Pelajaran Menulis dari Penulis Hebat Charles Bukowski


Berikut ini adalah kisah dan narasi dari seorang penulis hebat bernama Charles Bukowski. Narasi ini ada dalam bukunya, On Writing.

Karena perasaan cinta menulis saja masih belum cukup. Seseorang harus benar-benar cinta menulis, sehingga dia tidak mungkin melewatkan waktu satu hari pun tanpa menulis. Dia harus benar-benar jatuh cinta sampai mati. Karena itulah yang dilakukan Charles Bukowski, menulis setiap hari sampai akhir hayatnya.

“Hanya ada satu atau dua hal yang bisa dilakukan seorang seniman: terus-menerus menulis atau berhenti menulis. Ada kalanya tak henti-henti menulis dan berhenti menulis pada saat yang bersamaan.”

“Menulis membutuhkan kedisiplinan, sama seperti yang lainnya. Jam berlalu sangat cepat, bahkan ketika aku sedang tidak menulis.”

“Aku tidak berusaha menjadi penulis, aku hanya melakukan sesuatu yang terasa menyenangkan bagiku.”

“Aku akan terus menulis hingga embusan napas terakhir. Tak peduli orang lain menganggapnya bagus atau tidak. Dari awal hingga akhir. Aku ditakdirkan untuk menjadi seperti ini. Sederhana dan mendalam.”

Abaikan Bakat, yang Penting Ketekunan

Selain Charles Bukowski, penulis hebat Haruki Murakami juga pernah mengatakan hal yang sama, bahwa bakat tidak selalu menjadi faktor utama penentu keberhasilan. Ketekunanlah yang paling berperan dalam melahirkan karya-karya hebat.

“Bakat bisa membantu namun tidak selalu dibutuhkan.”

“Menulis adalah hasil yang kulalui hari demi hari selama bertahun-tahun. Sebuah sidik jari yang apa adanya. Dan semua yang telah ditulis di masa lalu, tak lagi menjadi sesuatu yang ada.. Melulu sebuah kalimat berikutnya. Dan ketika kau tak sanggup membuat kalimat berikutnya, bukan berarti kau tua, itu artinya kau mati. Tak ada yang salah dengan kematian. Itu terjadi pada semua orang. Meski aku berusaha menundanya, seperti yang dilakukan semua orang. Aku memasukkan satu lembar kertas lagi.”

“Aku lebih memilih menjadi orang beruntung ketimbang orang pintar.”

“Menulis bagiku bukanlah pekerjaan. Meski karya yang dihasilkan ternyata jelek, suara mesin tik membuatku bersemangat. Dan meski tulisanku jelek dan dikembalikan, aku hanya akan menatapnya sejenak dan tak berpikir terlalu panjang: aku punya kesempatan untuk meningkatkan kemampuan. Cuma masalah tetap berada di dalam alur cerita, mengetiknya, dan menyatukannya bersama-sama. Kesalahan dan keberuntungan, hingga terdengar, terbaca dan terasa lebih baik. 

“Bukan berarti ini penting atau tidak penting. Ketik saja dulu. Mengetik akan terasa menyenangkan kalau ada hal menarik untuk diucapkan, dan hal semacam itu tidak selalu datang tiap hari. Kadang-kadang kau harus menunggu sampai beberapa hari. 

“Dan kau sadar penulis-penulis besar yang telah melakukan ini selama berabad-abad juga tidak melakukannya dengan baik, biarpun kau mencontoh mereka dan tak bisa mulai tanpa mereka, tetap saja kau tak berutang apa-apa. Jadi, ketik... ketik... ketik...”

Percaya Pada Kemampuan Diri

Karena menulis apa yang kita sukai jauh lebih mudah ketimbang berusaha menciptakan tulisan yang disukai banyak orang.

“Aku tidak lagi menulis hal yang sama atau menulis dengan cara yang sama. Apa pun yang kutulis, baik atau buruk, pastilah aku apa adanya.”

