Kisah Terindah di Dunia (8)

Kisah Terindah di Dunia

Naviri.Org - “Kita memang tak pernah tahu hati manusia, Nduk,” begitu biasanya nasihat ibunya saat melihat Amina termenung sendirian. “Sesuatu yang paling rapuh seringkali adalah hati manusia. Setiap saat, bahkan setiap detik, hati manusia dapat berubah—dan kita tak pernah tahu.”

“Tapi aku tak pernah dapat melupakannya, Bu,” rintih Amina. “Aku sulit untuk melupakannya, karena ia tak jelas ada dimana. Masih adakah? Ataukah sudah tak ada? Dia hanya menghilang, dan karena ketidakjelasannya itu yang membuatku menjadi sulit untuk melupakannya—namun juga sulit untuk terus mengingatnya. Ini...ini terasa lebih menyiksa dibanding segalanya.”

Ibunya menepuk-nepuk punggung tangan Amina. “Ibu bisa memahami perasaanmu, Nduk. Ibu bisa mengerti. Dan kau memang punya hak untuk melupakannya atau untuk terus mengingatnya. Tetapi kalau itu adalah pilihan, kau tentu bisa memilihnya.”

Amina menelungkupkan wajahnya pada tangannya, dan ibunya merengkuh bahunya, menenangkannya. “Kita selalu punya pilihan,” bisik ibunya, “dan hidup kita ditentukan oleh pilihan itu. Begitu pun denganmu.”

***

Amina memang memiliki pilihan—sesulit apapun pilihan yang harus diambilnya. Memilih untuk terus mengingat Nazar yang tak kunjung datang, atau memilih untuk belajar melupakannya dan mulai menjalani hidupnya dengan pikiran yang baru. Tetapi Nazar memang tak pernah datang. Bahkan saat tahun 1954 berganti menjadi tahun 1955, Nazar tetap tak pernah pulang ke kampung halamannya. Itu sudah setengah tahun lamanya semenjak pertama kalinya Nazar pergi dari kampung halamannya.

Sementara itu, keluarga Nazar di kampung mereka menunjukkan perubahan yang drastis. Ayahnya yang dulu biasa lebih banyak di rumah—membaca surat kabar yang datang terlambat, menghisap cerutu murahan dan menikmati kopi pahit yang dingin—kini terlihat sibuk mengurusi usahanya yang maju dengan begitu pesat.

Ayah Nazar membangun usaha perbatikan, dan usaha ini berkembang dengan sedemikian cepat. Para pekerjanya terus bertambah. Tamu-tamu dari luar kota berdatangan. Kesibukan nampak jelas sekali terlihat. Lalu rumah yang dulu sederhana itu berganti dengan rumah yang jauh lebih bagus, dengan dinding semen dan atap genteng. Tak lama sesudah itu mereka membeli tanah di sekeliling rumah mereka, dan rumah itu pun berubah menjadi istana.

Ayah Nazar kini terlihat lebih banyak tertawa, dan orang tua yang dulu dilanda depresi itu kini seperti kembali memperoleh rasa percaya dirinya. Dunianya sudah kembali, dan sekarang ia kembali menjadi pengendali. Dan makin hari, kekayaannya semakin bertambah. Ayah Nazar telah mengembalikan kekuasaannya yang dulu pernah dirampas dari tangannya, bahkan lebih besar dari yang pernah hilang.

Namun Nazar tak pernah pulang.

Beberapa kali ada orang-orang yang mencoba menanyakan hal itu kepadanya, dan ayah Nazar menjawab dengan nada yang bijak, “Terkadang ada perbedaan pandangan antara anak dan orangtua. Anak seringkali berpikir bahwa orangtua begitu bodoh, sementara para orangtua berpikir bahwa merekalah yang bodoh. Nazar memilih jalan hidupnya sendiri, dan kami sebagai orangtuanya hanya bisa merestuinya, dan berharap suatu saat ia akan kembali untuk menyadari kebodohannya. Ya, kami merindukannya, selalu, dan kami berharap suatu saat ia akan kembali.”

Tetapi Nazar tak pernah kembali.

***

Tahun 1955 perlahan habis, dan tahun 1956 datang menjelang, namun Nazar tetap tak pernah datang—sementara Amina dilanda kerinduan yang kering. Dan kerontang. Apa sebenarnya yang terjadi dengan diri kekasihnya? Mengapa ia begitu mudah melupakannya?

Satu tahun lebih Nazar meninggalkan kampung halaman mereka, dan itu tak terbiasa bagi orang yang lainnya. Beberapa tetangga Amina yang merantau ke luar kota pasti kembali, meski hanya setahun sekali, namun Nazar tak pernah kembali meski hanya satu kali.

Bersambung ke: Kisah Terindah di Dunia (9)

Related

Romance 5005820488830751786

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item