Keberadaan Yakuza di Jepang Justru Menurunkan Angka Kejahatan

Keberadaan Yakuza di Jepang Justru Menurunkan Angka Kejahatan

Naviri Magazine - Yakuza adalah istilah lain untuk menyebut kejahatan yang terorganisir. Karenanya, siapa pun akan mengidentikkan istilah itu dengan beragam kejahatan yang mungkin bisa dilakukan manusia, termasuk teror, kekejaman, pembunuhan, dan lain-lain. Yang aneh, keberadaan Yakuza di Jepang justru membantu negara itu meminimalkan tingkat kriminalitas.

Terlepas dari fakta bahwa yakuza adalah sindikat kriminal dengan bisnis kotor yang turut menciptakan beragam teror, keberadaan mereka membuat kejahatan di Jepang (seperti perampokan dan pencurian) menurun. Tidak sedikit warga Jepang yang masih mengagumi atau menoleransi mereka, terutama anak-anak muda dalam rentang 20-30 tahun.

Hal tersebut juga diperkuat dengan riset yang dilakukan National Police Agencies (NPA) pada Oktober 2010. Berdasarkan riset itu, terungkap bahwa satu dari sepuluh orang berusia di bawah 40 tahun menyebut keberadaan yakuza selayaknya “kejahatan yang diperlukan”.

Riset tersebut menyasar dua kelompok: warga yang berusia di atas 50 tahun dan di bawah 40 tahun. Sebanyak 75 persen kelompok pertama menyebut yakuza (atau kejahatan terorganisir lainnya) merupakan “komplotan anti-sosial dan masyarakat tidak boleh membiarkan keberadaannya". Sedangkan 22 persen bersikap biasa-biasa saja, dan 3 persen sisanya mengatakan bahwa "keberadaan yakuza bukan hal yang buruk".

Sementara dari kelompok berusia di bawah 40 tahun, 65 persen menganggap yakuza bukan organisasi yang harus dihilangkan dari masyarakat. Lalu 35 persen lainnya menyatakan hal yang kurang lebih sama dengan mayoritas kelompok tua, bahwa "keberadaan yakuza membuat saya tidak nyaman."

Riset terbaru NPA pada 2017 juga menunjukkan hal yang sama: penurunan jumlah anggota yakuza berimbas kepada meningkatnya kejahatan di Jepang. Sebagaimana dilansir Japan Times, jumlah total anggota yakuza di Jepang pada 2017 adalah 34.500 orang. Jumlah ini turun sekitar 4.600 orang dari tahun sebelumnya, dan menjadi jumlah terendah sejak 1958.

Jumlah tindak kriminal di Jepang pada tahun 2017 paling banyak dilakukan oleh warga Vietnam yang mencapai angka 5.140 kejahatan, naik 3.177 kasus dibanding tahun lalu, dan menyumbang 30,2 persen dari total kejahatan di negara tersebut. Adapun peringkat kedua ditempati oleh warga asal Cina, dengan 4.701 kasus kriminal.

Sementara tindak kriminal yang memiliki keterlibatan dengan yakuza pada 2017 hanya delapan insiden, turun drastis dari tahun sebelumnya yang mencapai total 42 kejahatan. Dari delapan insiden tersebut, semuanya merupakan konflik antara Yamaguchi-gumi dan Kobe Yamaguchi-gumi, dan mengakibatkan satu orang meninggal serta empat lainnya luka-luka.

Terkait hal tersebut, pihak dari NPA mengatakan: “Banyak dari anggota yakuza meninggalkan sindikat mereka, karena terhalang pendanaan dan juga meningkatnya kontrol ketat polisi untuk menghapus kelompok-kelompok kejahatan yang terorganisir.”

Related

International 6340391389418595221

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item