“Kita semua baik-baik saja dengan cara masing-masing.”

“Jangan khawatir soal frase, hitungan atau akhiran yang berima. Tulis apa adanya, keras, kasar, atau sebaliknya – terserah caramu menyampaikan.”

“Aku menulis puisi selama beberapa tahun setelah 10 tahun berhenti, karena keinginan sendiri, dan lebih sering merasa tidak bahagia walau kadang-kadang ada saat-saat yang menyenangkan. Aku bukan orang yang melihat kekelaman masa lalu sebagai sebuah kegagalan – selalu ada sisi positif dari semua hal. Bahkan kekalahan sekali pun.”

“Semua penulis bagus bisa menulis dengan sangat bagus namun, astaga, mereka mirip satu sama lain.”

“Aku tidak mau menjadi seorang penulis profesional, aku ingin menulis apa pun yang kuinginkan, atau semuanya cuma akan jadi sia-sia.”

“Aku membuat karya dari rasa sakit, kegilaan, dan kebenaran.”

Jadilah Orang yang Mencintai Tulisan Sendiri

Ketika tulisan ditolak, memang ada dua kemungkinan. Pertama karena tulisan itu memang jelek, kedua karena belum menemukan pembaca. Sikap yang dilakukan penulis hebat adalah tidak membenci karyanya meskipun tidak diterima banyak orang. Dia adalah orang pertama yang selalu yakin akan hasil tulisannya sendiri.

“Menulis adalah permainan yang sangat lucu. Penolakan membuat kau bisa menulis dengan lebih baik, penerimaan membantu membuat kau terus menulis.”

“Tak akan ada yang mau menerbitkan tulisanku, tapi mungkin suatu hari nanti pembaca bisa memahami tulisanku.”

“Aku yakin suatu saat nanti kau akan berjumpa orang yang mau menerbitkan karya-karyamu, dan mungkin makin lama dia datang, makin baik untukmu.”

“Aku seorang perasa, bukan seorang pemikir. Aku acap kali salah, terlalu banyak membuat tulisan sampah, dan sifat karyaku adalah perjudian. Tapi semua ini memberiku kelonggaran untuk menendang dengan bebas dan tinggi. Aku tidak mendaku keagungan tertentu, dan aku sudah bicara terlalu banyak.”

“Tak masalah kalau tulisanku dikritik. Tapi diubah menjadi seperti tulisan orang lain merupakan sesuatu yang sangat tidak bagus.”

Tidak Berpikir tentang Uang dan Keuntungan

Seseorang baru bisa dikatakan sebagai penulis ketika dia menghasilkan tulisan atau ketika dia berhasil mendapatkan uang dari tulisan?

“Penulis hanya dianggap sebagai orang yang meletakkan kata-kata di atas kertas. Dia hanya memikirkan kalimat selanjutnya, dan tak ingin diganggu dengan peristiwa-peristiwa yang tak sesuai dengan suasana hatinya. Ini memang benar.”

“Menurutku, penulis adalah seseorang yang menulis, yang duduk di depan mesin tik dan menuliskan kata-kata. Itu intinya.”

“Menurutku ada jarak untuk mengeluarkan semua ide. Aku berpikir selama sekitar sebulan sebelum mulai.”

“Seseorang tidak menjadi penulis hanya karena dia menulis beberapa buku. Seseorang tidak menjadi penulis hanya karena dia mengajar literatur. Seseorang menjadi penulis cuma kalau dia bisa menulis sekarang, malam ini, saat itu juga.”

Akhir kata, kebanyakan penulis hebat menghasilkan karya-karya hebat karena tujuan utamanya adalah untuk menjaga kewarasan.

“Penulis-penulis yang bisa menulis dengan baik adalah orang-orang yang menulis supaya tidak gila.”

Related

Tips 6036071429691604887

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item