Skandal Hilangnya Jutaan Follower di Twitter

Skandal Hilangnya Jutaan Follower di Twitter

Naviri.Org - Bayangkan Anda aktif di Twitter, dan memiliki follower beberapa juta orang. Tiba-tiba, suatu hari, ada sejuta follower Anda yang hilang. Umpama Anda sebelumnya memiliki 6 juta follower, kini tinggal 5 juta. Ke mana hilangnya 1 juta follower itu?

Kehilangan follower, khususnya di Twitter, sebenarnya hal biasa. Orang kadang tertarik pada akun kita, lalu mengikuti dan menjadi follower. Suatu waktu kemudian, dia merasa bosan, dan memutuskan untuk berhenti menjadi follower. Maka follower kita pun berkurang. Tapi berkurangnya follower yang wajar adalah satu dua atau setidaknya puluhan. Jika ada 1 juta follower yang hilang tiba-tiba, tentu menimbulkan tanda tanya.

Kenyataan itulah yang kini terjadi pada beberapa orang terkenal di Twitter, yang masing-masingnya kehilangan sampai 1 juta follower. Belakangan diketahui, orang-orang yang kehilangan banyak follower sekaligus itu ternyata membeli follower palsu. Hilangnya follower dalam jumlah raksasa itu bersamaan dengan kritikan terhadap Twitter, dan penyelidikan oleh pemerintah Amerika Serikat karena masalah akun palsu.

Dikutip dari New York Times, tokoh terkenal yang kehilangan pengikut beragam, mulai dari penghibur, pengusaha, atlet maupun orang yang sering muncul di media, kebanyakan dari mereka membeli pengikut dari perusahaan Devumi.

Beberapa pesohor yang kehilangan pengikut di antaranya Penyanyi Clay Aiken, aktor John Leguizamo, dan bintang reality TV Lisa Rinna. Begitu juga dengan Martha Lane Fox, seorang anggota pengusaha Inggris dan anggota dewan Twitter. Sedikitnya 65.000 pengikut palsu dibeli untuk Martha Lane Fox.

Dalam beberapa hari terakhir, para pesohor lainnya mengeluhkan bahwa sejumlah pengikut hilang dari akun Twitternya.

Sebelumnya pada Sabtu (27/1/2018) Twitter menyatakan akan menggugat perusahaan Devumi, yang memperdagangkan akun palsu dengan mencuri informasi personal dari warganet sungguhan.

Menurut penelusuran New York Times, informasi pengguna Twitter di berbagai negara bagian AS, antara lain dari New York dan Florida, dikopi menjadi akun bot yang dijual Devumi atau perusahaan sejenis.

Devumi berbasis di Florida tapi mencantumkan New York City di alamat situs mereka. Pemiliknya, German Calas, juga tinggal di Florida.

Perusahaan induk Devumi, Bytion, memasukkan berkas di Florida yang memberi tahu mereka pindah tempat ke Colorado. Pengacara untuk urusan bisnis Calas, Jared Stark, dalam surat elektronik menyatakan kedua perusahaan pindah ke Denver awal Januari untuk sementara waktu. Dia menolak berkomentar mengenai investigasi terhadap Devumi.

New York Times mengunjungi kantor di Denver tersebut dan mendapati sebagian besar kosong, hanya ada beberapa kardus yang diletakkan dekat dinding. Direktur Bytion, Gerald Sexton, menolak berkomentar dan menyatakan Calas tidak ada.

Temuan banyaknya pelanggan Devumi, baik di dunia hiburan, politik, maupun bisnis, menimbulkan perdebatan mengenai akun dan aktivitas palsu di media sosial.

Baca juga: Net Neutrality, Keadilan di Internet, dan Masalahnya

Related

News 3071363736003442597

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item