Kisah Terindah di Dunia (35)

 Kisah Terindah di Dunia

Naviri.Org - Pada tahun 1985 itu, Pekalongan masih memiliki banyak tanah lapang dan persawahan—meski perumahan dan komplek hunian semakin banyak dibangun—dan melalui bantuan Amina, Nazar kemudian bekerja pada salah seorang tuan tanah untuk mengerjakan sawahnya. Nazar pun kembali pada dunianya yang dulu—menjadi petani yang menikmati pekerjaannya di sawah—dan dia tinggal di pondok yang disediakan majikannya; pondok yang khusus diberikan bagi para pekerja yang kebetulan jauh dari rumahnya.

Di saat-saat menikmati pekerjaannya di sawah, Nazar kadang-kadang teringat akan sesuatu yang pernah terjadi dulu, saat pertama kalinya ia mengenali getaran cinta kepada Amina...ketika ia melihat Amina terjatuh di pematang sawah saat mengantarkan bekal makanan untuk ayahnya... Dan di saat-saat ia kembali terkenang akan peristiwa itu, Nazar selalu merasakan hatinya bergetar...dan ia merasa ingin kembali kepada masa-masa itu...

Nazar mengakui bahwa perasaan cintanya kepada Amina sepertinya belum mati—dan mungkin tak akan mati—namun kenyataan seperti telah menjungkir-balikkan segalanya. Dan cinta itu sesuatu yang misterius—atau setidaknya seperti itulah yang dirasakan oleh Nazar. Dan begitu misteriusnya, sampai-sampai Nazar tak mampu untuk menjelaskan bagaimana sesungguhnya perasaan itu ketika cinta kembali hinggap ke dalam hidupnya, ketika cinta kembali menghampirinya...

Siang itu, Nazar tengah bersiap-siap untuk beristirahat dari bekerjanya ketika telinganya mendengar suara teriakan seorang perempuan. Dan saat ia menengok ke arah teriakan itu, ia melihat sesosok perempuan yang sepertinya baru terjatuh dari pematang sawah. Perempuan itu terduduk di atas tanah sawah yang basah, punggungnya nampak kotor terkena lumpur, dan tak jauh darinya, nampak sebuah ceting dengan isinya yang berhamburan.

Nazar merasakan hatinya bergetar. Sesuatu yang amat hangat menjalari sekujur tubuhnya. Ia seperti merasa menembus waktu...bertahun-tahun yang lalu...

Nazar segera berlari—meloncat-loncat di atas lumpur sawah—dan mendekati sosok perempuan yang masih membersihkan bajunya dari noda lumpur itu. Nazar menyadari bahwa itu bukan Amina meski sosoknya sama persis dengan kekasihnya dulu. Itu Karima.

“Kau tidak apa-apa?” kata Nazar sambil membantu Karima bangkit dari tempatnya terjatuh.

“Tidak,” sahut Karima dengan malu-malu karena tubuhnya yang berlepotan lumpur basah.

Nazar melihat ceting berisi makanan yang kini berhamburan di dekat mereka. Nazar tahu Karima tak pernah membawakan bekal untuk siapapun—ini adalah pertama kalinya Karima muncul di sawah dan Nazar tak tahu itu bekal untuk siapa.

“Ibu memintaku agar membawakan bekal itu untukmu,” ucap Karima, seperti tahu apa yang dipikirkan Nazar. “Dan aku tidak tahu kalau jalan di sini selicin ini.”

“Kau pasti belum pernah ke sini,” kata Nazar sambil mencoba tersenyum.

Karima mengangguk. Lalu melihat bekal yang dibawanya yang kini telah berhamburan di atas tanah. “Bagaimana kalau kuambilkan lagi dari rumah?”

Nazar menggeleng. “Tidak perlu, Karima.”

“Aku...aku menyesal sekali...” ucap Karima sambil menatapi isi cetingnya yang kini terbuang sia-sia.

Nazar memandang Karima dengan perasaan yang tak pernah dapat dipahaminya.

***

Semenjak itu, Karima selalu membawakan bekal makan siang untuk Nazar yang sengaja dipersiapkan oleh Amina.

Nazar merasa tidak enak atas kebaikan yang terus-menerus diterimanya itu, dan Nazar pernah menemui Amina untuk mengatakan hal itu, namun Amina menjawab dengan senyum yang tulus, “Aku tahu kalau jatah makan siang dari majikanmu kurang bergizi. Nah, kau tentu perlu tenaga yang kuat, karenanya aku sengaja membuatkan makanan yang bergizi untukmu.”

“Tapi itu membuatmu repot, Amina.” Nazar masih mencoba.

“Tapi aku tidak merasa repot, Nazar.” Amina menutup dengan senyumnya.

Bersambung ke: Kisah Terindah di Dunia (36)

Related

Romance 5651055430165923026

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item