Kisah Terindah di Dunia (15)

Kisah Terindah di Dunia

Naviri.Org - “Aku tahu apa yang kulakukan!” bentak Nazar dengan marah seraya mengetatkan cengkeramannya pada lengan perempuan itu. “Dan sekarang katakan padaku bagaimana caranya aku bisa keluar dari tempat ini!”

“Kau tidak tahu apa yang kau lakukan.” Laras mengulangi perkataannya. Dan seiring dengan itu, tiba-tiba sosoknya lenyap dari hadapan Nazar.

Nazar terkesiap. Secara spontan ia menjauh dari tempatnya berdiri, dan mencoba mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan itu, namun Laras benar-benar tak dapat ditemukannya.

Yang kemudian didengarnya hanyalah suara Laras, bergaung di tempat itu—tanpa wujud—dan sekali lagi Nazar terkesiap,

“Saatnya untuk makan, Nazar. Nikmatilah makanan yang telah kubawakan untukmu. Waktumu masih lama di sini, dan kita bisa bertemu lagi lain kali.”

“Laras...?!” panggil Nazar dengan kebingungan. Namun jawabannya hanyalah suaranya sendiri yang bergaung dalam ruangan itu.

***

Meskipun berada di dasar laut—kalau memang apa yang dikatakan oleh perempuan bernama Laras itu benar—Nazar baru tahu bahwa ternyata sinar matahari mampu menembus hingga ke dasar lautan. Selama berada di ruangannya, Nazar dapat membedakan antara siang dan malam.

Selama siang, Nazar merasakan ada sinar terang yang sampai ke dalam ruangannya, meskipun ia tak tahu bagaimana sinar terang itu bisa sampai ke tempatnya berada. Namun ketika malam, sinar itu pun hilang dan lalu muncul obor-obor api yang nampak ditancapkan di dinding-dinding lorong di depan ruangannya.

Aku seperti terdampar di negeri dongeng, batin Nazar dengan perasaan tertekan.

Selama ia berada seorang diri di dalam ruangannya yang terbatas itu, Nazar telah memikirkan dan mencoba melakukan segala hal yang dikiranya dapat membantunya untuk bisa keluar dari tempat itu, namun semuanya sia-sia. Seperti yang dikatakan Laras, ia tak pernah mampu membuka ataupun menjebol pintu besi yang menutupi ruangannya itu, bagaimanapun caranya. Nazar telah mempelajari pintu besi itu beserta rantai dan kunci besar yang mengikatnya.

Dan ia tahu bahwa dibutuhkan sebuah martil atau kapak berukuran besar untuk dapat melepaskannya—namun ia tak dapat menemukan martil atau kapak atau palu atau apapun di tempatnya berada. Nazar juga telah mencoba melakukan apa yang pernah dilakukan Laras saat ia pertama kali menemuinya—mencoba membuka celah batu di dinding ruangannya—namun Nazar tak pernah berhasil melakukannya—entah bagaimana caranya.

Dan dalam kebingungan sekaligus rasa tertekan itu, Nazar pun seringkali mendapati beberapa orang penjaga—seperti yang telah dikatakan Laras kepadanya—yang sesekali berjalan mondar-mandir di lorong depan ruangannya. Nazar merasakan semua pintu untuknya lolos dari tempat ini memang telah tertutup. Tak ada jalan keluar. Dan rasanya Nazar memang sudah harus mengucapkan selamat tinggal pada dunianya.

Dua hari semenjak kedatangannya yang pertama, Laras kembali mengunjungi Nazar di tempatnya. Dan seperti kedatangannya yang pertama, Laras datang ketika Nazar tengah tertidur, dan Nazar terbangun saat mendengar denting-denting halus di dekatnya.

“Kau...?” Nazar terkesiap saat melihat Laras kembali—ia tak pernah menyangka akan bertemu dengannya lagi secepat ini.

Laras tersenyum sekilas pada Nazar, kemudian berkata sopan, “Selamat datang di negeri bawah air.”

“Aku sudah tahu,” gumam Nazar sambil bangkit dari balai-balainya untuk meregang tubuh.

Laras terlihat memandangi makanan dan minuman yang pernah diletakkannya di meja ruangan itu—semuanya terlihat masih utuh tak tersentuh.

“Kau tidak memakan makananmu?” tanya Laras sambil menatap Nazar di sampingnya.

Bersambung ke: Kisah Terindah di Dunia (16)

Related

Romance 4163120062064093852

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item