Mengenal Sumpah Hipokrates dan Etika Kedokteran

Mengenal Sumpah Hipokrates dan Etika Kedokteran

Naviri.Org - Hipokrates adalah tokoh Yunani Kuno, yang dikenal sebagai dokter pertama di dunia. Dialah yang pertama kali mempelajari masalah kesehatan secara intens, hingga menemukan berbagai obat-obatan untuk mengatasi berbagai macam penyakit serta keluhan kesehatan. Melalui Hipokrates pula, dunia kedokteran modern mengenal sumpah yang biasa disebut Sumpah Hipokrates.

Isi sumpah Hipokrates adalah ikrar menyembuhkan pasien sesuai kemampuan terbaik dokter, menjaga privasi pasien, serta meneruskan ajaran-ajaran terkait kesehatan kepada generasi penerus.

Versi modern sumpah Hipokrates juga memuat tentang sumpah dokter untuk mengakui keterbatasan pengetahuannya, dan karena keterbatasan pengetahuan tersebut, ia berkewajiban untuk merujuk pasien ke dokter yang memiliki spesialisasi terkait penyakitnya.

Kejujuran menjadi landasan dalam etika kedokteran. Pada dasarnya, dokter dituntut untuk transparan terhadap pasien dalam menerangkan kondisi kesehatannya. Akan tetapi, kejujuran tidak hanya terbatas untuk konteks relasi dokter-pasien saja. Kapasitasnya sebagai seorang profesional dapat beririsan dengan keperluan penegakan hukum. Dalam rangka penyelesaian kasus, siapa pun yang dianggap sebagai ahli dituntut untuk jujur dalam memberikan keterangan.

Hal ini menjadi problematis bila pasien malah menginginkan dokter membuat pernyataan yang tak sesuai kondisi aslinya. Ada kasus-kasus di mana pasien memanipulasi keluhan medisnya kepada dokter.

Dalam jurnal bertajuk “Lies in the Doctor-Patient Relationship”, Palmieri dan Stern (2009) menuliskan sejumlah motif pasien mengelabui dokter, di antaranya menghindari hukuman, memenuhi keinginan-keinginan pribadi, memanipulasi pihak lain, memompa penilaian diri, dan menyelesaikan konflik peran. Tentunya dokter yang baik tidak serta merta meyakini segala pengakuan pasien. Pemeriksaan lebih lanjut akan dilakukan untuk mengecek sinkron tidaknya ujaran pasien dengan kondisi asli kesehatannya.

Masih dari jurnal yang sama, kedua dokter itu menyatakan bahwa dalam kondisi-kondisi tertentu, niat baik dokter untuk mengungkapkan hasil pemeriksaan sejujur-jujurnya bisa bertabrakan dengan otonomi pasien. Bagaimana bila dokter menyatakan pasien sudah tidak bermasalah kesehatannya dan bisa beraktivitas normal, tetapi pasien menginginkan rehat lebih lama?

Konflik internal bisa terjadi dalam diri dokter dalam kondisi seperti itu, apalagi bila ditemukan pasien yang bermasalah secara hukum: apakah ia mesti berdiri melindungi hak pasien sepenuhnya atau menjadi warga negara dan saksi ahli yang baik dengan jujur memaparkan kondisi kliennya?

Memang tidak ada kewajiban khusus bagi dokter untuk mengemukakan informasi kesehatan pasien kepada seluruh publik, terlebih ada etika kedokteran yang mengikatnya. Akan tetapi, tidak dinafikan bahwa peran dokter dalam memperlancar proses penegakan hukum adalah krusial. Sebagai saksi ahli, ia mesti siap dengan konsekuensi hukum bila suatu waktu ditemukan bukti dari pernyataannya yang tidak sesuai dengan kondisi asli.

Baca juga: Mewaspadai Dokteroid, Penipuan ala Dokter Gadungan

Related

Insight 7212798795046808209

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item