iPhone di Tengah Perang Bisnis Smartphone Dunia

iPhone di Tengah Perang Bisnis Smartphone Dunia

Naviri.Org - Sebagai perusahaan yang terkenal memproduksi ponsel pintar, Apple termasuk irit dalam merilis produk baru. Jika perusahaan-perusahaan lain merilis banyak produk dalam satu tahun, Apple hanya merilis beberapa produk saja. Yang menarik, Apple melalui iPhone masih terus mendominasi pasar ponsel pintar di dunia, meski dengan jumlah produk yang lebih sedikit dibanding para kompetitor.

Steve Jobs, pendiri Apple, pernah mengatakan latar belakang iritnya Apple dalam merilis produk baru. “Saya ingin katakan pada Anda,” ujar Steve Jobs waktu itu, “ada produk yang diluncurkan di industri kami, namun si produsen tidak bangga mengapalkannya. Kami tentu saja tidak bisa mengapalkan sampah.”

Steve Jobs dengan tegas menyatakan bahwa ia dengan Apple hanya akan menelurkan produk-produk berkualitas yang dijual ke publik. Pernyataan itu tampaknya dipegang teguh oleh Apple hingga saat ini.

Apple seakan-akan tak terpengaruh jorjoran para produsen-produsen ponsel pintar (smartphone) lain yang rajin merilis produk-produk teranyar. Pada 2017, di persaingan ketat dunia smartphone, Apple hanya merilis 3 produk varian baru, antara lain iPhone 8, 8 Plus, dan X. Jumlah smartphone yang dirilis itu jauh lebih sedikit dibandingkan para kompetitor.

Sepanjang tahun ini, Huawei menjadi produsen smartphone yang paling agresif merilis produk. Pada 2017, ada 26 varian smartphone yang mereka rilis. Mulai dari Huawei P8 Lite yang diliris pada Januari lalu, hingga Huawei Enjoy 7S yang diluncurkan pada Desember.

Selepas Huawei, Samsung adalah produsen smartphone yang cukup agresif di pasaran. Melalui brand Galaxy yang diperkenalkan pada 2009 lalu, tahun ini mereka merilis 24 varian smartphone. Mulai dari Samsung Galaxy A3 (versi 2017) yang dirilis di Januari, hingga Samsung Galaxy A8 Plus yang baru saja diperkenalkan di bulan Desember.

Selepas mereka, berturut-turut produsen smartphone lain yang paling banyak merilis produk anyar yaitu LG (15 varian), Xiaomi (14 varian), Vivo (13 varian), OPPO (12 varian), dan Motorola (11 varian).

Google, sebagai pemilik sistem operasi Android, nampaknya mengikuti jejak yang dicetuskan Apple. Mulai 2016 mereka hanya merilis smartphone Pixel. Tahun ini ada 2 varian Pixel dirilis, Google Pixel 2 dan Pixel 2 XL. Ini menjadikan Google, sebagai perusahaan teknologi besar, yang merilis varian paling sedikit pada tahun ini.

Namun, data menunjukkan, banyaknya varian yang dirilis, tak berbanding lurus dengan penguasaan pangsa pasar. Hingga Kuartal III-2017, Samsung kokoh di posisi pertama penguasa pangsa pasar smartphone dunia. Di kuartal I-2017, Samsung meraih pangsa pasar 22,8 persen.

Di kuartal II-2017, Samsung meraih pasar 23,3 persen, dan kuartal III-2017 turun hanya 22,3 persen. Di sisi lain, sebagai produsen yang paling banyak menelurkan varian smartphone, Huawei harus puas duduk di posisi ke-3. Pada kuartal III-2017, Huawei hanya menguasai 10,5 persen pangsa pasar smartphone global.

Posisi kedua malah diduduki oleh Apple. Setiap kuartal di tahun ini, secara berurutan Apple menguasai pasar 14,9 persen, 12 persen, dan 12,5 persen. Apple memperoleh pangsa pasar yang demikian besar hanya bermodal 3 varian baru yang rilis tahun ini, jauh mengalahkan Huawei.

Tentu saja, perolehan pangsa pasar turut memperhitungkan smartphone yang dirilis di luar periode 2017. Namun, jika sekadar melihat perbandingan seberapa banyak produk yang dirilis, dan perolehan pangsa pasar, Apple adalah juaranya.

