Dampak Kurang Tidur pada Keharmonisan Suami Istri

 Dampak Kurang Tidur pada Keharmonisan Suami Istri

Naviri.Org - Pasangan suami istri kemungkinan besar tidur bersama dalam satu tempat tidur. Namun, kualitas tidur yang dijalani akan ikut mempengaruhi tingkat kemesraan mereka sebagai suami istri. Hubungan yang mesra dengan pasangan akan mempengaruhi kualitas tidur, dan begitu pula sebaliknya. Pola tidur yang dijalani juga akan berpengaruh pada hubungan dengan pasangan.

Bagi pria, tidur yang berkualitas berkaitan dengan kualitas hubungan yang positif dengan pasangan. Sedangkan bagi wanita, hubungan yang kurang mesra bisa mengganggu tidurnya. Brant Hasler dari University of Arizona menyatakan, “Bila kita melihat data hari per hari, ada semacam siklus pengaruh tidur pada hubungan seseorang dengan orang yang dicintainya, demikian pula sebaliknya.”

Tidur membantu tubuh tidak hanya dalam ketahanan fisik, namun juga kestabilan emosi. Karena itu pula, pasangan yang kurang tidur sebaiknya menghindari diskusi yang bisa mengarah pada pertengkaran atau perselisihan.

Tidak hanya dalam kemesraan, pasangan yang kurang tidur juga diketahui lebih jarang melakukan aktivitas seks dibandingkan pasangan yang tidur dalam jumlah cukup. Riset yang dilakukan oleh National Sleep Foundation, Amerika Serikat, menyangkut hal ini menunjukkan bahwa banyak pasangan suami istri yang malas bercinta karena kelelahan akibat kurang tidur.

Karena kurang tidur, tubuh pun menjadi kurang bugar. Ditambah aktivitas dan kesibukan sehari-hari, malam harinya banyak pasangan yang sudah ingin segera tidur daripada bercinta, karena kelelahan. Riset yang dilakukan secara acak pada 1.007 orang dewasa berusia 25-60 tahun itu difokuskan pada perbedaan kebiasan tidur berdasarkan kelompok etnis. Hasilnya, sebagian besar responden dari berbagai kelompok etnis mana pun mengakui bahwa kelelahan akibat kurang tidur menyebabkan mereka malas bercinta dengan pasangan.

Orang kulit putih merupakan kelompok yang paling sering mendapat diagnosis insomnia, sedangkan orang kulit hitam lebih sering mengalami sleep apnea, salah satu bentuk gangguan tidur. Sementara itu, orang hispanik (Amerika Latin) dilaporkan sering terjaga hingga larut malam karena mereka merasa cemas pada masalah pekerjaan, finansial, kesehatan, dan persoalan asmara. Diperkirakan, tiga dari delapan orang Hispanik mengalami kekurangan waktu tidur.

Sementara itu, orang keturunan Asia-Amerika dinilai memiliki waktu tidur paling baik. Sekitar lima dari enam orang kelompok ini mengatakan lebih sering tidur nyenyak daripada mengalami gangguan. Mereka juga lebih jarang menonton TV atau minum alkohol sebelum tidur, dan lebih sering bercinta dengan pasangan.

Related

Psychology 6556537738923753722

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item