Sri Mulyani: Masyarakat Makin Sulit Membeli Rumah

Sri Mulyani: Masyarakat Makin Sulit Membeli Rumah

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan masyarakat Indonesia akan semakin sulit membeli rumah di tengah gejolak perekonomian global. Kondisi ekonomi yang terjadi saat ini, yang menyebabkan sejumlah bank sentral meningkatkan suku bunganya, akan berimbas ke sektor perumahan. 

“Beli rumah mortgage time-nya 15 tahun, di awal hanya berat di suku bunga, principle-nya di belakang. Dengan price rumah dan interest rate yang cenderung naik dengan inflasi tinggi, masyarakat semakin sulit membeli (rumah),” ujarnya seperti dikutip dari Antara. 

Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, berencana mengumumkan kenaikan suku bunga dalam waktu dekat menyusul tingginya inflasi akibat lonjakan harga kebutuhan pangan. Sri Mulyani menuturkan kondisi yang berimbas terhadap ikut naiknya suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bakal membuat masyarakat semakin kesulitan membeli rumah. 

Karena itu, mantan bos Bank Dunia ini memastikan pemerintah berfokus menggunakan keuangan negara untuk membantu masyarakat berpendapatan rendah agar bisa membeli rumah. Kondisi tersebut, ucap Sri, mencerminkan prinsip keadilan dalam penggunaan keuangan negara. 

Mengingat, kata dia, tidak semua masyarakat Indonesia memiliki kemampuan daya beli yang sama, termasuk mengenai pembelian rumah. 

“Yang kita perlu address untuk pembangunan Indonesia yang semakin berkeadilan adalah equality-nya makin baik yaitu mereka yang can’t afford (membeli rumah) bisa dibantu melalui berbagai instrumen,” tutur Sri Mulyani.

Adapun program-program pemerintah untuk mendorong masyarakat agar memiliki rumah adalah melalui Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Pemerintah menargetkan 200 ribu unit rumah akan mendapat subsidi FLPP pada tahun ini dengan alokasi anggaran mencapai Rp 19,1 triliun.

Sementara itu sepanjang 2010 hingga semester I-2022, pemerintah telah memberikan subsidi bagi 1,38 juta rumah dengan total pembiayaan APBN mencapai Rp 85,7 triliun. “Ini angka luar biasa besar,”  kata Sri Mulyani. 

Di sisi lain, Sri melihat masalah papan juga membutuhkan upaya ekstra dari seluruh pemangku kepentingan. Bukan hanya pemerintah, kebijakan ini perlu campur tangan sektor swasta. Musababnya, tutur dia, terdapat backlog hunian hingga 12,75 juta. 

Antrean itu tidak sebanding dengan pemenuhan hunian bagi rakyat, yang pada tahun ini saja target pemerintah adalah 1 juta rumah. Sri Mulyani menyebut kondisi tersebut terjadi karena tidak ada titik temu antara penawaran dan permintaan (supply and demand).

Di sisi supply, harga hunian terus meningkat seiring harga tanah yang hampir tidak pernah turun. Pada saat yang sama, harga bahan baku bangunan yang relatif naik. Di sisi permintaan, daya beli masyarakat masih tertekan dan kebutuhan hunian terjangkau menjadi sangat tinggi—menjadi lebih kompleks ketika mengaitkannya dengan infrastruktur pendukung seperti moda transportasi umum. 

Sri Mulyani menyebut banyak orang yang membutuhkan rumah, tetapi tidak mampu menjangkaunya. "Indonesia demografinya relatif muda, mereka akan berumah tangga, tetapi mereka can't afford untuk mendapatkan rumah. Purchasing power dibandingkan harga rumah, lebih tinggi (harga rumahnya)," kata Sri Mulyani.

Related

News 7507018613493337889

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item