebelum perubahan undang-undang, kemudian angkanya meningkat jadi 40% setelah pemberlakuan aturan baru.

Di negara lain ada lebih sedikit protes, tetapi kepatuhan jauh lebih rendah.

Pada akhir 1980-an, Serbia (dulu Yugoslavia) adalah salah satu negara dengan tingkat kematian di jalan raya tertinggi di Eropa.

Seperti AS, undang-undang yang mewajibkan penggunaan sabuk pengaman di Yugoslavia diberlakukan pada tahun 1985, dan pelanggar dikenakan denda sebesar $ 75 dan aturan ini diberlakukan secara ketat.

Tapi, orang Yugoslavia masih jarang memakai sabuk pengaman. Praktik umum bagi pengemudi dan penumpang di Yugoslavia, menurut penelitian pada saat itu, adalah menggantungkan ikat pinggang mereka di atas bahu tanpa memasang sabuk pengaman di tempatnya.

Meskipun itu berarti mereka sering menghindari denda, mereka tidak mengenakan sabuk untuk tujuan yang dimaksudkan.

Jika pengemudi tidak berniat memakai sabuk dengan benar, mengapa harus ke pengadilan? Tidak ada batasan pada kebebasan pribadi mereka jika sabuk bisa dipakai secara tidak benar.

Meskipun mekanisme pengadilan banyak digunakan di Yugoslavia, pengadilan digunakan demi keuntungan pribadi dan bukan untuk mengejar skor politik atau simbolik.

Di AS, yang terjadi justru sebaliknya. Menantang denda di pengadilan akan jauh lebih mahal daripada membayar biaya yang wajar, dan toh hanya sedikit orang yang didenda.

Ini mungkin pelajaran paling berguna ketika membandingkan undang-undang sabuk pengaman: jumlah protes tidak signifikan dan mungkin dipengaruhi oleh seberapa banyak orang di suatu negara yang menghormati otoritas dan proses hukum.

Yang lebih penting adalah apakah orang mengikuti pedoman tersebut dan seberapa efektif mereka melakukannya.

Tampaknya, banyak orang mengikuti aturan penggunaan masker.

Di AS, sekitar 77% orang memakainya, dengan sedikit lebih banyak di Prancis dan sedikit lebih sedikit di Jerman (Inggris tertinggal di belakang negara-negara ini untuk waktu yang lama, sebelum menyusul pada akhir Juli dan sekarang 74% orang Inggris memakai masker di tempat umum).

Namun, tidak semua orang memakainya dengan benar.

Satu studi observasi terhadap 12.000 orang di wilayah Sao Paulo, Brazil, menemukan bahwa sekitar 30% orang yang memakai masker tidak memakai masker dengan benar sehingga hidung atau mulut mereka tak terlindung, meskipun makalah tersebut masih akan diterbitkan dalam jurnal akademis.

Intervensi seperti pengenalan aturan yang mewajibkan sabuk pengaman membutuhkan waktu. Kerangka hukum yang memungkinkan pengawasan aturan harus benar. Tetapi waktu akan memaksa orang untuk menyesuaikan diri.

Sekitar tiga perempat pengemudi dan pengendara kursi depan mengenakan sabuk pengaman di Serbia sekarang - jauh lebih banyak dibandingkan 35 tahun yang lalu.

Beberapa orang masih belum melakukannya dengan benar - hanya 10% penumpang kursi belakang yang mengenakan sabuk pengaman dengan benar - tetapi pemerintah Serbia terus mengkampanyekan penggunannya yang tepat.

Meskipun ada protes dari minoritas yang vokal, sikap terhadap masker berubah karena bukti menunjukkan bahwa intervensi akan membuat perbedaan dan seiring waktu orang yang taat aturan itu akan terus meningkat, seperti yang terjadi dalam kasus sabuk pengaman.

Related

Science 6456515797883713436

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item