Fadly Hamka dari Delft University, dalam jurnalnya berjudul “Smartphone’s Customer Segmentation and Targeting: Defining Market Segment for Different Type of Mobile Service Providers”, mengungkapkan bahwa segmentasi pasar memungkinkan produsen suatu produk memiliki banyak alternatif bagi pelanggannya.

Hanya sedikit perusahaan yang dapat sukses dengan menghadirkan sedikit varian. Apple adalah contoh pada strategi ini. Segmentasi pasar, memotong secara tegas pelanggan menjadi bagian-bagian kecil. Secara umum, ada banyak segmentasi pasar.

Hamka, masih dalam jurnalnya, menyebut beberapa segmentasi itu antara lain berdasarkan keadaan ekonomi, letak geografis, umur, gender, gaya hidup, personalitas, hingga kebutuhan tertentu. Beberapa produk dapat masuk ke dalam lebih dari segmentasi pasar, misalnya segmentasi ekonomi dan geografis.

Xiaomi Redmi 5A adalah contoh varian smartphone yang dibuat menyasar segmentasi ekonomi dan geografis tertentu. Redmi 5A dijual menyasar pasar negara-negara berkembang dengan keadaan ekonomi golongan bawah.

Ia tercatat hanya bisa dibeli di 3 negara, yakni Cina, India, dan Indonesia. Varian Redmi 5A dengan memori 2GB dan kapasitas internet 16GB dijual Rp999.000 di Indonesia. Ini membuat produk tersebut menempati posisi yang pas bagi segmentasi pasar bawah.

Salah satu patokan sederhana yang menentukan di mana segmentasi pasar suatu smartphone, dapat ditengok harganya. Apple iPhone X yang dijual seharga $999 merupakan salah satu contohnya. Dengan harga tersebut, iPhone X menyasar segmentasi masyarakat berpenghasilan atas.

Technavio, firma penelitian pasar, dalam laporan bertajuk “Global Smartphone Market 2017-2021: Market Analysis and Geographic Segmentation”, mengatakan bahwa terdapat perbedaan strategi yang dilakukan produsen di wilayah Asia Pasifik, Amerika, dan Eropa.

Di wilayah Asia Pasifik seperti Cina, Jepang, India, dan Indonesia, produsen lebih memilih merilis produk-produk yang berharga kompetitif. Apple, yang terkenal dengan produk premium, merilis iPhone 5C di 2013 dan iPhone SE di 2016, guna menyasar segmentasi yang lebih ramah pada kantong konsumen di wilayah ini.

Di wilayah Amerika, inovasi adalah segalanya. Ini didasari bahwa penelitian dan pengembangan produk teknologi mayoritas dilakukan di wilayah ini. Smartphone yang stabil dan kuat, adalah varian yang paling diminati. Sementara itu, wilayah Eropa merupakan wilayah “netral”. Masyarakat Eropa tak terlalu memusingkan sebuah merek. Ini menjadikan banyak pabrikan bisa masuk di pasar ini secara lebih mudah dibandingkan wilayah lain, terutama Amerika.

ComScore Network, firma analis pasar, mencatat bahwa setidaknya ada 3 segmentasi usia yang patut diperhatikan produsen smartphone. Ketiga segmentasi usia itu antara lain The Cellular Generation (usia antara 18-24 tahun), Transitioner (usia antara 25-34 tahun), dan Adult Adopter (usia lebih dari 35 tahun). 

Masing-masing segmentasi berbasis usia itu memiliki kemauan berbeda soal smartphone. The Cellular Generation, generasi yang tumbuh dan berkembang bersama smartphone, membutuhkan produk yang terkini dengan inovasi-inovasi mumpuni. Di sisi lain, Adult Adopter, umumnya, hanya membutuhkan produk dengan fungsi-fungsi dasar saja.

Segmentasi pasar berguna untuk merangkul konsumen dalam konteks tertentu. Ini jadi pemacu banyaknya varian yang diciptakan produsen guna memenuhi kebutuhan masing-masing segmentasi. Namun, yang perlu menjadi catatan terkait Apple yang jadi juara kedua penguasa pasar smartphone hanya bermodal irit produk baru, memberi pesan bahwa banyaknya varian yang diluncurkan tidak terlalu penting bagi produsen smartphone.

Baca juga: Skandal iPhone yang Mencoreng Reputasi Apple

Related

Smartphone 6445702048150791445

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item