Bagaimana Para Influencer Mendapatkan Uang?

Bagaimana Para Influencer Mendapatkan Uang?

Naviri.Org - Influencer adalah sebutan untuk orang-orang yang memiliki pengaruh di media sosial. Pengaruh yang mereka miliki biasanya karena mereka populer, atau dikenal sebagai tokoh tertentu. Sebagian influencer diketahui bisa menghasilkan banyak uang dari kegiatannya di media sosial, khususnya YouTube dan Instagram. Bagaimana mereka mendapatkan uang?

Di media sosial, influencer memiliki banyak pengikut. Besarnya pengikut yang dimiliki seseorang dapat menarik perusahaan yang ingin mempromosikan produknya melalui sang influencer. Dengan cara tersebut, sang influencer mendapatkan penghasilan, bisa pula sekaligus mendapatkan barang yang dipromosikan.

Di Indonesia, influencer dengan bayaran tertinggi di Instagram masih ditempati mereka yang semula berkarier sebagai artis terlebih dulu.

Ada akun pasangan Raffi Ahmad-Nagita Slavina yang disebut-sebut mematok tarif endorse hingga Rp22 juta dalam sekali posting. Nama besar lain seperti Ayudia Bing Slamet memasang tarif hingga Rp6 juta untuk satu postingan. Angka ini dapat membengkak mencapai Rp40 juta jika ia mendatangi suatu event sebuah brand dan mengunggahnya di media sosial.

Dalam beberapa tahun terakhir, popularitas media sosial mengalahkan kanal konvensional seperti televisi atau media massa lain. Ini mendorong para pengiklan lebih tertarik memakai jasa selebritas Instagram atau selebgram. Ada sejumlah alasan mengapa hal ini bisa terjadi.

Dikutip dari laporan bertajuk "The State of Influencer Marketing 2018 in Indonesia: Kupas Tuntas Tren Pemasaran Endorse" yang dirilis Sociobuzz.com, tingkat engagement antara influencer dan followers menjadi salah satu yang paling berpengaruh. Interaksi keduanya lebih sering ketimbang dengan artis.

Alasan kedua, tingkat kesadaran terhadap produk lebih tinggi jika dikenalkan oleh influencer. Ketiga, seperti status yang disandangnya, para influencer memang berpengaruh terhadap gaya hidup pengikutnya. Follower biasanya akan mencontoh sang influencer hingga pada produk yang dipakainya.

Lantas, bagaimana mekanisme endorse yang berlaku di lingkaran para influencer?

Pertama, marketer akan memberikan barang yang mau di-endorse serta honor kepada influencer. Cara kedua, bisa saja marketer hanya memberikan honor, sementara barang yang di-endorse hanya dipinjamkan untuk keperluan foto. Cara ketiga, influencer hanya akan diberikan barang yang akan di-endorse secara gratis.

Cara lain dalam menentukan tarif endorse, para marketer biasanya akan membandingkan jumlah follower dan engagement influencer yang bersangkutan.

Sementara di kanal YouTube, pendapatan para influencer diterima dengan cara yang agak berbeda, selain tentu mereka juga melakukan kegiatan endorsement.

YouTuber atau kreator YouTube dapat mengajukan monetisasi pada kanal YouTube mereka jika akun tersebut mencapai 4 ribu watchhours dalam 12 bulan ke belakang serta memiliki seribu pelanggan (subscriber). Setelah mengajukan permintaan, pihak YouTube akan meninjau aktivitas akun yang bersangkutan, lantas monetisasi pun dikabulkan.

Setelah monetisasi diaktifkan, YouTuber dapat memperoleh penghasilan dari iklan yang ditayangkan di video mereka. Misalnya saja melalui lelang AdSense, DoubleClick, dan sumber yang dijual akun YouTube lain. Kendati demikian, YouTube tidak bisa menjamin seberapa besar kreator YouTube akan dibayar.

Hadirnya Multi Channel Network

Semaraknya pasar digital, terutama media sosial, memicu hadirnya pola industri baru. Mekanisme yang cukup ruwet, dan kebutuhan untuk menggaet follower lebih banyak, membuat para influencer kerap membutuhkan kolaborasi sesama pemain di industri yang sama. Kesempatan ini dilirik sejumlah pihak hingga memunculkan istilah Multi Channel Network (MCN).

Pada prinsipnya, MCN berfungsi selayaknya sebuah manajemen bakat yang mengelola kegiatan endorsement atau aktivitas lain yang terkait pengembangan sejumlah akun media sosial.

Saat ini, kita tengah melihat dunia yang melipat dalam bentuk digital. Dan kehadiran Multi Channel Network bisa saja membantu perputaran transaksi di ranah internet menjadi lebih tertib dan mudah diawasi.

Namun, pemerintah tetap harus menemukan mekanisme yang ajek agar para Milenial, generasi yang disebut-sebut sebagai pemain terbanyak di industri ini, dapat dengan leluasa beraktivitas dan berbisnis di media sosial, tanpa harus khawatir dikejar-kejar soal legalitas pendapatannya. Terlebih potensi dari pasar baru ini tak bisa dibilang sedikit.


Related

Internet 3455093536267508327

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item