Kisah Anak yang Dikorbankan Demi Menghentikan Gempa Bumi

Kisah Anak yang Dikorbankan Demi Menghentikan Gempa Bumi

Naviri Magazine - Pada zaman sekarang, sains atau ilmu pengetahuan sudah menjelaskan bagaimana gempa bumi terjadi, apa penyebabnya, dan apa saja yang bisa kita lakukan saat bencana terjadi.

Namun, berpuluh-puluh tahun lalu, pengetahuan belum semaju sekarang, dan orang-orang masih diliputi kebingungan mengapa bencana bisa terjadi. Karenanya, di masa lalu ada orang-orang yang sengaja mengorbankan seseorang untuk menjadi tumbal, demi harapan menghentikan bencana yang terjadi.

Kisah terkait hal itu terjadi ketika bencana gempa bumi menghantam Valdivia. Orang-orang Mapuche, yang bertempat tinggal di bagian tengah hingga selatan Chili, menjadi salah satu komunitas yang paling terdampak oleh gempa Valdivia.

Suku Mapuche sebenarnya terdiri dari berbagai kelompok suku yang lebih kecil, akan tetapi memiliki struktur ekonomi, keyakinan, dan sosial yang sama. Mereka adalah keturunan pemakai bahasa Mapudungan yang punya pengaruh dari area Sungai Aconcagua ke Kepulauan Chiloé, dan menyebar ke timur hingga ke Argentina.

Sekitar 80 persen masyarakat adat Chili berasal dari suku Mapuche, yang jumlahnya kira-kira 9 persen dari populasi penduduk. Mereka terkonsentrasi di wilayah Araucanía, namun banyak yang bermigrasi ke ibukota Santiago untuk penghidupan yang lebih baik.

Salah satu kisah langka terkait gempa Valdivia dicatat oleh Amos Nur dan Dawn Burgess dalam bukunya, Apocalypse: Earthquakes, Archaeology, and the Wrath of God (2008). Mereka mengutip narasi menarik Patcrik Tierney di The Highest Altar: Unveiling the Mystery of Human Sacrifice (1990).

Ada sebuah komunitas Mapuche di desa pesisir Collileufu. Collileufu terletak di area Danau Budi, selatan Puerto Saavedra, yang pada tahun 1960 sangat terisolasi dari dunia luar. Usai gempa terjadi, mereka menyelamatkan diri ke daerah yang lebih tinggi. Dataran rendah yang mereka tinggali ludes dihancurkan tsunami.

Juana Namuncura Anen, seorang dukun lokal, menawarkan solusi keji: seorang anak perlu jadi tumbal dalam ritual pengorbanan. Demi menenangkan bumi dan laut, katanya. Ia kemudian menunjuk cucu Juan Painecur, José Luis Painecur.

Juan tak lain adalah tetangga Juana sendiri. Ibu José bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Santiago. Ia menitipkan José di bawah pengawasan sang ayah. Ayah José tak mampu berbuat apa-apa di hadapan warga yang menuntut putranya dikorbankan.

Majalah Time melaporkan detail ritual yang dijalankan warga amat kejam. Mereka memukuli José dengan kayu sampai tewas. Dadanya dirobek, jantungnya diambil, kemudian dilarung ke laut. Mirip ritual pengorbanan manusia di benua Amerika tengah dan selatan sebelum kedatangan Colombus.

Saat pihak kepolisian mengusut kasus tersebut, mereka menemukan fakta bahwa dua kuda juga dikabarkan turut dimakan hidup-hidup selama ritual pengorbanan José. Dua pelaku pembunuhan yang ditahan mengakui perbuatannya. Mereka dibebaskan setelah dipenjara selama dua tahun.

Agaknya ritual kaum Mapuche gagal total. Masih mengutip Time, pada beberapa hari usai pengorbanan José, longsor akibat hujan deras datang serta menewaskan 18 orang dekat kota Valdivia. Pada malam harinya gempa juga kembali menghantam, kali ini dengan kekuatan 7,25 SR, mengguncang sisi tenggara Chili.

Bencana susulan belum berhenti. Beberapa hari setelahnya, gempa di utara Valdivia memicu longsor yang menyeret nyawa dua warga setempat. Keesokan harinya, dua gempa lanjutan terasa di Concepcion, yang saat itu jadi pusat industri terbesar ketiga Chili. Angka korban jiwa masih kabur, tetapi kerugian materi akibat keruntuhan bangunan cukup besar.

Baca juga: Mitologi dan Kepercayaan Kuno Atas Terjadinya Gempa Bumi

Related

World's Fact 8271854055343379374

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item