Kisah di Balik Facebook yang Belum Anda Tahu

Kisah di Balik Facebook yang Belum Anda Tahu

Naviri.Org - Semua orang, khususnya pengguna internet, tentu tahu Facebook. Media sosial yang disebut paling besar di dunia itu kini digunakan lebih dari 2 miliar orang dari berbagai negara. Orang-orang juga tahu kalau Facebook dibuat oleh Mark Zuckerberg. Namun, mungkin ada beberapa hal terkait Facebook dan Mark Zuckerberg yang belum banyak diketahui orang.

Ketika berusia 19 tahun, Mark Zuckerberg bisa dibilang tidak istimewa, khususnya jika melihat penampilan luarnya. Ia biasa memakai celana jins, kaus oblong, dan sandal plastik. Pada tahun itu, 2003, ia menghuni Suite H33 Kirkland House, asrama mahasiswa Harvard University, satu dari delapan kampus Ivy League alias “kampus elit Amerika Serikat.”

Anak kedua dari pasangan dokter gigi dan psikolog ini memang memiliki kecerdasan yang tak main-main. Semasa duduk di bangku SMA, ia telah memperoleh penghargaan di bidang matematika, astronomi, dan fisika. Selain itu, bahasa Perancis, Ibrani, Latin, hingga Yunani klasik dikuasainya. Tak tanggung-tanggung, psikologi dan ilmu komputer adalah dua jurusan yang ia dipelajari di Harvard.

Di usia yang masih belia, Mark Zuckerberg setidaknya telah membuat 3 aplikasi komputer yang cukup sukses; Synapse (aplikasi sugesti musik), Course Match (aplikasi yang membantu mahasiswa menentukan kelas yang akan dipilih), dan Six Degrees to Harry Lewis (aplikasi penghormatan pada Prof. Harry Lewis).

Pada Oktober 2003, merujuk catatan David Kirkpatrick dalam The Facebook Effect: The Inside Story of the Company That Is Connecting The World (2004), Zuckerberg hendak membuat aplikasi baru. Facemash, nama aplikasi berbasis web yang hendak dibuat itu, kemudian mengubah dunia dan melambungkan nama pemuda yang akrab dipanggil Zuck itu.

Dari Facemash ke Facebook

“Saya memiliki hobi untuk sekedar membuat proyek (aplikasi) kecil,” ucap Zuckerberg tentang kesukaannya membuat aplikasi. Facemash, tulis Kirkpatrick, dibuat hanya untuk bersenang-senang.

Dengan memanfaatkan algoritma yang sebenarnya dibuat untuk mengurutkan ranking pecatur, Zuckerberg mendesain aplikasi yang meminta penggunanya untuk membandingkan dua sosok berjenis kelamin sama lalu menentukan siapa yang paling “hot” di antara mereka.

Untuk ukuran aplikasi bersenang-senang, Zuckerberg kelewat serius menciptakannya. Ini bukan soal waktu 8 jam yang dihabiskannya untuk merancang Facemash, namun soal bagaimana Zuckerberg memperoleh foto-foto mahasiswa Harvard guna dijadikan basis data aplikasi.

Facemash, tutur Kirkpatrick, tercipta atas foto-foto yang diunduh secara ilegal dari situsweb “facebooks” yang dikelola secara internal dan offline oleh 9 dari 12 asrama di Harvard. Zuckerberg tahu bagaimana menemukan foto-foto formal nan canggung para mahasiswa yang umumnya diambil saat ospek. Sebagaimana dikisahkan Kirkpatrick, Harvard Crimson, media mahasiswa Harvard menjuluki kelakuan Zuckerberg sebagai “komputasi gerilya.”

Facemash resmi mengudara pada 2 November. Hanya bermodal laptop pribadinya sebagai server, 450 mahasiswa berkunjung ke Facemash dan memilih siapa sosok "hot" dari 22.000 foto di aplikasi itu.

Kemudian datanglah masalah. Fuerza Latina dan Association of Harvard Black Women, dua organisasi kampus Harvard, menuding Zuckerberg telah bertindak seksis dan rasis melalui Facemash. Selain itu, Zuckerberg pun diperkarakan oleh pihak kampus karena mengambil foto-foto mahasiswa secara ilegal. Padahal, menurut penuturan Zuckerberg, dalam wawancaranya dengan Mathias Döpfner untuk Business Insider, Facemash hanya sekadar “prank” alias iseng.

Bagi pihak kampus, Facemash memang bermasalah, namun tidak bagi para mahasiswa pada umumnya, yang menilai aplikasi tersebut sebagai sesuatu yang baru dan segar.

Karena tindakan Zuckerberg meng-online-kan foto-foto mahasiswa Harvard melalui Facemash, muncul gelombang dari para mahasiswa untuk meminta pihak kampus membuka akses pada foto mereka. Bahkan, Harvard Crimson, lanjut Kirkpatrick, menurunkan artikel bertajuk “Put Online a Happy Face: Electronic Facebook for Entire Collage Should be Both helpful and Entertaining for All.”

Sebagaimana diakui Zuck, artikel Harvard Crimson itu malah mendorong dirinya menciptakan apa yang hari ini kita kenal sebagai Facebook.

Soal ide penciptaan Facebook ini pun teka-teki. Khususnya karena tiga mahasiswa senior Harvard, Divya Narendra serta dua bersaudara Cameron dan Tyler Winklevoss, menuduh Zuckerberg mencuri ide yang mereka namai “Harvard Connection.”

Namun kontroversi itu tak menghentikan langkah Zuck. Selepas membeli domain thefacebook.com pada 11 Januari 2004, kemudian membeli hosting pada Manage.com seharga $85, media sosial itu pun mulai online pada 4 februari 2004.

Menurut penuturan Peler pada Döpfner, The Facebook yang kemudian hanya disebut “Facebook" hanya "membutuhkan waktu dua minggu untuk membangun versi perdana.” Waktu yang terasa singkat untuk pengerjaan platform yang kemudian menjadi raksasa itu sungguh-sungguh dimanfaatkan Zuck di sela-sela pekerjaannya sebagai programer.

Baca juga: Dampak Buruk dan Sisi Gelap Facebook

Related

Internet 5958013565042011004

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item